Abses Vertebra

Bagikan :


Definisi

Abses vertebra atau bisa juga disebut abses sumsum tulang belakang/Spinal Cord Abscess (SCA) adalah kondisi langka yang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sumsum tulang belakang. Abses adalah pembengkakan di jaringan yang berisi penumpukan nanah. Kondisi ini dapat terjadi ketika jaringan yang terluka menjadi terinfeksi. Sistem kekebalan tubuh akan mengirimkan sel darah putih untuk membantu melawan infeksi. Sel darah putih mulai mengisi jaringan yang rusak, menyebabkan nanah menumpuk. Nanah terdiri dari sel-sel mati, sel-sel kekebalan, dan bakteri. Sejak antibiotik ada dan sudah menyebar luas, kejadian SCA menjadi sangat langka. SCA sendiri dapat diterapi menggunakan pembedahan dan antibiotik serta terapi rehabilitasi untuk mengatasi gejala sarafnya. Diagnosis SCA sering disalahartikan diagnosisnya dengan Pott disease, osteomyelitis, fraktur kompresi, diabetic neuropathy atau metastasis. Seiring dengan berkembangnya antibiotik, pemeriksaan radiologi, dan pembedahan, angka kematian akibat SCA sudah menurun dari 90% menjadi 4%. Namun tetap masih terdapat potensi gangguan saraf seperti paralisis atau gangguan sensorik. Kondisi ini dapat diterapi dengan terapi fisik dan rehabilitasi.

Penyebab

SCA biasanya disebabkan karena adanya bakteri yang masuk ke dalam sumsum tulang belakang. Bakteri paling umum yang menyebabkan SCA berasal dari spesies Staphylococcus dan Streptococcus. Begitu bakteri ini berada di dalam tubuh, mereka akan menginvasi tempat untuk hidup dan bertumbuh di sumsum tulang belakang. Tubuh akan mengirimkan sinyal ke sel darah putih untuk melawan infeksi bakteri, menyebabkan nanah menumpuk dan abses terbentuk. Penyebab lain dari SCA meliputi bisul yang berkembang dikulit, terutama di kulit punggung atau kulit kepala, septikemia yaitu infeksi darah yang dapat menyebar ke sistem saraf pusat, cedera yang disebabkan oleh benda asing seperti peluru atau pisau, komplikasi dari operasi punggung atau prosedur pungsi lumbal, sinus dermal yaitu saluran yang dapat terbentuk antara kulit dan saluran tulang belakang saat proses pertumbuhan dalam Rahim, serta infeksi tuberculosis.

Agar tetap hidup, sumsum tulang belakang membutuhkan perfusi jaringannya dengan darah. Ketika lapisan pia mater yang menyelubungi sumsum tulang belakang itu ditembus, atau pasien memperoleh infeksi dalam aliran darah, agen infeksi seperti bakteri dapat menembus pertahanan darah pada sumsum tulang belakang (blood cord barrier). Sebagai bagian dari sistem saraf pusat, blood cord barrier secara fungsional setara dengan blood brain barrier (sistem pertahanan di otak), menyebabkan orang-orang dengan sistem imun rendah atau pengguna narkoba suntikan menjadi berisiko terkena infeksi pada sistem sumsum tulang belakang karena mekanisme yang mirip dengan yang dapat menyebabkan abses otak.

Faktor risiko

Beberapa faktor risiko yang dapat memperparah terjadinya SCA yaitu riwayat penggunaan obat antikoagulan (obat untuk menghambat pembekuan darah) atau pengencer darah dalam jangka waktu lama, kelemahan sistem imun yang membuat bakteri lebih mudah menginfeksi dan berkembang, Crohn’s disease yaitu penyakit yang menyebabkan terbentuknya luka di sistem pencernaan, dan kebiasaan menggunakan obat-obatan suntikan. SCA lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita dengan insiden puncak pada dekade pertama dan ketiga kehidupan. Pasien dengan riwayat penyalahgunaan obat berupa suntikan sangat berisiko tinggi, seperti pasien immunocompromised lainnya seperti orang dengan HIV, diabetes, atau kegagalan organ multipel.

Gejala

SCA dapat tanpa disertai gejala pada awalnya. Namun seiring waktu, infeksi dapat menyebar atau abses memberat, sehingga dapat menekan sumsum tulang belakang. Terjadinya infeksi dan penekanan dapat memicu gejala seperti :

  • Nyeri mendadak pada bagian tulang belakang
  • Nyeri tajam yang menjalar hingga ke lengan atau tungkai
  • Kelemahan yang dapat menjadi berat
  • Hilangnya sensasi di bawah area dari abses
  • Kelemahan dibawah area dari abses
  • Tidak bisa mengontrol kandung kemih serta usus
  • Dapat disertai demam

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis SCA dapat dilakukan wawancara mendalam (anamnesis) mengenai gejala yang dialami, waktu terjadinya serta riwayat penyakit dan kebiasaan pasien. Gejala SCA seringkali tidak jelas dan mungkin mirip dengan kondisi lain. Akibatnya, pada beberapa kondisi sulit untuk mendiagnosis SCA. Dokter mungkin membutuhkan beberapa tes dan alat diagnostik termasuk tes darah, tes pencitraan dan pungsi lumbal. Tes darah yang digunakan untuk melihat apakah terdapat infeksi seperti hitung darah lengkap, laju sedimentasi eritrosit, kadar protein C-reaktif, dan pungsi lumbal. Dokter juga akan mengumpulkan sampel cairan serebrospinal (CSF) untuk dianalisa. CSF adalah cairan bening dan berair yang membantu mengelilingi dan melindungi tulang belakang dan otak. Untuk mengumpulkan sampel CSF, akan dilakukan pungsi lumbal atau spinal tap dengan memasukkan jarum ke dalam rongga tulang belakang. Tes penunjang lain yang dapat dilakukan yaitu tes pencitraan untuk memeriksa tulang belakang. Tes pencitraan yang dapat dilakukan yaitu foto Xray, CT scan dan MRI.

Tata laksana 

Diagnosis dan pengobatan dini SCA sangat penting karena jika tidak diobati segera, SCA dapat pecah dan infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh. Karena pengobatan cepat diperlukan untuk mencegah atau meminimalkan kelainan saraf, dokter harus mempertimbangkan abses tulang belakang jika pasien memiliki nyeri punggung bukan akibat cedera yang signifikan, terutama bila ada nyeri tekan dan nyeri saat diketuk pada bagian atas tulang belakang, atau jika terdapat demam atau baru saja mengalami infeksi atau tindakan gigi. Kelainan saraf lebih spesifik dapat muncul tetapi dapat terjadi kemudian, sehingga menunda pencitraan sampai kelainan saraf ini muncul dapat membuat hasil yang buruk lebih mungkin terjadi.

Saat SCA sudah terdiagnosis dan lokasi sudah ditemukan, dokter akan merujuk ke ahli bedah untuk dilakukannya prosedur laminektomi untuk mengeluarkan nanah dan cairan di dalamnya. Apabila ditemukan sinus dermal pada saat pembedahan, dokter akan memotong sinus dermal. Kemudian pasien akan diberikan antibiotik sebagai tatalaksana selanjutnya karena antibiotik dapat membunuh bakteri penyebab penyakit dan mencegah risiko infeksi lebih lanjut.

Komplikasi

Komplikasi berbahaya dari SCA adalah infeksi berulang, nyeri terus-menerus, kelemahan, mati rasa, kehilangan kontrol usus atau kandung kemih, dan bahkan kematian.

Kondisi ini juga dapat menyebabkan gejala dan komplikasi neurologis yang bertahan selama berminggu-minggu atau bahkan bertahun-tahun setelah abses diangkat. Pasien mungkin memerlukan rehabilitasi untuk mengobati gejala-gejala ini. Komplikasi lain dapat mencakup gangguan berkemih berupa disuria atau inkontinensia stres. Disuria mengacu pada buang air kecil yang sulit atau menyakitkan. Jika pasien mengalami inkontinensia stres, pasien akan sulit untuk mengontrol kandung kemih di bawah tekanan fisik, seperti ketika sedang tertawa.

Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan dengan cara menghindari beberapa faktor risiko dari SCA itu sendiri. Hentikan penggunaan obat-obatan antikoagulan atas petunjuk dokter jika Anda mengalami keluhan nyeri tiba-tiba pada bagian tulang belakang disertai adanya benjolan berisi nanah. Jaga daya tahan tubuh Anda dan hindari penyalahgunaan obat-obatan terutama obat-obatan suntik. Apabila Anda mengalami gejala seperti adanya bisul di kulit terutama sekitar tulang belakang atau infeksi, segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan untuk segera mendapatkan perawatan. 

Kapan harus ke dokter?

Disarankan untuk segera ke dokter apabila mengalami gejala SCA seperti nyeri mendadak, nyeri tajam yang menjalar hingga ke lengan atau tungkai, kelemahan yang dapat menjadi berat, hilangnya sensasi di bawah area dari abses, kelemahan dibawah area dari abses, tidak bisa mengontrol kandung kemih serta usus dan dapat disertai demam. Pengobatan dini SCA dapat mencegah terjadinya komplikasi serius. 

 

 

 

Writer : dr Vega Audina
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Senin, 17 April 2023 | 08:51

Spinal Cord Abscess: Risk Factors, Causes, & Symptoms. Healthline. 2021. Available from: https://www.healthline.com/health/spinal-cord-abscess#complications

Encyclopedia M, abscess S. Spinal cord abscess: MedlinePlus Medical Encyclopedia. Medlineplus.gov. 2021. Available from: https://medlineplus.gov/ency/article/001405.htm

Keefe P, Das J, Al-Dhahir M. Spinal Cord Abscess. Ncbi.nlm.nih.gov. 2021. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532939/

 

Spinal Cord Abscess: Background, Problem, Epidemiology. Emedicine.medscape.com. 2021. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/248030-overview#a5