Gangguan Perkembangan Khas Campuran

Bagikan :


Definisi

Gangguan perkembangan khas campuran adalah gangguan bahasa campuran antara gangguan bahasa ekspresif dan gangguan bahasa reseptif. Kondisi ini terjadi pada sekitar 10–15% anak di bawah 3 tahun.

Gangguan berbahasa pada anak memiliki 2 bentuk, yaitu:

  • Gangguan bahasa ekspresif yaitu kondisi anak sulit mengekspresikan maksud dan pesan kepada orang lain
  • Gangguan bahasa reseptif yaitu kondisi anak sulit memahami maksud dan pesan dari orang lain, baik secara tulisan maupun verbal

Anak dengan gangguan bahasa campuran mengalami kesulitan mengerti kata-kata orang lain dan menggunakan kata-kata untuk menyampaikan maksudnya. Anak dengan gangguan berbahasa dapat bersuara dan bahasa mereka dapat dimengerti.

Tahapan Perkembangan Anak

Tahapan perkembangan bicara anak berdasarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), antara lain:

  • Usia 0-6 bulan
    • Saat lahir bayi hanya dapat menangis
    • Pada usia 2-3 bulan bayi dapat membuat suara "aah" dan "uuh" atau disebut cooing
    • Mendekati usia 6 bulan, bayi dapat memberikan respon ketika namanya dipanggil dan mengenali emosi dalam nada bicara.
    • Bayi dapat mengoceh menggunakan suku kata tunggal seperti 'papapa', 'dadada' atau 'bababa'
  • Usia 6-12 bulan
    • Pada usia 6-9 bulan, bayi mengerti nama dan dapat mengoceh
    • Pada usia 9-12 bulan, bayi dapat mengucapkan mama atau papa dengan arti dan menirukan kata yang didengarnya
  • Usia 12-18 bulan
    • Anak dapat mengucapkan 3-6 kata dengan arti
    • Anak dapat mengikuti perintah 1 langkah
    • Anak dapat mengangguk, menggeleng, menunjuk
    • Pada usia 18 bulan, kosa kata yang dimengerti anak sekitar 5-50 kata
  • Usia 18-24 bulan
    • Anak banyak berbahasa dan hampir setiap hari memiliki kosa kata baru
    • Anak dapat membuat kalimat yang terdiri atas 2 kata
    • Anak dapat mengikuti perintah 2 langkah
  • Usia 2-3 tahun
    • Sebagian besar kata-kata yang diucapkan anak dapat dimengerti semua orang
    • Pada usia 3 tahun anak dapat membuat kalimat yang terdiri atas 3 kata atau lebih
    • Anak mulai senang bernyanyi
  • Usia 3-5 tahun
    • Anak dapat menyebutkan nama, umur, dan jenis kelamin
    • Anak dapat menggunakan kalimat panjang (lebih dari 4 kata)
    • Anak dapat bercerita hal yang dialaminya dengan rinci

Penyebab

Untuk dapat memiliki kemampuan bahasa, anak perlu mendengar, melihat, mengerti, dan mengingat bahasa sehari-hari yang digunakan oleh orang sekitarnya. Anak juga perlu memiliki kemampuan secara fisik untuk dapat memproduksi suara dan menggunakan bahasa tersebut.

Masalah dalam mengembangkan kemampuan reseptif (memahami maksud orang lain) umumnya mulai terjadi sebelum usia 4 tahun. Beberapa gangguan bahasa campuran disebabkan oleh trauma pada otak dan kondisi ini sering disalahartikan sebagai gangguan perkembangan anak.

Gangguan bahasa dapat terjadi pada anak yang memiliki gangguan perkembangan, seperti spektrum autisme; gangguan pendengaran, dan gangguan belajar. Gangguan bahasa juga dapat disebabkan oleh gangguan pada sistem saraf, yang disebut afasia.

Gangguan bahasa berbeda dengan terlambat berbicaraAnak yang mengalami terlambat berbicara dapat mempelajari bahasa seperti anak lainnya, namun proses tersebut terjadi ketika anak sudah lebih tua. Sedangkan anak dengan gangguan bahasa memiliki kemampuan berbahasa yang tidak normal. 

Faktor Risiko

Beberapa faktor risiko dari gangguan bahasa anak, antara lain:

  • Tidak membacakan buku cerita pada anak
  • Menggunakan dua bahasa (bilingualism)

Gejala

Anak dengan gangguan berbahasa campuran memilliki gejala gangguan bahasa reseptif dan ekspresif.

Gejala gangguan bahasa reseptif antara lain:

  • Sulit memahami maksud dari perkataan orang lain
  • Sulit untuk mengikuti perintah yang ditujukan padanya
  • Sulit untuk mengorganisasi pikirannya
  • Sulit menjawab pertanyaan
  • Sulit mengidentifikasi nama benda di sekitarnya
  • Sulit untuk mengerti perspektif orang lain

Gejala gangguan bahasa ekspresif antara lain:

  • Sulit untuk memiliki kosa kata dan membentuk kalimat, atau kalimat yang diucapkan anak cenderung sederhana, pendek, atau tidak menggunakan kata-kata yang sesuai
  • Sulit untuk menemukan kata yang tepat ketika sedang berbicara, sehingga sering menggunakan kata pengganti seperti "hmm"
  • Memiliki kosa kata yang lebih sedikit dibandingkan anak seusianya
  • Menggunakan kata yang sama berulang-ulang untuk semua pertanyaan
  • Menggunakan struktur bahasa yang salah

Anak dengan gangguan bahasa campuran memiliki kedua gejala tersebut. Anak dapat memiliki seluruh gejala atau hanya beberapa gejala di atas. Gejala yang dialami dapat bervariasi dari yang ringan hingga berat.

Anak dengan gangguan bahasa dapat mengalami kesulitan untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Pada beberapa kasus, gangguan bahasa menjadi penyebab anak menunjukkan masalah perilaku.

Diagnosis

Diagnosis gangguan bahasa campuran dapat ditegakkan setelah anak mengikuti pemeriksaan terstandar mengenai kemampuan bahasanya. Hal ini dapat dilakukan oleh ahli patologi wicara atau terapis wicara. Pemeriksaan audiometri perlu dilakukan untuk memastikan pendengaran anak normal, karena gangguan pendengaran merupakan penyebab gangguan bahasa yang cukup umum.

Tata laksana

Terapi bicara dan bahasa merupakan pendekatan terbaik untuk gangguan bahasa anak. Konseling, seperti terapi bicara, juga direkomendasikan untuk mengatasi masalah emosional dan perilaku.

Kesembuhan anak bervariasi berdasarkan penyebab dasar dari gangguan ini. Gangguan yang disebabkan oleh trauma pada otak atau masalah struktural lainnya memiliki tingkat kesembuhan yang lebih rendah dan anak cenderung mengalami gangguan bahasa dalam jangka panjang. Banyak anak yang mengalami gangguan bahasa juga terhambat dalam belajar dan sulit membaca.

Peran Orang Tua

Orang tua dan lingkungan anak memiliki peran yang besar terhadap perkembangan bahasa anak. Langkah yang dapat dilakukan orang tua untuk mengoptimalkan kemampuan bahasa tersebut, antara lain:

  • Rajin berbicara dan berkomunikasi dengan anak, dimulai pada masa bayi
  • Membacakan cerita untuk anak agar dapat meningkatkan kosakatanya. Orang tua dapat menunjuk gambar dan menyebutkan nama benda yang ditunjuk.

Komplikasi

Sulit mengerti atau menggunakan bahasa dapat mempengaruhi interaksi sosial dan kemampuan untuk hidup mandiri sebagai orang dewasa. Anak juga dapat mengalami kesulitan untuk membaca yang dapat mempengaruhi pendidikan dan pekerjaannya di masa depan. Dampak dari semua ini dapat menyebabkan anak mengalami depresi, kecemasan, dan masalah perilaku lainnya.

Pencegahan

Pencegahan gangguan bahasa cukup sulit dilakukan karena belum ditemukannya penyebab khusus dari gangguan ini. Namun, Anda dapat mencegah perburukan dengan membawa anak ke ahli patologi wicara atau dokter segera jika anak mengalami gejala di atas. Memberikan stimulasi dan pemantauan perkembangan anak sesuai dengan buku Kesehatan Ibu Anak (KIA) juga dapat membantu Anda untuk memberikan stimulasi yang cukup serta mendeteksi gejala lebih cepat.

Kapan harus ke dokter?

Orang tua yang khawatir mengenai perkembangan kemampuan bahasa anak perlu memeriksakan anak ke dokter. Konsultasikan kekhawatiran Anda agar dokter dapat membantu Anda mengarahkan pada ahli terapi wicara.

Anak yang telah didiagnosis dengan gangguan bahasa perlu melakukan kontrol ke dokter saraf untuk mencaritahu apakah penyebab gangguan ini dapat ditangani.

Berdasarkan IDAI, tanda waspada perkembangan bahasa anak yang perlu diwaspadai oleh orang tua, antara lain: 

  • Usia 0-6 bulan, tidak menoleh jika dipanggil namanya dari belakang dan tidak babbling (mengucapkan suku kata tanpa arti, seperti mamama bababa)
  • Usia 6–12 bulan, tidak menunjuk dengan jari dan ekspresi wajah berkurang
  • Usia 12-18 bulan, tidak mengucapkan kata berarti hinga usia 16 bulan
  • Usia 18-24 bulan, tidak mengucapkan kalimat yang terdiri atas 2 kata yang dapat dimengerti hingga usia 24 bulan.

Jika anak Anda mengalami gejala tersebut atau mengalami penurunan kemampuan bahasa, anak perlu dikonsultasikan ke fasilitas kesehatan terdekat.

Writer : Tannia Sembiring S Ked
Editor :
  • dr Anita Larasati Priyono
Last Updated : Senin, 17 April 2023 | 09:08

Hartanto WS. (2018). Deteksi Keterlambatan Bicara dan Bahasa pada Anak. CDKJorunal, 45(7), 545–549.

Minnis S. (2018). Language Disorder. Healthline. Available from: https://www.healthline.com/health/mixed-receptive-expressive-language-disorder

Shelat AM. (2020). Language disorders in children. MedlinePlus. Available from: https://medlineplus.gov/ency/article/001545.htm

Wangke L, Victory W, Joey G, Rampengan N, Lestari H. External risk factors associated with language disorders in children. PI [Internet]. 28May2021 [cited 23Feb.2022];61(3):133-0. Available from: https://paediatricaindonesiana.org/index.php/paediatrica-indonesiana/article/view/2557