Hematochezia

Bagikan :


Definisi

Perubahan warna pada feses dapat menjadi salah satu tanda adanya perdarahan saluran cerna. Terdapat beberapa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan gejala perdarahan saluran cerna tersebut, antara lain:

  • Melena adalah istilah untuk feses yang berwarna hitam seperti tar atau aspal. Hal ini disebabkan oleh perdarahan saluran cerna bagian atas, seperti esofagus, lambung, dan bagian pertama dari usus halus. Warna hitam disebabkan oleh darah yang telah teroksidasi selama melalui saluran cerna.
  • Occult bleeding adalah istilah untuk menggambarkan feses yang mengandung darah samar, artinya warna feses tidak berubah, namun pada pemeriksaan feses lengkap didapatkan sel darah merah. Hal ini disebabkan oleh perdarahan saluran cerna yang tidak terlalu banyak.
  • Hematochezia adalah istilah untuk menggambarkan perdarahan pada saluran cerna bagian bawah yang ditandai dengan feses berwarna merah segar.

Artikel di bawah ini akan berfokus pada hematochezia.

Perdarahan saluran cerna bagian bawah merupakan kondisi yang cukup sering terjadi, mencakup 20–30% dari keseluruhan kasus perdarahan saluran cerna. Tidak ada perbedaan kejadian pada laki-laki maupun perempuan. Penelitian menemukan bahwa hanya sekitar 40% pasien dengan hematochezia yang memeriksakan diri ke dokter karena beranggapan bahwa kondisinya tidak serius.

Perdarahan saluran cerna dapat dibagi berdasarkan beratnya, yaitu masif, moderat, dan occult atau samar. Klasifikasi ini akan memengaruhi prognosis pasien. Pasien dengan perdarahan saluran cerna yang masif memiliki tingkat mortalitas (angka kematian) 21%.

 

Penyebab

Hematochezia terjadi ketika terjadi perdarahan pada bagian bawah saluran cerna. Karena tidak sempat mengalami oksidasi, darah akan berwarna merah segar. Umumnya darah berasal dari kolon (usus besar) dan rektum (bagian akhir usus besar).

Hematochezia dapat disebabkan oleh beberapa kondisi berikut, antara lain:

  • Fisura ani, yaitu robeknya dinding anus yang disebabkan karena mengejan terlalu keras, feses yang keras, atau diare terus-menerus. Umumnya pasien yang mengalami fisura ani juga mengalami nyeri saat BAB
  • Hemoroid, merupakan penyebab tersering dari hematochezia. Umumnya perdarahan tidak disertai nyeri
  • Proktitis, yaitu peradangan dan pembengkakan rektum dan anus
  • Prolaps rektum, yaitu kondisi rektum keluar melalui anus
  • Trauma atau benda asing
  • Polip kolorektal, yaitu pertumbuhan tumor pada dinding usus besar dan rektum
  • Kanker pada kolon, rektum, atau anus
  • Kolitis ulseratif, yaitu peradangan pada kolon dan rektum
  • Infeksi pada saluran cerna
  • Divertikulosis, yaitu adanya kantung-kantung pada kolon

 

Faktor Risiko

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko mengalami hematochezia, antara lain:

  • Mengonsumsi makanan rendah serat
  • Mengalami konstipasi (sembelit)
  • Usia tua
  • Menggunakan obat-obatan antiinflamasi (NSAID) dan pengencer darah (aspirin)
  • Memiliki riwayat penyakit saluran cerna, seperti hemoroid, penyakit Crohn, divertikulitis, dan lain-lain
  • Riwayat keluarga dengan kanker kolon

 

Gejala

Hematochezia dapat Anda sadari ketika:

  • Anda melihat darah pada tisu setelah ke kamar mandi
  • Anda melihat darah pada toilet ketika Anda sedang BAB atau BAK
  • Anda melihat warna merah segar pada feses Anda saat BAB
  • Anda melihat darah pada pakaian dalam

Darah dapat bercampur dengan feses, menetes dari anus, atau terlihat seperti corakan merah. Namun, warna feses juga dapat dipengaruhi oleh makanan yang Anda makan, seperti feses yang berwarna merah dapat disebabkan oleh konsumsi buah naga, bluberries, dan buah bit. 

Gejala lain yang dapat Anda alami adalah:

  • Rasa nyeri atau tekanan pada rektum
  • Feses yang keras
  • Nyeri perut
  • Pusing
  • Pingsan

Perdarahan saluran cerna yang banyak dan tidak ditangani dapat menyebabkan syok. Tanda dan gejala dari syok antara lain:

  • Penurunan kesadaran
  • Nadi cepat
  • Tidak dapat buang air kecil
  • Penurunan tekanan darah

 

Diagnosis

Dokter Anda akan menanyakan mengenai keluhan Anda dan melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan akan berfokus pada daerah abdomen (perut) dan rektum. Dokter Anda akan menanyakan mengenai keluhan utama, sejak kapan keluhan muncul, kondisi yang sama sebelumnya, riwayat cedera pada perut, penurunan berat badan, warna feses Anda, dan gejala lain seperti nyeri perut, muntah darah, kembung, diare, dan demam. Dokter Anda akan melakukan pemeriksaan colok dubur (digital rectal examination, DRE) untuk melihat adanya penyebab hematochezia pada area anus, seperti hemoroid.

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, antara lain:

  • Pemeriksaan darah lengkap untuk melihat adanya anemia, masalah pembekuan darah, jumlah trombosit, dan fungsi liver/hati
  • Pemeriksaan feses untuk menegakkan adanya darah pada feses dan penyebab lainnya
  • Kolonoskopi yaitu prosedur yang dilakukan dengan memasukkan kamera kecil melalui rektum sehingga dapat melihat kondisi rektum secara langsung
  • Endoskopi yaitu prosedur yang dilakukan dengan memasukkan kamera melalui mulut untuk melihat kondisi saluran cerna bagian atas. Terkadang, perdarahan saluran cerna bagian atas yang cukup berat dapat menyebabkan darah tidak sepenuhnya teroksidasi, sehingga menghasilkan feses yang berwarna merah terang.
  • Pemeriksaan radiologis seperti CT scan dapat membantu menentukan sumber perdarahan 

 

Tata Laksana

Tata laksana dari hematochezia bergantung pada penyebab dasarnya. Seringkali, hematochezia ringan berhenti dengan sendirinya. Jika tidak, sumber perdarahan perlu dihenitkan. Umumnya, pengobatan dan penghentian perdarahan tersebut dilakukan bersamaan dengan proses diagnosis, seperti kolonoskopi.

  • Pada kasus perdarahan akibat divertikulosis, dokter Anda dapat menyuntikkan obat-obatan pada lokasi divertikulosis.
  • Pada kasus hematochezia akibat hemoroid, dokter akan melakukan terapi berdasarkan derajatnya, meliputi terapi konservatif (terapi untuk mencegah perburukan penyakit) hingga operasi.
  • Pada kasus fisura ani, dokter Anda dapat memberikan terapi konservatif, seperti obat-obatan pelunak feses.
  • Pada kasus kanker kolon, dokter Anda dapat melakukan biopsi pada tumor dan kolon. Konsultasikan hal tersebut dengan dokter Anda.

Tata laksana juga akan bergantung pada kondisi hemodinamik (dinamika aliran darah) Anda. Jika perdarahan yang terjadi cukup banyak hingga menyebabkan syok atau gangguan hemodinamik, dokter Anda akan melakukan koreksi cairan dengan infus atau transfusi darah. Dokter juga akan menyarankan untuk menghentikan penggunaan obat-obatan pengencer darah atau NSAID untuk sementara waktu.

 

Komplikasi

Perdarahan saluran cerna yang masif dan tidak ditangani dapat menyebabkan:

  • Syok
  • Anemia
  • Kematian

Sedangkan, penyebab dari hematochezia dapat menyebabkan komplikasi, antara lain:

  • Hemoroid eksternal dapat menyebabkan nyeri hebat dan rasa tidak nyaman
  • Fisura ani akut dapat berkembang menjadi fisura kronik yang membutuhkan operasi
  • Keganasan dapat bermetastasis ke nodus limfatik dan organ lain jika tidak segera ditangani
  • Perdarahan terus-menerus dapat menyebabkan gejala mudah lelah, sesak napas, dan nyeri dada

 

Pencegahan

Hal-hal yang dapat membantu mencegah hematochezia, antara lain:

  • Mengonsumsi makanan tinggi serat agar tidak mengalami konstipasi/sembelit
  • Tidak mengejan ketika buang air besar
  • Konsumsi air cukup
  • Berhenti merokok
  • Berhenti mengonsumsi alkohol
  • Mengurangi konsumsi obat-obatan pereda nyeri (NSAID)

Diagnosis dan tata laksana yang cepat untuk menangani hematochezia dapat membantu mencegah komplikasi lebih lanjut. Oleh karena itu, jika Anda mengalami hematochezia, segera periksakan diri Anda ke dokter.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Segera periksakan kondisi Anda ke fasilitas kesehatan terdekat jika:

  • Terdapat darah merah segar pada feses
  • Perdarahan terjadi lebih dari 1-2 hari
  • Perubahan warna pada feses
  • Nyeri pada area anus ketika duduk atau buang air besar
  • Inkontinensia, yaitu tidak dapat mengatur keluarnya feses
  • Penurunan berat badan yang tidak direncanakan
  • Penurunan tekanan darah hingga menyebabkan pusing atau pingsan

Anda tetap harus memeriksakan diri ke dokter sekalipun Anda menduga darah tersebut berasal dari hemoroid. Pemeriksaan lanjutan tetap harus dilakukan untuk memastikan diagnosis. Pada anak, konstipasi dapat menjadi penyebab adanya darah pada feses. Konsultasikan ini dengan dokter anak Anda.

Minta keluarga atau teman untuk menemani Anda ke IGD jika Anda mengalami perdarahan yang berat, terus-menerus, atau disertai nyeri perut.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : Tannia Sembiring S Ked
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Jumat, 5 April 2024 | 12:11

Sabry AO, Sood T. Rectal Bleeding. [Updated 2021 Sep 28]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563143/ 

Phillips MM. (2020). Rectal bleeding. MedelineplusGov. Available from: https://medlineplus.gov/ency/article/007741.htm 

Mayo Clinic Staff. (2020). Gastrointestinal bleeding. MayoClinic. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gastrointestinal-bleeding/symptoms-causes/syc-20372729  

Cagir B. (2019). Lower gastrointestinal bleeding. Medscape. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/188478-overview#a1 

Amin SK, Antunes C. Lower Gastrointestinal Bleeding. [Updated 2021 Jul 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448126/  

 

Dunkin MA. (2021). Blood in stool. WebMD. Available from: https://www.webmd.com/digestive-disorders/blood-in-stool