Inkontinensia Alvi

Bagikan :


Definisi

Inkontinensia alvi adalah kondisi tidak dapat mengontrol keluarnya tinja. Orang dengan inkontinensia alvi dapat buang air besar secara tidak sengaja atau tanpa disadari. Inkontinensia alvi disebut juga inkontinensia tinja atau fekal. Kondisi ini disebabkan oleh hilangnya kontrol usus. Tingkat keparahannya bervariasi dari pengeluaran tinja dalam jumlah kecil hingga hilangnya kontrol usus secara total.

Beberapa orang dengan inkontinensia alvi masih dapat merasakan keinginan untuk buang air besar, namun tidak dapat menahannya sampai mencapai kamar mandi. Sementara beberapa orang lainnya tidak merasakan sensasi ingin buang air besar sama sekali dan tinja akan keluar tanpa disadari. Inkontinensia alvi bisa menjadi kondisi yang tidak nyaman, namun dapat membaik dengan pengobatan.

 

Penyebab

Kontrol usus yang normal bergantung pada fungsi beberapa bagian tubuh. Cedera pada salah satu bagian dapat menyebabkan inkontinensia alvi. Bagian-bagian tersebut adalah:

  • Otot panggul
  • Rektum, yaitu bagian ujung bawah usus besar
  • Otot sfingter ani, yaitu otot-otot pada anus atau dubur
  • Sistem saraf anus

Penyebab umum inkontinensia alvi meliputi:

Impaksi tinja

Konstipasi atau sembelit dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan impaksi tinja, yaitu ketika tinja yang keras tersangkut di rektum. Tinja dapat meregangkan dan melemahkan sfingter ani, sehingga otot tidak mampu menghentikan pengeluaran tinja. Komplikasi lain dari impaksi tinja adalah kebocoran cairan tinja melalui anus.

Diare

Pada diare, konsistensi tinja menjadi encer atau cair. Konsistensi ini dapat menimbulkan sensasi mendesak untuk buang air besar. Sensasinya bisa sangat mendadak sehingga Anda tidak punya cukup waktu untuk pergi ke kamar mandi.

Wasir

Wasir, khususnya tipe eksternal, dapat menghalangi sfingter untuk menutup sepenuhnya. Hal ini memungkinkan tinja dan lendir keluar tanpa disengaja.

Kerusakan otot

Kerusakan pada sfingter anus akan membuat otot-otot anus tidak dapat menutup rapat. Pembedahan di daerah anorektal dan sekitarnya, trauma, serta konstipasi dapat merusak otot sfingter.

Kerusakan saraf

Ketika terjadi kerusakan pada saraf yang mengontrol gerakan sfingter, otot sfingter tidak akan menutup dengan benar. Hal ini membuat Anda tidak merasakan keinginan untuk pergi ke kamar mandi. Beberapa penyebab kerusakan saraf antara lain trauma atau cedera saat melahirkan, sembelit kronis, stroke, diabetes melitus, atau Multiple Sclerosis (MS).

Gangguan dasar panggul

Wanita dapat mengalami kerusakan pada otot dan saraf di panggul saat melahirkan. Namun, gejala gangguan fungsi dasar panggul mungkin tidak langsung terlihat. Gejala dapat terjadi bertahun-tahun kemudian. Komplikasi dari kondisi ini meliputi:

  • Kelemahan otot panggul yang digunakan selama buang air besar
  • Prolaps rektum, yaitu ketika rektum turun dan menonjol keluar melalui anus
  • Rectocele, yaitu ketika rektum menonjol ke dalam vagina

Faktor Risiko

Siapa pun dapat mengalami inkontinensia alvi. Namun, orang-orang tertentu lebih berisiko mengalaminya. Risikonya akan lebih tinggi jika:

  • Berusia di atas 65 tahun 
  • Wanita yang pernah melahirkan
  • Mengalami sembelit dalam jangka waktu lama atau kronis
  • Memiliki penyakit atau cedera yang menyebabkan kerusakan saraf

 

Gejala

Inkontinensia alvi ditandai dengan keluarnya tinja yang tidak dapat terkontrol. Kondisi ini dapat berlangsung sementara saat seseorang mengalami diare. Namun, pada sebagian orang, inkontinensia alvi bersifat kronis atau berulang. Orang dengan kondisi ini tidak dapat menghentikan keinginan untuk buang air besar yang datang begitu tiba-tiba, sehingga mereka tidak bisa ke toilet tepat waktu. Kondisi ini disebut inkontinensia urgensi.

Jenis lain dari inkontinensia alvi terjadi pada orang yang tidak menyadari perlunya buang air besar. Kondisi ini disebut inkontinensia pasif. Inkontinensia alvi dapat disertai dengan masalah usus lainnya, seperti diare, sembelit, atau kembung.

 

Diagnosis

Dokter akan melakukan wawancara keluhan dan riwayat kesehatan menyeluruh, juga melakukan pemeriksaan fisik untuk mendiagnosis inkontinensia alvi. Dokter akan menanyakan frekuensi inkontinensia dan waktu terjadinya, diet, obat-obatan, dan masalah kesehatan Anda. Setelah itu, dokter dapat melakukan beberapa tes untuk menunjang diagnosis. Tes berikut dapat membantu menegakkan diagnosis:

  • Pemeriksaan colok dubur
  • Kultur feses
  • Barium enema (pencitraan x-ray fluoroskopi pada usus, termasuk usus besar dan rektum, menggunakan kontras barium)
  • Tes darah
  • Elektromiografi, untuk menguji fungsi otot dan saraf terkait
  • USG anorektal
  • Proktografi (pencitraan video sinar-X saat buang air besar)

 

Tata Laksana

Pengobatan inkontinensia alvi bergantung pada penyebabnya. Beberapa pilihan pengobatan meliputi:

Diet

Temukan makanan yang menyebabkan diare atau sembelit, lalu hindari makanan tersebut. Langkah ini dapat membantu menormalkan dan mengatur pergerakan usus. 

Obat-obatan

Pada kasus diare, dokter dapat memberikan obat antidiare untuk memperlambat pergerakan usus besar, sehingga pengeluaran tinja menjadi lebih lambat. Sementara pada kasus sembelit, dokter akan merekomendasikan diet tinggi serat dan konsumsi cairan yang cukup.

Latihan ulang usus

Latihan ulang usus secara rutin dapat melatih gerakan usus menjadi normal. Rutinitas latihan meliputi:

  • Duduk di toilet dengan jadwal teratur
  • Menggunakan suppositoria (obat yang dimasukan melalui dubur) untuk merangsang buang air besar

Pakaian dalam khusus inkontinensia

Anda dapat mengenakan pakaian dalam yang dirancang khusus untuk perlindungan tambahan. Pakaian ini tersedia dalam bentuk sekali pakai atau dapat digunakan kembali. Beberapa merek menggunakan teknologi yang meminimalkan bau.

Senam Kegel

Senam Kegel dapat memperkuat otot dasar panggul. Latihan ini dilakukan dengan mengontraksikan otot-otot anus berulang kali seperti ingin menahan buang air besar. Anda harus berkonsultasi dengan dokter untuk mempelajari cara latihan yang benar.

Biofeedback

Biofeedback adalah terapi alternatif. Pada terapi ini, Anda belajar menggunakan pikiran untuk mengontrol fungsi tubuh dengan bantuan sensor. Jika Anda mengalami inkontinensia alvi, biofeedback akan membantu mempelajari cara mengontrol dan memperkuat otot sfingter. Terkadang peralatan medis yang digunakan untuk latihan ditempatkan di anus dan rektum. Dokter kemudian akan menguji fungsi otot rektum dan sfingter ani. Tonus otot yang diukur ditampilkan secara visual di layar komputer sehingga Anda dapat mengamati kekuatan gerakan otot. Dengan melihat informasi tersebut, Anda akan belajar bagaimana meningkatkan kontrol otot dubur.

Pembedahan

Pembedahan umumnya dilakukan untuk kasus inkontinensia alvi yang parah. Ada beberapa pilihan pembedahan yang tersedia:

  • Sfingteroplasti. Ujung sfingter ani yang robek akan disatukan kembali sehingga otot menjadi lebih kuat dan sfingter ani menjadi kencang.
  • Transplantasi otot Gracilis. Otot Gracilis dipindahkan dari paha bagian dalam dan ditempatkan di sekitar otot sfingter ani untuk menambah kekuatan.
  • Sfingter buatan. Sfingter buatan adalah cincin silikon yang ditanamkan di sekitar anus. Anda dapat mengempiskan sfingter artifisial ini secara manual untuk memungkinkan buang air besar, lalu mengembangnya lagi untuk menutup anus sehingga mencegah kebocoran tinja.
  • Kolostomi. Beberapa orang dengan inkontinensia alvi yang berat memilih untuk menjalani operasi kolostomi. Pada operasi ini, dokter akan mengarahkan ujung usus besar untuk melewati dinding perut. Bagian usus dilekatkan pada lubang yang dibuat melalui perut (stoma). Kantong sekali pakai akan dilekatkan pada perut di sekitar stoma. Setelah operasi selesai, tinja tidak lagi melewati anus, melainkan keluar melalui stoma dan ditampung di kantong sekali pakai.

Solesta

Solesta adalah gel suntik yang telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 2011 untuk pengobatan inkontinensia alvi. Tujuan terapi Solesta adalah untuk meningkatkan jumlah jaringan dubur. Gel disuntikkan ke dinding anus dan secara efektif mengurangi atau sepenuhnya mengobati inkontinensia alvi pada beberapa orang. Gel ini bekerja dengan meningkatkan ketebalan jaringan anus sehingga mempersempit lubang anus. Kondisi ini akan membantu otot anus tetap kencang. Terapi Solesta ini harus dikelola dan diberikan oleh dokter.

 

Komplikasi

Komplikasi inkontinensia alvi antara lain:

  • Stres. Kehilangan kendali atas fungsi tubuh, terutama kendali buang air besar, dapat menyebabkan rasa malu, frustrasi, maupun depresi. Orang dengan inkontinensia alvi biasanya mencoba menyembunyikan masalahnya atau menghindari interaksi sosial.
  • Iritasi kulit. Kulit di sekitar anus halus dan sensitif. Kontak berulang dengan tinja dapat menyebabkan rasa sakit dan gatal, serta berpotensi menimbulkan luka (ulkus) yang memerlukan perawatan medis.

 

Pencegahan

Penuaan, riwayat cedera, dan kondisi medis tertentu dapat menyebabkan inkontinensia alvi. Kondisi ini tidak selalu dapat dicegah. Namun, risikonya dapat dikurangi dengan menjaga kelancaran buang air besar secara teratur dan dengan menjaga otot-otot panggul tetap kuat.

Inkontinensia alvi dapat dicegah tergantung pada penyebabnya. Beberapa langkah pencegahannya adalah:

  • Mengurangi sembelit, melalui olahraga teratur, diet tinggi serat, dan banyak minum air putih.
  • Mengobati diare. Mengobati atau menghilangkan penyebab diare seperti infeksi usus, dapat membantu mencegah inkontinensia alvi.
  • Menghindari mengejan. Mengejan saat buang air besar pada akhirnya dapat melemahkan otot sfingter ani atau merusak saraf.

Kapan Harus ke Dokter?

Temui dokter jika Anda atau keluarga Anda mengalami inkontinensia alvi, terutama jika berlangsung sering, memberat, atau menyebabkan masalah psikologis. Seringkali, orang dengan inkontinensia alvi enggan memeriksakan diri ke dokter. Padahal, kondisi ini dapat diobati. Semakin cepat diperiksakan, semakin cepat kemungkinan Anda mendapat bantuan untuk mengatasi gejala Anda.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : dr Aprilia Dwi Iriani
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 17:38

Kivi R. (2019). What you need to know about fecal incontinence. Retrieved 10 January 2022, from https://www.healthline.com/health/bowel-incontinence

Fecal incontinence. (2020). Retrieved 10 January 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/fecal-incontinence/symptoms-causes/syc-20351397

Ferzandi TR. (2021). Fecal incontinence. Retrieved 10 January 2022, from https://emedicine.medscape.com/article/268674-overview

Hoffman M. (2020). Bowel incontinence. Retrieved 10 January 2022, from https://www.webmd.com/digestive-disorders/bowel-incontinence

Fecal (Bowel) incontinence. (2020). Retrieved 10 January 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/14574-fecal-bowel-incontinence

Bowel incontinence. (2021). Retrieved 10 January 2022, from https://www.nhs.uk/conditions/bowel-incontinence/

Shah R, Herrero JAV. (2020). Fecal incontinence. StatPearls LC Publishing. Retrieved 10 January 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459128/

Ruiz NS, Kaiser AM. (2017). Fecal incontinence. StatPearls LC Publishing. Retrieved 10 January 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5221273/