Mikrostomia

Bagikan :


Pengertian

Mikrostomia adalah suatu kondisi yang ditandai dengan ukuran bukaan mulut yang kecil yang menyebabkan berbagai kendala dalam fungsi sehari-hari sampai dapat menyebabkan penurunan nutrisi dan kualitas hidup, serta menjadi masalah kosmetik. Namun, definisi mikrostomia ini sulit untuk ditetapkan karena bentuk mulut yang ideal sangatlah subjektif. Bentuk mulut yang dianggap ideal dapat berbeda-beda seiring berjalannya waktu dan dengan perbedaan budaya. Gangguan pada pembukaan mulut dapat terjadi pada kondisi infeksi atau radang pada gigi, namun hal tersebut tidak termasuk dalam makrostomia karena tidak berlangsung permanen atau tidak diakibatkan karena kerusakan struktural.

Orang dengan mikrostomia tidak hanya mendapatkan hendaya pada kemampuan fisik namun juga hendaya pada kehidupan sosialnya. Keterbatasan interaksi sosial akibat kesulitan untuk berbicara dengan jelas dan rasa malu akibat bentuk mulut merupakan masalah psikis yang sering ditemui pada mikrostomia.

Penyebab

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya mikrostomia antara lain:

  • Luka bakar termal, elektrik, maupun kimia pada mulut yang menyebabkan skar atau bekas luka yang kontraktur (memendek). Luka bakar ini biasanya minimal derajat 3. Penyebab ini merupakan yang paling sering terjadi pada mikrostomia.
  • Trauma wajah yang menyebabkan skar dan kontraktur.
  • Rekonstruksi pasca ablasi kanker kulit atau tumor wajah lainnya (sudah jarang terjadi seiring berkembangnya teknik rekonstruksi yang lebih modern).
  • Radang mukosa mulut akibat sindrom Stevens-Johnson (reaksi alergi pada kulit dan mukosa, biasanya akibat obat) yang menyebabkan skar.
  • Gangguan sendi rahang.
  • Pasca operasi bibir sumbing.
  • Terapi radiasi pada kepala dan leher.
  • Kelainan genetik seperti sindrom Freeman-Sheldon, sindrom Hallermann-Streiff, displasia mulut-dinding palatum, sindrom Fine-Lubinsky, epidermolisis bulosa, sindrom Down, sindrom Plummervinson, sindrom Treacher Collins, sindrom Pierre Robin, sindrom Fine-Lubinsky, sindrom Schwartz-Jampel, displasia tulang Burton, sindrom Leopard, dan sindrom Moebius. Penyebab genetik dari mikrostomia jarang ditemui.
  • Penyakit autoimun seperti kalsinosis kutis, fenomena Raynaud, kelainan dismotilitas esofagus, sklerodaktili, sindrom telangiekstasia varian dari skleroderma dapat menyebabkan mikrostomia akibat kontraktur atau pemendekan dari kulit wajah.

Faktor Risiko

Faktor jenis kelamin dan usia menjadi hal  yang dapat meningkatkan risiko terjadinya miktostomia. Jenis kelamin laki-laki dan orang yang berusia muda lebih cenderung mengalami mikrostomia.

Gejala

Mikrostomia menyebabkan penurunan dari kemampuan fungsional mulut, sehingga akan terjadi:

  • Bukaan mulut sempit.
  • Masalah berbicara (terutama artikulasi).
  • Masalah makan, akibat mulut yang kecil dan tidak dapat terbuka lebar sehingga makanan suit masuk dan dikunyah. Masalah makan akan menimbulkan masalah nutrisi sehingga dapat terjadi penurunan berat badan, lemas, letih, pucat, gangguan pertumbuhan pada anak, dan lain-lain.
  • Masalah minum.
  • Drooling akibat tidak terkendalinya air liur.
  • Kesulitan menjaga kebersihan mulut karena sulit menggosok gigi, yang pada akhirnya akan menyebabkan masalah gigi, paling sering adalah gigi berlubang dan bau mulut.
  • Ekspresi wajah terganggu.
  • Gejala lainnya terkait dengan penyebab mikrostomia yang lain seperti penyebab genetik dan autoimun.

Penurunan fungsi tersebut berbeda-beda tiap orang, tergantung dari pola adaptasi terhadap keadaan mikrostomia tersebut.

Diagnosis

Bentuk mulut yang bervariasi pada setiap orang menyulitkan untuk menentukan ukuran mulut yang dianggap kecil. Diagnosis biasanya ditegakkan dengan mengukur jarak gigi seri atas dan bawah saat membuka mulut maksimal. Pada orang dewasa minimal jarak yang dianggap normal adalah 3-4 jari atau 51-60 mm.

Namun, hal tersebut tidak dapat dijadikan patokan pasti dan oleh karena itu, diagnosis mikrostomia ditegakkan dengan melihat adanya masalah fungsional yang terjadi pada penderita. Setelah diagnosa mikrostomia dipastikan, maka penyebabnya juga perlu dicari untuk kepentingan terapi.

Pemeriksaan laboratorium, radiologi, maupun pemeriksaan tambahan lainnya tidak ada yang spesifik untuk mikrostomia. Pemeriksaan ini dilakukan pada mikrostomia yang diduga disebabkan adanya penyakit yang mendasari atau pada kelainan genetik.

Pada mikrostomia yang disebabkan oleh luka bakar listrik, pemeriksaan EKG dibutuhkan untuk mendeteksi kerusakan jantung, kelainan konduksi listrik jantung karena keduanya merupakan dampak dari luka bakar listrik.

Terapi

Terdapat beberapa rekomendasi terapi mikrostomia, namun belum ada yang diterima secara universal. Terapi non bedah terutama ditujukan untuk kasus yang ringan yaitu dengan:

  • Penggunaan gigi palsu.
  • Penggunaan prostetik.
  • Penggunakan splint mulut.
  • Latihan untuk membantu pasien beradaptasi dengan keadaan mikrostomia.
  • Fisioterapi dapat juga dilakukan untuk menambah ukuran bukaan rongga mulut.
  • Untuk mempermudah membersihkan mulut, dapat dipilih sikat gigi yang berkepala kecil dan gunakan pasta gigi flouride, serta kumur dengan klorheksidin 0.12%. Pemakaian gel fluoride setiap hari dengan cotton bud dapat memperlambat terjadinya kerusakan gigi.

Terapi non bedah tersebut dapat meringankan keterbatasan akibat mikrostomia sehingga akan mempermudah penderita untuk membersihkan gigi, makan, dan berbicara yang mana akan memperbaiki kualitas hidup. Jika terapi non bedah sudah dicoba dan keterbatasan fungsi seperti membuka mulut masih ada, maka operasi adalah pilihannya.

Operasi pada dasarnya dilakukan untuk tujuan utama mengembalikan ukurang bukaan mulut yang normal dan mengurangi dampai kosmetik akibat bentuk mulut yang tidak sempurna pada mikrostomia. Pada mikrostomia yang ringan dapat dilakukan rekonstruksi sederhana, namun pada kasus yang berat dapat membutuhkan rekonstruksi yang lebih kompleks dan bahkan bisa dilakukan bertahap. Pemilihan terapi bedah disesuaikan dengan penyebab mikrostomia itu sendiri, tingkat keparahannya, dan dengan mempertimbangkan disabilitas yang disebabkan. Keberhasilan terapi bedah lebih tinggi pada microstomia yang disebabkan oleh trauma seperti luka bakar atau luka operasi dibandingkan dengan yang disebabkan oleh penyakit atau sindrom tertentu. Pada mikrostomia akibat trauma atau luka basar, terapi bedah lebih disarankan daripada non bedah untuk mengurangi komplikasi akibat skar.

Mikrostomia yang disebabkan oleh penyakit seperti kalsinosis kutis, fenomena Raynaud, kelainan dismotilitas esofagus, sklerodaktili, dan sindrom telangieksata tidak disarankan untuk dioperasi karena penyembuhan luka operasinya akan sulit.

Komplikasi

Selain dari masalah kosmetik, komplikasi paling sering dari mikrostomia adalah kerusakan gigi seperti gigi berlubang, infeksi gigi dan gusi. Hal ini terjadi karena berbagai faktor, yang pertama adalah karena sulitnya akses untuk membersihkan gigi, serta kondisi lain seperti kekeringan mukosa mulut dan refluks asam lambung yang dapat menyertai adanya mikrostomia. Kunjungan ke dokter gigi disarankan setiap 3-6 bulan untuk dilakukan pembersihan mulut secara lebih baik dan kontrol kesehatan gigi.

Sementara itu, komplikasi operasi pada mikrostomia antara lain adalah sulitnya intubasi, kegagalan prosedur operasi, dan pembentukan skar berulang sehingga terjadi mikrostomia berulang.

Pencegahan

Terdapat beragam peralatan mulut yang dapat digunakan untuk mencegah mikrostomia. Peralatan tersebut dibeadakan berdasarkan arah peregangannya (horizontal, vertikal, melingkar), dan pemakaiannya (dalam mulut atau luar). Pada luka bakar, pemakaian dini peralatan mulut dapat mengurangi kontraktur akibat pertumbuhan skar.

Peralatan pencegah mikrostomia tidak membutuhkan gigi yang lengkap dan mudah untuk digunakan. Prosedur pemakaian peralatan ini akan ditentukan oleh dokter.

Kapan ke dokter

Jika Anda mengalami tanda mikrostomia atau mengalami kesulitan untuk membuka mulut seperti orang pada umumnya, maka Anda dianjurkan untuk konsultasi ke dokter.

Writer : dr Tea Karina Sudharso
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
Last Updated : Senin, 7 Februari 2022 | 09:18

Ki, S., Jo, G., Yoon, J., & Choi, M. (2020). Reconstruction of microstomia considering their functional status. Archives Of Craniofacial Surgery, 21(3), 161-165. https://doi.org/10.7181/acfs.2020.00220

Medscape. Microstomia Treatment & Management: Medical Therapy, Surgical Therapy, Preoperative Details (2022). Retrieved 27 January 2022, from https://emedicine.medscape.com/article/878332-treatment#d14.

Patel, A., Sethuraman, R., Prajapati, P., & Patel, J. (2013). Microstomia: entry made easy in no entry (with sectional tray and sectional denture). Case Reports, 2013(jul08 2), bcr2013200053-bcr2013200053. https://doi.org/10.1136/bcr-2013-200053 

Silvestre-Rangil, J., Martinez-Herrera, M., & Silvestre, F. (2015). Dental management of patients with microstomia. A review of the literature and update on the treatment. Journal Of Oral Research, 4(5), 340-350. https://doi.org/10.17126/joralres.2015.065