Perdarahan Saluran Cerna Atas

Bagikan :


Definisi

Perdarahan saluran cerna adalah sebuah gejala yang menunjukkan adanya masalah pada saluran cerna. Perdarahan saluran cerna biasanya dikelompokkan berdasarkan asalnya, yaitu perdarahan saluran cerna atas dan bawah. Saluran cerna atas dimulai dari mulut hingga usus halus, tepatnya pada usus 12 jari di atas sebuah ligamen (jaringan serat seperti pita elastis), yaitu ligamen Treitz, sementara saluran cerna bawah berada di bawah ligamen Treitz. Sekitar 75% perdarahan saluran cerna berasal dari saluran cerna atas.

 

Penyebab

Perdarahan saluran cerna atas dapat disebabkan oleh berbagai masalah. Penyebab terseringnya adalah ulkus peptikum atau tukak lambung, yang menyusun 40-50% seluruh kasus perdarahan saluran cerna atas. Tukak lambung berkaitan dengan infeksi bakteri Helicobacter pylori, yang mengganggu lapisan yang melapisi bagian dalam lambung dan menyebabkan peradangan pada sel-sel lambung. Semakin dalam tukaknya, dinding pembuluh darah akan menipis hingga akhirnya pecah dan menyebabkan perdarahan.

Selain tukak, perdarahan dapat disebabkan oleh muntah. Ketika muntah, otot-otot kerongkongan dan lambung tertarik ke arah dalam dengan sangat keras. Tarikan ini dapat merobek lapisan dalam kerongkongan atau lambung, sehingga menyebabkan perdarahan. Tarikan ini dapat pula disebabkan oleh pemaksaan muntah dan batuk yang terlalu keras. Robekan ini biasanya terjadi pada bagian leher lambung, berdekatan dengan sekat antara kerongkongan dan lambung, disebut sebagai robekan Mallory-Weiss.

Selain itu, perdarahan dapat disebabkan oleh adanya peradangan pada saluran cerna atas, baik pada kerongkongan, lambung, maupun usus halus. Tidak hanya itu, adanya pembesaran vena (varises) pada kerongkongan dapat pula meningkatkan risiko perdarahan saluran cerna. Varises ini biasanya disebabkan oleh penyakit hati kronik hingga sirosis (pengerasan hati), yang akan menyebabkan tingginya tekanan darah pada pembuluh darah di hati.

Penyebab perdarahan saluran cerna atas lainnya adalah ulkus atau tukak yang disebabkan oleh stres. Stres yang dimaksud di sini adalah syok (kegagalan berbagai organ yang menyebabkan kondisi tubuh tidak stabil), trauma berat, gagal napas akut, gagal ginjal akut, serta sepsis (infeksi bakteri yang menyebabkan peningkatan ekstrem sistem kekebalan tubuh). Tukak ini biasanya terjadi akibat penurunan aliran darah ke lambung dan berubahnya keasaman lambung.

Penyebab lainnya adalah penggunaan obat-obatan antinyeri dan/atau aspirin dalam jangka waktu lama. Hal ini terjadi karena obat-obatan ini menekan produksi prostaglandin yang selanjutnya menurunkan sistem pertahanan lambung. Selain itu, kelainan pembuluh darah di dekat lambung juga dapat mempermudah terjadinya perdarahan saluran cerna atas.

 

Faktor Risiko

Faktor risiko perdarahan saluran cerna atas adalah penggunaan obat-obatan antinyeri, aspirin, dan clopidogrel dalam jangka waktu lama. Aspirin dan clopidogrel pada umumnya diberikan pada orang-orang dengan riwayat pemasangan ring pada jantung, riwayat serangan jantung, serta stroke. Selain itu, perdarahan ini berisiko terjadi pada orang dengan penyakit hati kronik, misalnya seperti hepatitis B kronik, hepatitis C, dan sirosis hati. Tidak hanya itu, perdarahan saluran cerna atas berisiko tinggi terjadi pada pasien yang dirawat inap terutama di unit intensif, karena kondisi pasien yang seringkali tidak stabil dan menyebabkan terbentuknya tukak akibat stres.

 

Gejala

Gejala perdarahan saluran cerna atas dapat berupa muntah darah yang berwarna merah atau gelap, BAB hitam, atau BAB berdarah. Gejala lainnya dapat pula terjadi, seperti pingsan, nyeri perut bagian atas, rasa terbakar di dada, nyeri perut yang tidak dapat ditunjuk posisinya, kesulitan menelan, berat badan turun, dan kuning pada kulit dan bagian putih mata (sklera). Gejala lain ini dapat menjadi petunjuk adanya perdarahan saluran cerna yang tidak disadari atau adanya kondisi lain yang menyebabkan perdarahan saluran cerna atas. Bila perdarahan cukup berat, tekanan darah bisa turun (hipotensi).

 

Diagnosis

Perdarahan saluran cerna atas seringkali merupakan kegawatdaruratan. Pemeriksaan awal yang dapat dilakukan adalah memastikan jalan napas bebas (airway), pernapasan teratur dan cukup (breathing), dan peredaran darah baik (circulation). Pemeriksaan tanda vital seperti denyut nadi, laju napas, suhu, dan tekanan darah diperlukan untuk menentukan prioritas tata laksana awal. Jika keadaan pasien stabil dan pasien sadar, pemeriksaan tekanan darah pada tiga posisi dapat dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan tekanan darah yang kemungkinan menjadi penyebab pingsan. Selain itu, pemeriksaan pada perut dapat dilakukan untuk mengetahui posisi nyeri dan adanya nyeri tekan. Pemeriksaan rectal toucher (RT) dapat pula dilakukan untuk melihat fungsi otot anus serta keberadaan darah, lendir, dan warna BAB. Pemeriksaan RT ini dilakukan oleh dokter dengan memasukkan jarinya ke dalam anus pasien.

Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perdarahan terjadi. Pemeriksaan darah lengkap dapat digunakan untuk mengetahui kadar hemoglobin pada darah. Selain itu, pemeriksaan golongan darah dan crossmatch dapat dilakukan sebagai tindakan waspada apabila pasien membutuhkan transfusi darah, misalnya apabila kadar hemoglobin terlalu rendah. Pemeriksaan juga dapat dilakukan untuk mengetahui kadar urea pada darah, kadar elektrolit darah, dan waktu pembekuan darah. Pada kondisi sederhana, pemeriksaan urease dapat dilakukan untuk mengetahui adanya produk urea pada lambung. Produk urea ini biasanya dihasilkan oleh bakteri Helicobacter pylori, namun tidak pasti menandai adanya infeksi bakteri ini. Jika keluhan perdarahan tidak ditemukan, pemeriksaan darah samar pada BAB dapat dilakukan.

Untuk menyingkirkan kemungkinan diagnosis lainnya, pemeriksaan listrik jantung atau elektrokardiografi (EKG) dapat dilakukan, karena gejala dada terbakar seringkali sulit dibedakan dengan nyeri dada.

Pemeriksaan pencitraan dapat pula dilakukan untuk menunjang diagnosa. Pemeriksaan foto rontgen biasanya dilakukan pada dada, karena kemungkinan tertelannya darah ke saluran napas sangat tinggi. Selain itu, pemeriksaan computed tomography scan (CT scan) dan ultrasonografi (USG) dapat membantu menentukan asal perdarahan dan kemungkinan penyebabnya. Apabila fasilitas kesehatan memadai, endoskopi dapat menjadi salah satu pilihan dalam pemeriksaan pencitraan. Endoskopi merupakan selang yang memiliki kamera pada ujungnya, dimasukkan melalui mulut untuk melihat bagian dalam kerongkongan, lambung, dan usus halus. Dengan endoskopi, sumber perdarahan dapat terlihat dengan lebih jelas. Namun, pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan setelah keadaan pasien stabil.

 

Tata Laksana

Sebagai tata laksana kegawatdaruratan perdarahan saluran cerna, pemasangan infus dan pemberian cairan menjadi prioritas utama. Hal ini diperlukan untuk menjaga tekanan darah agar tetap stabil. Namun, apabila pasien tampak sesak atau muntah darah dalam jumlah yang banyak, pemasangan selang napas (intubasi) dapat dilakukan untuk memastikan saluran napas tetap terbuka.

Apabila kadar hemoglobin terlalu rendah, transfusi darah dapat diberikan hingga mencukupi. Kadar hemoglobin yang menjadi tanda waspada untuk transfusi akan lebih tinggi pada pasien berusia lanjut dan pasien dengan riwayat penyakit jantung daripada orang normal.

Apabila perdarahan saluran cerna tidak berasal dari pelebaran vena (varises) pada kerongkongan, pasien akan diberikan obat-obatan untuk menurunkan asam lambung. Obat-obatan ini akan diberikan dengan disuntikkan. Jika pasien dipulangkan, obat-obatan dapat dilanjutkan dengan diminum. Namun, apabila perdarahan berasal dari varises, obat-obatan lainnya akan digunakan untuk menghentikan perdarahan.

Selain itu, endoskopi dapat pula dilakukan untuk membantu terapi. Pada kasus-kasus tertentu, bagian yang mengalami perdarahan dapat dijepit dengan klip, digumpalkan dengan panas, atau disuntikkan obat dengan bantuan endoskopi.

Apabila infeksi Helicobacter pylori menjadi penyebab terjadinya perdarahan saluran cerna atas, pemberian antibiotik dapat dilakukan untuk membasmi bakteri. Pemberian obat-obatan seperti bismut dapat pula dilakukan sebagai usaha untuk melindungi lapisan dalam lambung, agar penyembuhan dapat berlangsung lebih cepat.

 

Komplikasi

Komplikasi perdarahan saluran cerna dapat berupa syok, anemia, dan kematian. Syok atau kegagalan fungsi organ pada kasus ini biasanya terjadi akibat perdarahan yang terlalu banyak sehingga menyebabkan volume darah terlalu sedikit untuk mengantarkan oksigen ke jaringan secara efektif. Biasanya, syok ditandai dengan tangan dan kaki yang menjadi lebih dingin, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun, dan dalam keadaan yang parah, pasien dapat gelisah sebagai tanda kesadaran terganggu.

 

Pencegahan

Perdarahan saluran cerna atas dapat dicegah dengan membatasi penggunaan obat antinyeri jika tidak terlalu diperlukan atau tidak diresepkan oleh dokter, membatasi konsumsi alkohol, dan berhenti merokok. Apabila Anda memiliki gastroesophageal reflux disease (GERD), ikuti instruksi dokter untuk menangani kondisi tersebut.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Segeralah ke dokter apabila Anda atau orang di sekitar Anda muntah darah atau mengalami BAB hitam yang berkepanjangan, atau BAB berdarah. Jika Anda mengamati adanya tanda-tanda syok seperti penurunan tekanan darah, tidak kencing dalam waktu yang terlalu lama, denyut nadi cepat (dan mungkin lemah), serta seseorang cenderung mengantuk, gelisah, atau tidak sadar, segeralah bawa ke IGD terdekat.

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : dr Teresia Putri
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 18:47

Antunes, C., & II, E. (2021). Upper Gastrointestinal Bleeding. Retrieved 30 December 2021, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470300/

Gastrointestinal bleeding - Symptoms and causes. (2021). Retrieved 30 December 2021, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gastrointestinal-bleeding/symptoms-causes/syc-20372729

Upchurch, B. (2021). Upper Gastrointestinal Bleeding (UGIB): Practice Essentials, Background, Etiology. Retrieved 30 December 2021, from https://emedicine.medscape.com/article/187857-overview#showall