Ruptur Esofagus

Bagikan :


Definisi

Ruptur esofagus didefinisikan sebagai robeknya dinding esofagus atau kerongkongan secara spontan. Ruptur esofagus atau disebut juga dengan Boerhaave’s Syndrome merupakan kondisi kegawatdaruratan medis yang membutuhkan penanganan segera untuk mencegah terjadinya kematian. Angka kematian pada kasus ini berada dikisaran 20 persen hingga 40 persen. Pasien dengan ruptur esofagus yang tidak mendapatkan penanganan segera atau kurang lebih selama 48 jam memiliki angka mortalitas atau kematian hingga 100 persen.

Kasus ruptur esofagus merupakan kejadian yang sangat jarang terjadi dengan perbandingan 1 kasus dari 6000 orang yang ada di seluruh dunia. Muntah yang sering dan berlebihan dapat menjadi gejala klasik yang mendahului terjadinya ruptur pada esofagus.

 

Penyebab

Terjadinya perforasi esofagus dapat disebabkan oleh instrumentasi medis untuk menegakan diagnosis atau teurapetik (iatrogenik), seperti trauma post-operasi, endoskopi diagnostik, dilatasi pneumatik, hemostasis, penempatan stent, ekstraksi benda asing, dan teknik ablasi endoskopi dapat menjadi penyebab terjadinya ruptur esogafus. Ruptur iatrogenic paling sering terjadi pada hipofaring atau esofagus bawah sedangkan ruptur spontan cenderung terjadi pada dinding bagian belakang esofagus.

Ruptur esofagus paling sering terjadi disebabkan perforasi non-iatrogenik. Hal ini seringkali terjadi karena peningkatan tekanan intra-esofagus secara mendadak dan dikombinasikan dengan tekanan negatif di dalam rongga dada. Ruptur biasanya terjadi secara longitudinal dengan ukuran yang bervariasi, dari 0.6 cm hingga 8.9 cm. Sisi kiri lebih cenderung terkena dibandingkan dengan sisi kanan esofagus dengan presentase 90 persen.

Cedera  traumatis pada kerongkongan dikarenakan adanya cedera tembus atau benda tumpul cenderung lebih jarang terjadi. Cedera tembus karena luka tembak atau luka tusuk lebih sering terjadi dibandingkan cedera tumpul.

 

Faktor Risiko

Terdapat beberapa faktor risiko pada kasus ruptur esofagus, diantaranya adalah:

  • Muntah yang sering dan berlebihan
  • Terjadinya cedera yang dapat menyebabkan robekan secara langsung pada esofagus
  • Tumor esofagus
  • Benda asing
  • Kelainan pada jaringan esofagus
  • Prosedur medis berupa Esophagogastroduodenoscopy yang memiliki risiko menyebabkan ruptur pada esofagus.

Esophagogastroduodenoscopy merupakan tindakan yang diperlukan untuk diagnosis dan terapi, dengan peluang risiko sebesar 0.03%. Namun, angka tersebut dapat meningkat hingga 25% bergantung pada pilihan tindakan yang dilakukan apabila dikombinasikan dengan prosedur lain untuk melakukan terapi pada waktu yang bersamaan.

 

Gejala

Pasien dengan ruptur esofagus dapat menimbulkan gejala:

  • Rasa nyeri pada lokasi ruptur
  • Nyeri pada dada
  • Kesulitan untuk menelan
  • Peningkatan denyut nadi
  • Nafas cepat
  • Tekanan darah menurun
  • Demam
  • Menggigil
  • Muntah, termasuk muntah darah
  • Nyeri dan kaku pada leher

Gejala-gejala tersebut berkaitan dengan kondisi syok yang dapat dialami pasien karena kekurangan cairan akibat dari banyaknya perdarahan yang dialami. Selain itu, pasien dengan infeksi juga dapat menunjukkan gejala berupa demam dan menggigil, hal ini disebabkan karena adanya luka terbuka yang menjadi risiko kontaminasi mikroorganisme hingga menyebabkan infeksi pada pasien dengan ruptur esofagus.

 

Diagnosis

Ruptur esofagus merupakan kasus yang terjadi secara cepat dan dokter melakukan diagnosis berdasarkan adanya temuan robekan yang terjadi pada esofagus. Biasanya dokter akan segera menangani kondisi kegawatdaruratan yang terjadi pada saat itu untuk menjaga agar pasien tidak jatuh pada kondisi yang lebih parah hingga menyebabkan kematian. Selanjutnya, dokter akan melakukan anamnesis (wawancara mendalam) dan pemeriksaan fisik untuk menemukan penyebab utama terjadinya ruptur esofagus pada pasien.

Jika diperlukan, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang yang dilakukan sesuai dengan indikasi penyakit yang mendasarinya, seperti pemeriksaan laboratorium hingga pemeriksaan radiologi seperti sinar X atau CT-Scan untuk memastikan adanya tanda-tanda terjadinya ruptur esofagus. Pemeriksaan bertujuan untuk melihat apakah ada gelembung udara dan tanda-tanda abses (rongga berisi nanah) pada dada.

 

Tata Laksana

Secara umum tindakan operatif pada kasus ruptur esofagus memerlukan pertimbangan berdasarkan berbagai faktor, diantaranya adalah penyebab yang mendasarinya, lokasi terjadinya robekan, dan jarak waktu penanganan yang telah didapatkan pasien, semakin cepat pasien ditangani maka semakin baik hasil yang diharapkan dengan tindakan operatif. Diagnosis cepat (dibawah 24 jam) sering dikaitkan dengan pemulihan yang lebih baik. Pertimbangan lain meliputi luas luka robek hingga kondisi umum medis yang dimiliki oleh pasien.

Beberapa rekomendasi prosedur tindakan operatif, dilakukan jika:

  • Pasien sepsis dengan kondisi klinis yang tidak stabil
  • Perforasi post-emetik yang terjadi baru-baru ini
  • Perforasi intra-abdominal
  • Tidak adanya kontraindikasi medis untuk prosedur operatif (empisema parah atau penyakit arteri coroner yang parah)
  • Robekan menyebabkan kebocoran diluar mediastinum (rongga dada)
  • Keganasan, sumbatan, atau jaringan striktur (penyempitan) pada area robekan

Berikut merupakan terapi medis standar untuk pasien dengan kasus ruptur esofagus:

  • Pasien ditempatkan di ruang ICU
  • Tidak boleh ada makanan/ minuman yang masuk lewat mulut
  • Dukungan nutrisi parenteral
  • Nasogastric suction – tindakan ini harus dilakukan hingga menunjukkan tanda-tanda perbaikan pada area perforasi
  • Antibiotik spektrum luas – tidak ada percobaan klinis yang spesifik pada kasus ruptur esofagus. Namun, dengan pengetahuan empiris untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri anaerobik gram negatif dan gram positif maka antibiotik spektrum luas harus segera diberikan
  • Analgesik narkotik

 

Komplikasi 

Ruptur pada esofagus merupakan kasus yang mengancam jiwa serta memerlukan penanganan yang cepat dan tepat. Pada kasus yang parah, robekan luas dapat menyebabkan terjadinya perdarahan yang masif. Perdarahan yang tidak segera ditangani dapat membuat pasien jatuh pada kondisi syok apabila tidak segera mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat, tentunya kondisi tersebut dapat mengancam jiwa. Pasien biasanya tampak pucat dan lemas hingga mengalami penurunan kesadaran. Pasien dengan luka terbuka sangat rentan untuk mengalami infeksi, apabila dibiarkan terlalu lama dapat mengakibatkan pasien mengalami sepsis. Selain itu pasien juga berisiko mengalami gagal nafas dan infeksi lain seperti mediastinitis (peradangan pada rongga dada) dan abses intra-thorakal (penumpukan nanah di dalam dada).

 

Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya kasus ruptur esofagus tentunya harus mengenali kondisi klinis yang tampak pada pasien, perhatikan gejala klasik yang dapat menyebabkan terjadinya ruptur esofagus seperti muntah yang sering dan berlebihan. Kondisikan diri Anda untuk mencegah terjadinya muntah dengan tidak mengonsumsi makanan yang dapat memicu refluks dan muntah. Setelah makan tunggu sekitar 2-3 jam sebelum berbaring agar tidak memicu terjadinya refleks muntah.

Pencegahan juga dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.

  • Pengobatan dini berupa pembuangan cairan (drainase) dari dada
  • Anda juga perlu minum antibiotik untuk mencegah atau mengobati infeksi
  • Anda tidak diizinkan untuk makan atau minum apa pun sampai perawatan selesai
  • Dokter akan memberikan antibiotik dan cairan melalui jalur pembuluh vena
  • Anda akan mendapatkan nutrisi melalui selang makanan.

 

Kapan Harus Ke Dokter ?

Segera hubungi dokter apabila mengalami robekan pada esofagus, semakin cepat Anda mendapatkan penanganan maka semakin baik. Pasien ruptur esofagus yang mendapatkan penanganan dibawah 24 jam lebih baik dalam proses pemulihannya dibandingkan dengan pasien yang mendapatkan penanganan lebih lama dari 24 jam. Segera datang ke instalasi gawat darurat jika Anda mengalami ruptur esofagus spontan, muntah darah atau Anda kesulitan untuk menelan atau bernafas.

 

Writer : dr Sherly Deftia Agustina
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Senin, 7 Februari 2022 | 09:21

Healthline. 2017. Esophageal Perforation, diakses pada 30 Januari 2022. Available from: https://www.healthline.com/health/esophageal-perforation#outlook

Medscape. 2020. Esophageal Rupture, diakses pada 30 Januari 2022 Available from: https://emedicine.medscape.com/article/425410-overview

ScienceDirect. 2022 Esophageal Rupture, diakses pada 30 Januari 2022 Available from: https://www.sciencedirect.com/topics/medicine-and-dentistry/esophagus-rupture/pdf