Hipertrofi Adenoid

Bagikan :


Definisi

Adenoid adalah jaringan limfatik (kelenjar getah bening) yang berada di saluran napas, antara hidung dan tenggorokan. Adenoid tersusun atas jaringan yang sama dengan tonsil atau amandel. Anda dapat melihat tonsil Anda ketika melihat bagian tenggorokan Anda melalui cermin, sedangkan adenoid terletak di lokasi yang tidak terlihat. Baik adenoid maupun tonsil merupakan bagian dari sistem imun tubuh yang berfungsi untuk mencegah dan melawan infeksi.

Hipertrofi adenoid adalah tersumbatnya saluran napas, saluran cerna, dan telinga akibat pembesaran adenoid. Hipertrofi adenoid terjadi pada sekitar 34,46% anak berusia 5-14 tahun. Laporan lain menyebutkan, jumlah kasus hipertrofi adenoid yang berobat ke spesialis THT-KL adalah sekitar 42%. Hipertrofi adenoid merupakan penyebab tersering mendengkur dan henti napas saat tidur (obstructive sleep apnoea/ OSA) pada anak. Hipertrofi adenoid paling sering terjadi pada usia 3-6 tahun karena adenoid mencapai ukuran terbesar. 

Penyebab

Adenoid merupakan bagian dari sistem limfatik berupa cincin yang disebut cincin Waldeyer. Cincin ini merupakan bagian dari sistem imunitas manusia. Adenoid berada pada saluran yang menghubungkan antara rongga hidung dengan tenggorokan.

Adenoid mulai tumbuh sejak lahir dan mencapai ukuran terbesar pada usia 3-6 tahun. Pada usia 7-8 tahun, ukuran adenoid akan mengecil hingga anak menjadi dewasa. Saat dewasa, adenoid akan hilang sepenuhnya. Adenoid dapat memproduksi antibodi untuk membantu tubuh melawan infeksi. Pada usia balita, adenoid membantu bayi untuk melawan infeksi dengan memerangkap bakteri dan virus yang masuk ke dalam tubuh melalui hidung. Adenoid yang terinfeksi akan bertambah besar dan kembali ke ukuran semula setelah infeksi mereda. Namun, pada beberapa kondisi, pembesaran adenoid menetap walaupun infeksi sudah tidak ada. Pembesaran adenoid juga dapat disebabkan oleh infeksi. Beberapa anak memiliki adenoid yang lebih besar dari ukuran normal sejak lahir.

Faktor Risiko

Faktor yang dapat meningkatkan risiko mengalami pembesaran adenoid, antara lain:

  • Usia 3-6 tahun
  • Sering mengalami infeksi saluran napas atas dan telinga
  • Memiliki rinitis alergi
  • Mengalami infeksi tonsil
  • Mengalami pembesaran tonsil

Gejala

Pembesaran adenoid dapat menyebabkan beberapa gejalai, antara lain:

  • Hidung tersumbat
  • Mengalami infeksi telinga berulang (otitis media efusi–di mana terjadi penumpukan cairan di telinga tengah, dapat menyebabkan gangguan pendengaran)
  • Sulit tidur
  • Mendengkur
  • Nyeri tenggorokan
  • Sulit menelan
  • Gangguan bicara
  • Bernapas melalui mulut; dapat menyebabkan mulut kering, bau mulut, dan bibir kering
  • Pada kondisi kronik dapat menyebabkan perubahan struktur wajah dan membentuk facies adenoid (mulut terbuka, rahang bawah tertarik, bibir atas tertarik ke atas)

Diagnosis

Dokter dapat menegakkan diagnosis hipertrofi adenoid berdasarkan gejala, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dokter akan menanyakan mengenai keluhan yang dialami oleh anak, seperti mendengkur, infeksi telinga berulang, gangguan bicara; durasi keluhan terjadi, dan keluhan penyerta. Dokter juga akan melakuakn pemeriksaan pada telinga, tenggorokan, mulut, dan leher anak untuk mencari benjolan dan sumber infeksi. Dokter perlu mencari faktor risiko yang terdapat pada anak seperti rinitis alergi dan komplikasi yang telah terjadi seperti otitis media efusi (OME).

Karena adenoid terletak di belakang tenggorokan, dokter tidak dapat melihat adenoid secara langsung sehingga perlu pemeriksaan tambahan untuk mengevaluasi bentuk adenoid. Pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai kondisi adenoid antara lain:

  • Menggunakan kaca yang dimasukkan ke mulut
  • Foto polos untuk membandingkan ukuran adenoid dan nasofaring
  • Nasoendoskopi, yaitu dengan memasukkan kamera kecil berbentuk kabel melalui hidung. Pemeriksaan ini direkomendasikan untuk mengevaluasi kondisi adenoid karena dapat melihat adenoid secara langsung. Dokter akan mengukur adenoid dan membandingkannya dengan struktur sekitarnya.
  • Polisomnografi (PSG). Pemeriksaan ini dilakukan pada anak yang mengalami OSA. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menilai dengkuran, aliran udara dari hidung dan mulut, dan posisi tubuh. Pemeriksaan ini dapat membantu menilai derajat keparahan OSA yang dialami anak.

Tata laksana

Pengobatan adenoid bergantung pada penyebab pembesaran adenoid dan gejala yang dialami. Jika gejala tidak terlalu berat, anak Anda tidak membutuhkan pengobatan khusus. Namun, jika gejala berpotensi untuk mengganggu atau dapat menyebabkan komplikasi, pengobatan seperti semprot hidung untuk mengurangi pembengkakan dapat diberikan oleh dokter. Jika dokter menduga ada infeksi bakteri yang sedang berlangsung, dokter dapat memberikan antibiotik. Pada beberapa kasus dengan gejala berat, anak Anda perlu melakuakn adenoidektomi.

Adenoidektomi adalah tindakan operasi untuk mengangkat adenoid. Dokter dapat merekomendasikan tindakan ini jika:

  • Anak Anda mengalami infeksi berulang. Jika infeksi terus terjadi, adenoid dapat membesar dan menyumbat saluran telinga sehingga menyebabkan otitis media efusi (OME)
  • Antibiotik yang diberikan tidak dapat melawan infeksi bakteri pada adenoid
  • Adenoid yang membesar dapat menyumbat saluran pernapasan yang berpotensi berbahaya

Jika terdapat masalah pada tonsil, anak Anda juga perlu melakukan tonsilektomi (pengangkatan tonsil) bersamaan dengan adenoidektomi.

Setelah operasi, anak Anda dapat pulang pada hari yang sama. Setelah operasi, anak Anda dapat mengalami nyeri tenggorokan, bau mulut, dan hidung berair. Gejala akan berlangsung selama beberapa hari setelah operasi.

Komplikasi

Komplikasi dari hipertrofi adenoid adalah:

  • Otitis media efusi (OME), yaitu menumpuknya cairan pada telinga tengah. Jika tidak ditangani, hal ini dapat mengganggu pendengaran anak.
  • Gangguan pernapasan ketika tidur
  • Gangguan bicara, bahasa, dan/atau gangguan belajar akibat gangguan pendengaran dan OME berulang.
  • Gangguan perilaku akibat tidak mendapatkan kualitas tidur yang baik, seperti mengompol
  • Hipertensi pulmonal
  • Gangguan psikologis, seperti depresi dan ADHD

Hipertrofi adenoid bersifat swasirna (sembuh sendiri) ketika anak menjadi dewasa. Namun, menimbang dampak komplikasi terhadap kehidupan anak di masa depan, dokter umumnya akan mempertimbangkan tata laksana operatif.

Pencegahan

Hipertrofi adenoid merupakan kondisi yang sering terjadi pada anak-anak dan jarang menyebabkan masalah pada orang dewasa. Kondisi ini dapat dicegah dengan memperhatikan kebersihan diri agar tidak mudah tertular penyakit infeksi saluran napas atas. Selain itu, kondisi ini tidak dapat sepenuhnya dicegah. Menangani kondisi yang dapat menjadi faktor risiko hipertrofi adenoid seperti infeksi telinga dan tenggorokan dengan cepat dan tepat dapat mencegah perburukan dan pembesaran adenoid.

Kapan harus ke dokter?

Periksakan kondisi anak ke dokter jika anak Anda mengalami masalah pernapasan, tidak dapat bernapas dengan normal melalui hidung, mengalami infeksi telinga berulang, gangguan pendengaran, dan sering mendengkur ketika tidur. Tata laksana yang cepat dapat membantu mencegah anak mengalami komplikasi di masa depan.

Writer : Tannia Sembiring S Ked
Editor :
  • dr Anita Larasati Priyono
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 13:34

Geiger Z, Gupta N. Adenoid Hypertrophy. [Updated 2021 May 9]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK536984/

Johnson S. (2019). What to know about enlarged adenoids. MedicalNewsToday. Available from: https://www.medicalnewstoday.com/articles/324519

Jones KB. (2021). Enlarged adenoids. Familydoctor. Available from: https://familydoctor.org/condition/enlarged-adenoids/

Luo EK. (2018). Enlarged adenoids. Healthline. Available from: https://www.healthline.com/health/enlarged-adenoids

Pereira, L., Monyror, J., Almeida, F. T., Almeida, F. R., Guerra, E., Flores-Mir, C., & Pachêco-Pereira, C. (2018). Prevalence of adenoid hypertrophy: A systematic review and meta-analysis. Sleep medicine reviews, 38, 101–112. https://doi.org/10.1016/j.smrv.2017.06.001