Hipoksia Janin

Hipoksia Janin

Bagikan :


Definisi

Hipoksia adalah kondisi kekurangan oksigen pada jaringan tubuh. Sementara itu, hipoksia janin adalah kekurangan oksigen pada jaringan tubuh janin baik sebelum persalinan, selama kehamilan, dan termasuk setelah kelahiran. Kondisi hipoksia pada bayi yang telah lahir dapat disebabkan oleh kondisi kurangnya oksigen yang berkembang sejak dalam kandungan.

Pembentukan janin, pertumbuhan janin, dan kelangsungan hidupnya di dalam kandungan bergantung pada kesehatan ibu dan perkembangan plasenta (ari-ari) yang normal. Bila ibu terpapar kondisi hipoksia yang terus menerus terjadi, dapat menyebabkan gangguan perkembangan plasenta dan memberikan dampak negatif pada pertumbuhan janin. 

Kebutuhan oksigen dan nutrisi makanan akan meningkat seiring perkembangan ari-ari dan janin. Hipoksia intrauterin atau hipoksia yang terjadi dalam kandungan, merupakan kondisi kekurangan oksigen yang dapat berasal dari ibu, ari-ari, atau janin. Biasanya kondisi ini ditemukan melalui denyut jantung bayi yang tidak normal.

 

Penyebab

Ada beragam kondisi dan penyakit yang dapat menjadi penyebab janin tidak mendapat cukup oksigen sebelum, selama, atau setelah kelahiran, kondisi-kondisi tersebut antara lain:

Plasenta (ari-ari)

  • Solusio plasenta, yaitu terlepasnya ari-ari dari tempat perlekatannya di dinding rahim, kondisi ini merupakan komplikasi kehamilan yang menyebabkan perdarahan pada trimester ketiga, serta terkait dengan kematian ibu dan janin.
  • Insufisiensi plasenta, merupakan kondisi ketika ari-ari tidak dapat menyediakan oksigen dan nutrisi dalam kadar yang cukup untuk bayi.

Tali pusat

  • Kompresi tali pusat, yaitu penekanan pada tali pusat karena berbagai sebab, penekanan tali pusat tersebut akan menghambat aliran oksigen dan nutrisi pada janin, sehingga janin jadi kekurangan oksigen.
  • Simpul tali pusat, dimana tali pusat tersimpul atau tertekuk dan keadaan ini dapat menghambat aliran oksigen dan nutrisi ke janin.
  • Prolaps tali pusat, yaitu ketika posisi tali pusat berada mendahului kepala bayi, di antara kepala bayi dan leher rahim. Posisi ini rentan untuk terjadi kompresi tali pusat.

Rahim

  • Ruptur uteri, yaitu robeknya dinding rahim saat usia kehamilan di atas 28 minggu, bisa juga terjadi saat persalinan.

Cairan ketuban

  • Oligohidramnion, yaitu volume air ketuban yang sedikit di dalam kandungan. Karena jumlah air ketuban yang melindungi janin sedikit, kondisi ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kompresi tali pusat, dan membuat aliran oksigen serta nutrisi pada janin menjadi terhambat.
  • Sindrom aspirasi mekonium, yaitu bayi menghirup cairan ketuban yang telah tercemar oleh mekonium saat persalinan. Mekonium itu sendiri merupakan tinja pertama bayi. Kondisi ini dapat menyumbat saluran napas bayi.

 

Faktor Risiko

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hipoksia atau kekurangan kadar oksigen pada janin di antaranya:

  • Ibu hamil memiliki penyakit penyerta yang dapat menyulitkan kehamilan, seperti:
    • Anemia
    • Obesitas
    • Diabetes
    • Hipertensi atau tekanan darah tinggi
    • Hipertensi pulmonal pada pembuluh darah paru
    • Gangguan ginjal atau liver
    • Penyakit jantung bawaan sianotik yang menimbulkan gejala kebiruan pada kulit
  • Kondisi kehamilan ibu, yaitu:
    • Kehamilan post term, yaitu usia kehamilan melewati 42 minggu
    • Ibu hamil pada usia di atas 35 tahun
    • Kehamilan dengan janin kembar atau lebih
    • Janin memiliki kelainan letak, kelainan bawaan, atau infeksi
    • Kadar oksigen ibu rendah
    • Ibu memiliki riwayat bayi meninggal di dalam kandungan pada kehamilan sebelumnya
  • Ibu hamil tinggal di daerah dataran tinggi
  • Ibu merokok 

 

Gejala

Bila janin kekurangan oksigen, biasanya janin dapat memperlihatkan tanda kesulitan bernapas yang dapat dilihat dari denyut jantung yang tidak normal saat diperiksa, seperti:

  • Takikardi atau peningkatan denyut jantung janin lebih cepat dari 160 kali per menit
  • Bradikardia atau ada penurunan denyut jantung kurang dari 120 kali per menit

Tanda dan gejala umum lain pada hipoksia janin atau bayi meliputi:

  • Kurangnya gerakan janin yang dirasakan oleh ibu
  • Denyut jantung janin atau bayi menurun
  • Bayi terlihat lesu dan lemah saat lahir
  • Warna kulit kebiruan atau pucat
  • Kekuatan ototnya lemah
  • Refleks yang buruk
  • Tangisan bayi lemah atau tidak menangis saat lahir
  • Terlihat sulit bernapas 
  • Kejang setelah lahir
  • Ditemukan mekonium dalam cairan ketuban

 

Diagnosis

Dokter akan bertanya mengenai keluhan, riwayat kesehatan, dan riwayat kehamilan ibu. Setelah itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik pada ibu. Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang berikut untuk mengetahui tingkat kecukupan oksigen janin, antara lain:

Ultrasound (USG) Doppler

Denyut jantung janin (DJJ) diukur menggunakan alat Ultrasound (USG) Doppler. Laju dan pola denyut jantung janin akan ditampilkan di layar USG sehingga dapat diketahui apakah denyutnya normal atau tidak. DJJ memberikan informasi tentang kecukupan oksigen pada tubuh janin. DJJ normal janin berkisar antara 120 sampai 160 denyut dalam satu menit. Pada kondisi gawat janin, yaitu ketika kondisi janin mengalami perburukan akibat kekurangan oksigen, DJJ menunjukan angka kurang dari 120 kali per menit atau lebih dari 160 kali per menit.

Kardiotokografi (CTG)

Pemeriksaan kardiotokografi dilakukan untuk mengetahui respons denyut jantung terhadap pergerakan janin dan kontraksi rahim ibu. Pemeriksaan ini dapat menilai kondisi gawat janin lebih dini dibandingkan dengan USG Doppler.

Biometri janin

Pemeriksaan ini adalah pengukuran bagian tubuh janin yang dapat dilakukan melalui USG. Bila hasil pemeriksaan menunjukkan ukuran janin lebih kecil dari yang seharusnya, salah satu sebabnya adalah karena janin mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi.

 

Tata Laksana

Penanganan pertama pada janin yang tidak sehat adalah dengan resusitasi di dalam kandungan. Beberapa langkah penanganan yang dapat dilakukan adalah:

  • Terapi oksigen dan cairan
  • Ibu berganti posisi atau tidur miring ke satu sisi, diutamakan sisi kiri
  • Amnioinfusion, yaitu memasukan cairan ke dalam rongga amnion (kantung yang mengelilingi dan melindungi janin) pada kasus penekanan tali pusat untuk mengurangi kompresi yang terjadi
  • Tokolisis, yaitu obat untuk menunda kelahiran prematur yang bekerja dengan cara menghentikan kontraksi untuk sementara waktu
  • Pemberian cairan infus dekstrosa hipertonik, yaitu cairan gula dengan konsentrasi tinggi

Jika bayi dalam keadaan gawat janin, persalinan harus segera dilakukan. Dokter akan merangsang kontraksi rahim untuk mempercepat proses persalinan. Jika tidak berhasil, dokter akan membantu ibu melahirkan menggunakan forsep atau ekstraktor vakum jika diperlukan. Namun, jika terdapat komplikasi selama persalinan atau terdapat mekonium pada cairan ketuban, diperlukan operasi caesar darurat. Prosedur operasi sebisa mungkin dilakukan dalam waktu satu jam setelah kondisi gawat janin terdeteksi.

Jika gawat janin menyebabkan bayi menghirup mekonium, dokter harus langsung membersihkan saluran pernapasan bayi segera setelah lahir. Tindakan ini dapat dilakukan dengan bantuan alat penghisap dan memasang alat bantu pernapasan (ventilator) bila diperlukan. Gawat janin yang tidak diatasi dapat menyebabkan kematian pada janin.

 

Komplikasi

Komplikasi hipoksia janin yang bisa terjadi antara lain:

  • Gangguan pertumbuhan janin
  • Gangguan otak janin
  • Palsi serebral, yaitu kelainan bawaan berupa gangguan otak dan kelumpuhan otot
  • Bayi ikterus atau kuning
  • Infeksi 
  • Kelahiran prematur
  • Gangguan pembuluh darah ibu pada plasenta yang dapat menimbulkan preeklamsia
  • Kematian janin dalam kandungan

 

Pencegahan

Sebagian kasus hipoksia atau gawat janin sebenarnya dapat dikenali lebih awal. Oleh karena itu, penting bagi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kehamilan kandungannya secara rutin dengan selalu membawa buku KIA agar kehamilan terpantau dengan baik.

 

Kapan Harus ke Dokter? 

Jika terdapat tanda atau gejala seperti yang sudah disebutkan di atas, segera periksa ke dokter untuk mendapat pemeriksaan dan penanganan yang tepat. Hal ini untuk mencegah perburukan dan komplikasi baik pada ibu maupun bayi.

Jika memiliki faktor risiko seperti yang sudah disebutkan di atas, konsultasi rutin dengan dokter Anda untuk mencegah bayi Anda mengalami hipoksia atau gawat janin.

Writer : dr Aprilia Dwi Iriani
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 05:48