Setelah mengalami luka, misalnya akibat luka cedera, luka bakar, atau operasi, tubuh akan melakukan proses pemulihan dan membentuk bekas luka. Bekas luka terkadang berbentuk menonjol yang dikenal dengan bekas luka hipertrofik atau keloid. Meski keduanya terlihat mirip, namun hipertrofik dan keloid sebenarnya berbeda. Apa saja perbedaannya? Simak ulasannya berikut ini.
Perbedaan Keloid dan Bekas Luka Hipertrofik
Ketika Anda mengalami luka, baik luka setelah operasi atau luka bakar, tak jarang akan terbentuk bekas luka yang menonjol. Bekas luka menonjol tersebut dikenal sebagai bekas luka hipertrofik atau keloid. Keduanya sama-sama terbentuk akibat kelebihan produksi kolagen selama penyembuhan luka. Namun perbedaannya, bekas luka hipertrofik hanya berada dalam area luka, sedangkan keloid dapat tumbuh melewati batas tersebut.
Berikut ini perbedaan antara keloid dan bekas luka hipertrofik:
Keloid
Keloid adalah bekas luka yang tebal dan menonjol. Bekas luka ini dapat muncul di bagian kulit mana pun, tetapi biasanya terbentuk di dada, bahu, pipi, atau daun telinga. Bagi Anda yang rentan mengalami keloid, maka kemungkinan Anda memiliki keloid lebih dari satu tempat.
Keloid dapat terbentuk dari berbagai jenis cedera kulit mayor maupun minor seperti:
- Jerawat
- Luka bakar
- Bekas cacar air
- Tindik telinga
- Luka operasi
- Luka vaksinasi
Tanda-tanda atau karakteristik keloid di antaranya:
- Berada di bekas luka, berwarna mirip daging atau merah keunguan
- Mulai tumbuh beberapa bulan atau beberapa tahun setelah terjadinya luka
- Berbentuk benjolan-benjolan lunak
- Dapat terus membesar seiring waktu
- Terbentuk di luar area luka
- Tidak memengaruhi gerak persendian
- Dapat meningkatkan risiko kanker
- Tidak dapat hilang dengan sendirinya
- Lebih sulit diatasi
Baca Juga: Tips Mencegah Munculnya Bekas Luka Cacar Air
Bekas luka hipertrofik
Sekilas, bekas luka hipertrofik mirip dengan keloid, namun pada bekas luka hipertrofik, tonjolan tidak melebihi bekas luka. Beberapa kriteria bekas luka hipertrofik yang membedakannya dengan keloid antara lain:
- Mulai terbentuk dalam waktu 1-2 bulan setelah luka awal dan terus tumbuh setelah berbulan-bulan
- Dapat menyusut setelah satu tahun
- Berwarna merah muda
- Dapat memperkeras gerakan sendi karena jaringan parut memperpendek jaringan sehat
- Bersifat lebih umum, bisa dialami siapa saja
- Dapat berkembang di mana saja pada tubuh, terutama di dekat lokasi luka yang terinfeksi
- Tidak berisiko kanker
- Dapat mengempis dengan sendirinya tanpa penanganan khusus
Baca Juga: Benarkah Vitamin E Ampuh Untuk Menghilangkan Bekas Luka?
Cara Menghilangkan Bekas Luka Hipertrofik dan Keloid
Bekas luka hipertrofik dan keloid tidak bersifat berbahaya dan membutuhkan penanganan khusus. Hanya saja, keduanya dapat mengganggu penampilan dan membuat seseorang tidak percaya diri. Jika Anda merasa terganggu dengan keloid, dokter dapat merekomendasikan perawatan menyamarkan luka berikut ini:
- Mengoleskan krim, losion, gel, atau minyak ke lokasi bekas luka
- Menempelkan lembaran silikon di lokasi bekas luka selama beberapa bulan
Untuk bekas luka atau keloid yang lebih parah, dokter dapat merekomendasikan penanganan berikut:
- Menyuntikkan kortikosteroid
- Pengangkatan dengan pembedahan
- Krioterapi
- Terapi laser
- Perawatan dengan sinar-X
Bekas luka hipertrofik dan keloid terkadang mirip, namun keduanya memiliki karakteristik berbeda. Jika Anda memiliki pertanyaan seputar masalah kulit seperti bekas luka hipertrofik dan keloid sebaiknya periksakan ke dokter. Anda juga bisa memanfaatkan fitur konsultasi pada aplikasi Ai Care yang bisa diunduh melalui App Store dan Play Store.
Mau tahu tips dan trik kesehatan, pertolongan pertama, dan home remedies lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Nadia Opmalina