Disfasia

Bagikan :


Definisi

Disfasia merupakan suatu kondisi yang memengaruhi kemampuan untuk memproduksi dan memahami bahasa lisan. Disfasia juga dapat menyebabkan gangguan membaca, menulis, dan dalam memberikan isyarat tertentu. Gangguan ini dapat dialami anak-anak maupun orang dewasa. Disfagia sering disalahartikan dengan kelainan lain, seperti diartria yang merupakan gangguan bicara atau disfagia yaitu gangguan menelan.

Disfasia adalah gangguan bahasa. Hal ini terjadi ketika area otak yang bertanggung jawab untuk mengubah suatu pikiran menjadi bahasa lisan rusak dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Akibatnya, orang dengan disfasia sering mengalami kesulitan dalam komunikasi verbal. Disfasia disebabkan oleh kerusakan otak. Stroke merupakan penyebab paling umum dari kerusakan otak yang dapat menyebabkan disfasia. Penyebab lain termasuk infeksi, cedera kepala, dan tumor.

 

Penyebab

Disfasia terjadi karena bagian otak yang bertanggung jawab untuk memproduksi bahasa dan pemahaman mengalami kerusakan atau adanya kelainan lain. Kerusakan ini dapat disebabkan oleh beberapa kondisi medis yang berbeda. Stroke merupakan penyebab yang paling sering menyebabkan disfasia. Saat stroke, terjadi penyumbatan atau kerusakan pada pembuluh darah otak yang dapat menyebabkan otak kekurangan suplai oksigen. Ketika sel-sel otak kekurangan oksigen terlalu lama, sel-sel tersebut dapat mati. Terdapat beberapa penyebab lain dari disfasia, antara lain : 

Pada anak, faktor genetik dan faktor lingkungan berperan dalam menyebabkan disfasia perkembangan. Pada beberapa kasus, disfasia disebabkan oleh mutasi pada gen GRN yang diturunkan pada kromosom autosomal dominan. Mutasi gen ini juga berasosiasi dengan gangguan perilaku. Adapun kasus disfasia lain karena asosiasi dengan penyakit epilepsi yang dimulai pada usia dini. Mutasi gen yang terlibat adalah GRIN2A.

 

Faktor Risiko

Disfasia terjadi akibat kerusakan pada otak yang memengaruhi kemampuan untuk memproduksi dan memahami bahasa lisan. Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan disfasia, diantaranya :

  • Kolesterol tinggi 
  • Tekanan darah tinggi 
  • Penyakit jantung 
  • Diabetes 
  • Pola hidup tidak sehat
  • Penyakit yang berhubungan dengan penuaan pada saraf
  • Cedera kepala      

Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap kejadian gangguan berbicara dan berbahasa. Jenis kelamin laki-laki memiliki risiko lebih tinggi sekitar 2 : 1 dibandingkan perempuan. Faktor riwayat keluarga yang mengalami keterlambatan bicara, kejang demam, paparan TV/gadget, riwayat keluarga yang merokok, tingkat pendidikan ibu, status kehamilan dan pekerjaan ibu memiliki pengaruh dalam perkembangan proses berbicara dan berbahasa anak.

 

Gejala

Penderita disfasia dapat mengalami kesulitan dalam menggunakan atau memahami ucapan. Gejala yang muncul tergantung pada lokasi dan tingkat keparahan dari kerusakan otak.

Gejala disfasia pada anak usia 1 tahun yaitu :

  • Belum bisa mengucapkan kata spontan yang bermakna seperti mama/papa.
  • Kemampuan berbicara reseptif (menangkap pembicaraan orang lain) sudah baik, tetapi kemampuan ekspresif (menyampaikan suatu maksud) mengalami keterlambatan.
  • Karena organ bicara sama dengan organ untuk makan, maka biasanya anak tersebut juga mempunyai masalah dengan makan atau menyedot susu dari botol.

Gejala gangguan berbicara meliputi:

  • Berusaha keras dalam menemukan kata-kata (anomia)
  • Berbicara perlahan atau dengan susah payah
  • Berbicara dalam satu kata atau kalimat pendek
  • Kesalahan dalam membuat tata bahasa
  • Tidak mampu mengurutkan kata dengan benar
  • Mengganti kata-kata atau suara 
  • Menggunakan kata-kata yang tidak masuk akal
  • Bicara lancar tetapi tanpa makna

Gejala pada gangguan pemahaman meliputi:

  • Berusaha keras untuk memahami percakapan orang lain
  • Membutuhkan waktu ekstra untuk memahami ucapan
  • Memberikan jawaban yang salah untuk pertanyaan sederhana
  • Mengalami kesulitan dalam memahami tata bahasa yang kompleks 
  • Salah menafsirkan suatu kata/kalimat 

Disfasia dibagi menjadi beberapa jenis yaitu disfasia ekspresif, disfasia reseptif, disfasia anomik, disfasia global, dan disfasia progresif.

  • Disfasia tipe ekspresif, kelainan terjadi dibagian otak yang disebut area Wernicke, penderita dapat mengeluarkan suara dan berbicara namun orang lain tidak akan mengerti apa yang dikatakannya. Kalimat yang dibentuk saat bicara atau dalam tulisan tidak mengikuti tata cara penulisan yang benar. Gangguan ini disebut world salad. Penderita disfasia ekspresif ini terkadang tidak menyadari dirinya menderita disfasia dan berpikir dirinya berbicara normal seperti yang lain.
  • Disfasia tipe reseptif, kelainan terjadi dibagian otak yang disebut area Broca. Pada tipe ini, penderita kesulitan untuk mengeluarkan kata-kata dalam berkomunikasi. Mereka kesulitan untuk membuat kalimat saat berbicara maupun menulis, dan membutuhkan waktu lama untuk mengucapkan kata per kata atau berbicara dalam kalimat yang sangat singkat. 
  • Disfasia tipe anomik, penderita kesulitan untuk mengingat dan mengucapkan kembali kata-katanya. Penderita dapat berbicara secara lancar dan dapat dimengerti, namun lupa kata-kata umum seperti nama tempat atau nama benda.
  • Disfasia global, gejala yang dialami mencakup gejala disfasia ekspresif dan reseptif. Penderita tidak dapat membentuk kata-kata atau kalimat dan mengalami masalah untuk memahami perkataan orang lain.
  • Disfasia progresif, ditandai dengan gejala awal yang ringan namun dapat memburuk seiring waktu. Penderita disfasia progresif dapat memahami perkataan orang lain, namun kemampuan berbicara dan menulis memburuk seiring dengan bertambahnya usia.

 

Diagnosis

Cara untuk menegakkan diagnosis disfasia berbeda-beda tergantung dari tipe disfasia yang dialami. Untuk disfasia reseptif dapat dilakukan tes dengan meminta pasien untuk membaca kata-kata atau kalimat dan meminta mereka untuk menjelaskan kata-kata atau kalimat tersebut. Pemahaman materi lisan dinilai dengan meminta pasien untuk mendengarkan suatu kalimat dan menjelaskannya atau meminta pasien untuk mengikuti instruksi tertentu seperti “tunjukkan dimana pintu”.

Pada kondisi disfasia tipe ekspresif, pasien akan diminta untuk menyebutkan serangkaian objek dan beberapa bagiannya atau menceritakan sesuatu, sebagai contohnya meminta pasien menceritakan mengenai keluarga, pekerjaan, untuk melihat apakah pasien dapat berbicara secara spontan atau tidak.

Difasia juga sering muncul tiba-tiba, misalnya setelah cedera kepala. Ketika muncul tanpa penyebab yang jelas, biasanya itu adalah tanda dari kondisi lain, seperti stroke atau tumor otak. Jika Anda mengalami gejala disfasia, segera lakukan konsultasi dengan dokter. 

Dokter mungkin akan menyarankan beberapa pemeriksaan, diantaranya :

  • Pemeriksaan fisik
  • Pemeriksaan neurologis/saraf
  • Tes kemampuan lain seperti refleks, kekuatan, dan perasa
  • Tes pencitraan, seperti pemindaian MRI, CT scan, atau PET scan. 
  • Evaluasi bahasa-bicara

 

Tata Laksana

Penderita gangguan berbicara biasanya akan dirujuk ke Speech and Language Therapist (SLT) untuk pemeriksaan secara menyeluruh dan latihan untuk mendorong pemulihan bicara dan pemahaman agar lancar. Terapi akan disesuaikan dengan kebutuhan individu pasien. Penelitian membuktikan bahwa SLT memiliki efektivitas tinggi dalam pemulihan disfasia pasca stroke dalam hal membaca, peningkatan komunikasi fungsional, menulis dan bahasa ekspresif dibandingkan dengan tanpa terapi. Terapi dengan intensitas tinggi atau dalam jangka waktu yang lebih lama mungkin lebih bermanfaat. Constraint-Induced Aphasia Therapy (CIAT) yaitu merupakan terapi berbicara yang intensif dan terbukti efektif dalam mengatasi afasia paska stroke.

Pada anak-anak yang mengalami keterlambatan berbicara, dokter anak akan memberikan obat untuk membantu memperbaiki sel-sel yang rusak di pusat bicara, bersamaan dengan itu akan dilihat fungsi organ bicaranya apakah terdapat gangguan atau tidak. Terapi wicara akan dilakukan dengan cara latihan otot bicara seperti latihan meniup, menyedot, menggerakan lidah ke kiri dan ke kanan, dan sebagainya. Kemudian anak akan diminta untuk menirukan bunyi, kata-kata baru, kemudian kalimat.

 

Komplikasi

Kasus disfasia perkembangan akan berdampak pada gangguan komunikasi saat dewasa. Salah satu gangguan berbicara yang dipengaruhi oleh kondisi saat masih kecil adalah gagap (stuttering). Selain bisa disebabkan oleh trauma, stroke, atau cedera pada otak, gagap juga dapat dipengaruhi oleh kondisi keterbatasan kemampuan komunikasi yang terjadi pada masa perkembangan. Gagap termasuk dalam istilah penyakit gangguan bicara dimana kemampuan berbicara tidak lancar disertai dengan repetisi berlebihan dari suara, kata, frase dan adanya break (berhenti) saat berbicara. Dampak disfasia dalam jangka waktu panjang, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan akademis dan komunikasi anak.

Komplikasi berupa terganggunya aktivitas sehari-hari termasuk dalam berbicara dan memahami perkataan atau pembicaraan orang lain dapat terjadi pada disfasia yang disebabkan oleh penyakit stroke, cedera kepala, atau penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer atau Parkinson. Maka dari itu, penting untuk mengontrol faktor risiko dari penyakit tersebut agar tidak menimbulkan komplikasi yang serius.

 

Pencegahan

Pencegahan untuk disfasia yang terjadi pada orang dewasa, dapat dicegah dengan cara olahraga rutin, lakukan pola hidup sehat, hindari mengonsumsi alkohol, dan mengontrol tekanan darah untuk menghindari penyakit yang dapat memicu disfasia.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Disarankan untuk segera kedokter apabila anak mengalami keterlambatan berbicara seperti pada usia 1 tahun anak belum dapat mengeluarkan kata kata yang bermakna seperti mama/ papa. Segera bawa ke dokter apabila perkembangan anak tidak sesuai dengan usia. Pada pasien yang mengalami gangguan berbicara pasca kecelakaan, riwayat tumor otak, kejang, stroke dan lain-lain segera periksakan ke dokter.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

Writer : dr Vega Audina
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Jumat, 14 April 2023 | 05:18

What Is Dysphasia?. WebMD. 2021. Available from: https://www.webmd.com/brain/what-is-dysphasia

Carly Vandergriendt. 2017. Available from : Dysphasia vs. Aphasia: What’s the Difference? (healthline.com)

dictionary M. Dysphasia: what is it, symptoms and treatment | Top Doctors. Top Doctors. 2021. Available from: https://www.topdoctors.co.uk/medical-dictionary/dysphasia#

 

What is Dysphasia?. Thewaltoncentre.nhs.uk. 2021. Available from: https://www.thewaltoncentre.nhs.uk/patient-leaflets/what-is-dysphasia/468869