Dakriosistitis

Dakriosistitis yang terjadi sebagai bawaan lahir biasanya disebabkan oleh adanya ketidaksempurnaan pembentukan saluran air mata.

Bagikan :


Definisi

Dakriosistitis merupakan peradangan pada kantung air mata yang biasanya terjadi akibat sumbatan pada saluran air mata ke hidung dan penumpukan air mata pada kantong tersebut. Angka kejadian dakriosistitis paling tinggi pada dua kelompok usia: bayi baru lahir dan orang dewasa di atas 40 tahun. Angka kejadian sumbatan saluran air mata bawaan terjadi pada 6% bayi baru lahir, dan dakriosistitis terjadi pada 1 dari 3.884 kelahiran hidup. Pada orang dewasa, wanita lebih sering mengalami kondisi ini daripada pria.

 

Penyebab

Air mata dihasilkan oleh kelenjar air mata, yang terletak di kelopak mata atas luar. Air mata berfungsi sebagai pelembab dan pelemas mata. Kemudian, air mata akan dialirkan ke saluran-saluran menuju kantong air mata, dan selanjutnya dialirkan ke rongga hidung.

Pada umumnya, dakriosistitis disebabkan oleh sumbatan pada saluran yang mengalirkan air mata ke rongga hidung. Lebih jauh lagi, dakriosistitis dapat dibagi berdasarkan durasinya (akut dan kronik) serta waktu munculnya (bawaan atau didapatkan). Dakriosistitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus beta hemolyticus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus pneumoniae, dan Pseudomonas aeruginosa. Sementara itu, dakriosistitis kronik disebabkan oleh sumbatan yang sudah lama terjadi, infeksi berulang, atau penyakit-penyakit autoimun seperti lupus eritematosus sistemik (LES).

Dakriosistitis yang terjadi sebagai bawaan lahir biasanya disebabkan oleh adanya ketidaksempurnaan pembentukan saluran air mata. Hal ini menyebabkan cairan ketuban yang masih terdapat dalam saluran air mata tidak dapat dialirkan keluar dan terinfeksi bakteri. Sementara itu, dakriosistitis yang didapatkan pada usia dewasa dapat disebabkan oleh penuaan yang menyebabkan penyempitan struktur saluran air mata, trauma seperti patah tulang hidung, pembedahan pada hidung, tumor, atau pengobatan penyakit lainnya seperti glaukoma.

 

Faktor Risiko

Faktor risiko dakriosistitis terkait dengan penyebabnya. Berdasarkan jenis kelamin, wanita lebih rentan mengalami dakriosistitis karena diameter saluran air matanya lebih sempit daripada pria. Berdasarkan usia, semakin tua usia seseorang, semakin tinggi risiko dakriosistitis, karena adanya penyempitan bukaan pada saluran air mata yang menyebabkan aliran air mata melambat. Selain itu, kondisi pada hidung seperti deviasi septum (pembengkokan sekat yang memisahkan rongga hidung kanan dan kiri), serta peradangan pada hidung dapat meningkatkan risiko dakriosistitis. Trauma atau operasi yang melibatkan tulang hidung dapat pula meningkatkan risiko. Selain itu, tumor dan penyakit autoimun juga meningkatkan risiko tersebut. Namun, ada pula dakriolit, kumpulan sel-sel, lemak, dan kotoran pada saluran air mata yang dapat menyumbat saluran tersebut sehingga meningkatkan risiko dakriosistitis. Kondisi seperti glaukoma membutuhkan terapi obat, di antaranya timolol dan pilokarpin, yang dapat meningkatkan risiko dakriosistitis.

 

Gejala

Gejala dakriosistitis akut dan kronik berbeda. Pada dakriosistitis akut, gejala dapat muncul selama beberapa jam hingga hari, ditandai dengan nyeri, kemerahan, dan bengkak pada area di antara mata dan hidung. Biasanya, nyeri terbatas pada daerah antara mata dan hidung. Kemerahan dapat pula terlihat hingga batang hidung. Selain itu, cairan seperti nanah dapat pula keluar dari ujung saluran bersamaan dengan keluarnya air mata. Sementara itu, pada dakriosistitis kronik, gejala yang paling sering dikeluhkan adalah air mata yang berlebih dan seperti nanah.

Selain itu, keluhan demam juga dapat muncul. Keluhan lainnya dapat terkait penglihatan, seperti penurunan tajam penglihatan. Namun, penurunan tajam penglihatan ini biasanya terjadi akibat lapisan air mata yang tidak normal akibat sumbatan saluran. 

 

Diagnosis

Diagnosis dakriosistitis biasanya dilakukan oleh dokter dengan menanyakan perjalanan penyakit dan riwayatnya. Pada dakriosistitis akut, dokter dapat melakukan pijatan lembut pada saluran air mata untuk mengeluarkan sebagian cairan agar dapat dilakukan pemeriksaan bakteri seperti Gram dan kultur. Jika Anda memiliki riwayat trauma atau operasi, dokter dapat menyarankan Anda untuk menjalani pemeriksaan CT scan. Selain itu, pencitraan pada saluran air mata seperti dakriosistografi (DCG) dapat pula dilakukan jika dicurigai ada kelainan struktur pada saluran air mata. Jika Anda memiliki rinitis (peradangan pada rongga hidung) atau penyempitan rongga hidung, dokter dapat melakukan endoskopi hidung untuk mencari apakah dakriosistitis terjadi akibat hal tersebut atau tidak.

Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan menggunakan zat pewarna untuk mengevaluasi aliran air mata. Jika zat pewarna tidak hilang dalam 5 menit, dapat diduga ada sumbatan pada saluran tersebut.

Sementara itu, pada dakriosistitis kronik, dokter dapat mencari gejala penyakit-penyakit yang mempengaruhi seluruh tubuh seperti LES, granulomatosis Wegener (peradangan pada pembuluh darah hidung, tenggorokan, paru, dan ginjal), dan sebagainya. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan antibodi yang terkait dengan penyakit-penyakit ini, seperti Antinuclear Antibody (ANA) untuk LES, atau Antineutrophilic Cytoplasmic Antibody ANCA) untuk granulomatosis Wegener.

 

Tata Laksana

Tata laksana dakriosistitis tergantung dari penyebabnya. Pada dakriosistitis akut, dokter dapat melakukan pijatan lembut pada saluran air mata untuk melancarkan aliran air mata. Selain itu, Anda dapat disarankan untuk mengompres hangat daerah yang bengkak untuk menurunkan peradangan. Dokter juga dapat memberikan Anda antibiotik minum untuk menangani infeksi bakteri. Pada dakriosistitis yang terjadi akibat bawaan lahir, dokter akan mengajarkan Anda untuk melakukan pijatan lembut dari arah mata bagian tengah ke arah hidung untuk membantu mengalirkan air mata. Jika ada tanda peradangan seperti kemerahan atau bengkak, dokter dapat meresepkan antibiotik. Dakriosistitis bawaan dapat sembuh setelah 6 bulan hingga 1 tahun dengan cara-cara tersebut.

Sementara itu, dakriosistitis kronik biasanya dapat sembuh dengan pembedahan. Pembedahan ini pada umumnya bertujuan untuk membuka saluran air mata agar aliran air mata ke hidung menjadi lancar. 

 

Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi akibat dakriosistitis dapat terjadi akibat peradangan atau infeksi. Peradangan yang berkepanjangan dapat menyebabkan terbentuknya saluran air mata yang tidak normal, disebut sebagai fistula. Sementara itu, infeksi dapat menyebar hingga membentuk rongga berisi nanah yang disebut sebagai abses atau kemudian menyebar ke selaput otak sehingga menyebabkan meningitis. Komplikasi lainnya dapat berupa penyumbatan pembuluh darah sinus kavernosus di daerah kepala, kebutaan, hingga kematian.

 

Pencegahan

Pencegahan terhadap dakriosistitis dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan pada rongga hidung dan kelopak mata. Kebersihan pada rongga hidung dapat dijaga dengan menyemprotkan nasal spray untuk melancarkan aliran air mata ke hidung. Sementara itu, kebersihan kelopak mata dapat dijaga dengan kompres hangat dan membersihkan kelopak mata sendiri.

 

Kapan harus ke dokter?

Jika Anda tiba-tiba mengalami pembengkakan pada daerah antara mata dan hidung, yang dapat didahului dengan trauma atau operasi (atau tidak sama sekali), Anda dapat berkunjung ke dokter untuk mendapatkan terapi. Jika bayi Anda yang baru lahir mengalami pembengkakan pada daerah antara mata dan hidung, Anda dapat membawa bayi Anda ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut dan terapi.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : Editor AI Care
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
Last Updated : Sabtu, 15 April 2023 | 11:52

Alsuhaibani, A., Goldstein, T., Vargason, C., Goel, S., Barmettler, A., & Yen, M. (2021). Dacryocystitis - EyeWiki. Retrieved 4 November 2021, from https://eyewiki.aao.org/Dacryocystitis.

Gilliland, G. (2019). Dacryocystitis: Practice Essentials, Background, Epidemiology. Retrieved 4 November 2021, from https://emedicine.medscape.com/article/1210688-overview#a4.

 

Taylor, R., & Ashurst, J. (2021). Dacryocystitis. Retrieved 4 November 2021, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470565/.