Definisi
Obstructive sleep apnea atau disingkat OSA merupakan sebuah gangguan yang disebabkan oleh kolapsnya saluran pernafasan bagian atas yang terjadi secara berulang-ulang pada saat tidur. OSA merupakan gangguan pernapasan tersering yang terjadi saat tidur.
Kondisi ini dapat terjadi pada semua usia, termasuk anak-anak. Namun, OSA paling sering terjadi pada laki-laki berusia tua. Kejadian OSA meningkat pada perempuan yang telah mengalami menopause.
Penyebab
Pada pernapasan normal, udara masuk dengan lancar dari hidung dan mulut melalui tenggorokan menuju ke paru. Namun, pada orang yang mengalami OSA, otot-otot yang mendukung jaringan lunak di sekitar tenggorokan Anda mengalami relaksasi. Padahal, otot-otot tersebut mendukung struktur bagian belakang atap mulut Anda (palatum mole), uvula, amandel, dan lidah.
Ketika otot-otot tersebut mengalami relaksasi, jalan napas Anda akan mengalami penyempitan atau bahkan menutup saat Anda sedang menarik napas. Hal ini akan mengambat pernapasan Anda selama 10 detik atau lebih. Lebih lanjut, hal ini dapat menyebabkan penurunan tingkat oksigen dalam darah dan menyebabkan penumpukan karbon dioksida pada tubuh Anda.
Otak Anda akan mendeteksi adanya gangguan pernapasan ini dan akan membangunkan Anda dari tidur dengan cepat sehingga saluran pernapasan Anda terbuka kembali. Anda dapat terbangun dengan kondisi terengah-engah dan Anda dapat memperbaiki kondisi tersebut dengan cepat sehingga Anda dapet bernapas dengan normal.
Faktor Risiko
Setiap orang dapat mengalami OSA. Namun, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya risiko seseorang mengalami OSA, yaitu;
- Berat badan berlebih. Tidak semua orang yang mengalami OSA juga mengalami overweight, penumpukan lemak di sekitar saluran napas bagian atas dapat menyebabkan penyumbatan napas. Kondisi medis yang berhubungan dengan terjadinya obesitas, seperti hipotiroid dan PCOS (polycystic ovary syndrome) juga dapat menyebabkan OSA.
- Usia tua. Faktor risiko seseorang mengalami OSA meningkat pada usia 60-70 tahun ke atas.
- Saluran napas yang menyempit. Beberapa orang memiliki saluran napas yang sempit yang diturunkan oleh genetik. Selain saluran napas yang menyempit, Anda mungkin memiliki tonsil atau amandel yang membesar sehingga dapat menghalangi saluran napas Anda.
- Tekanan darah tinggi (hipertensi). Orang yang mengalami tekanan darah tinggi dapat berisiko terkena OSA.
- Sumbatan Hidung Kronis. OSA dua kali lebih sering ditemukan pada orang yang mengalami sumbatan pada hidung yang konsisten pada malam hari. Hal ini mungkin disebabkan karena penyempitan saluran napas.
- Orang yang merokok cenderung lebih mungkin mengalami OSA.
- Orang dengan diabetes lebih cenderung mengalami OSA.
- Jenis kelamin. Secara umum, laki-laki berisiko 2-3 kali lebih besar mengalami OSA dibanding perempuan. Frekuensi OSA pada perempuan meningkat ketika perempuan telah mengalami menopause.
- Riwayat keluarga dengan OSA. Beberapa penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara asma dengan terjadinya OSA.
Gejala
Gejala yang paling dominan ditemukan pada OSA adalah mengorok dengan kencang. Selain mengorok, terdapat beberapa gejala lain yang dapat ditemukan pada OSA, yaitu:
- Rasa kantuk berlebihan pada siang hari,
- Adanya episode berhenti bernapas saat tidur,
- Bangun secara tiba-tiba saat tidur yang disertai dengan tersedak atau terengah-engah,
- Bangun dari tidur dengan mulut yang kering atau sakit pada tenggorokan,
- Sakit kepala pada pagi hari,
- Perubahan mood atau suasana hati, seperti depresi atau iritabilitas (mudah marah),
- Tekanan darah tinggi,
- Penurunan libido atau gairah seksual.
Pada saat terjadi serangan, Anda mungkin akan mengeluarkan suara mendengus, tersedak, atau terengah-engah. Pola ini dapat terjadi berulang lima, 30 kali atau lebih setiap jam atau sepanjang malam. Gangguan ini dapat menganggu Anda untuk mencapai fase tidur nyenyak dan dalam. Lebih lanjut, hal ini akan menyebabkan Anda merasa mengantuk berlebihan pada siang hari atau saat sedang melaksanakan aktivitas. Kebanyakan orang yang mengalami OSA tidak menyadari adanya gangguan tidur tersebut.
Diagnosis
Penegakan diagnosis pada OSA dimulai dengan dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik terlebih dahulu. Pada anamnesis, dokter Anda akan menanyakan riwayat mengantuk pada siang hari dan mengorok. Kedua hal ini merupakan tanda penting untuk mendiagnosis OSA.
Dokter Anda kemudian akan memeriksa leher dan kepala Anda untuk mengidentifikasi adanya faktor fisik yang menyebabkan terjadinya OSA. Dokter Anda mungkin akan meminta Anda mengisi kuesinoer yang berkaitan dengan rasa kantuk pada siang hari, kebiasaan tidur, dan kualitas tidur.
Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, dokter Anda juga akan melakukan pemeriksaan penunjang sesuai indikasi. Polysomnografi atau PSG diketahui sebagai tes paling optimal yang digunakan untuk mendiagnosis OSA. PSG mengharuskan Anda meginap di laboratorium rumah sakit yang berhubungan dengan berbagai alat untuk memonitor variabel fisiologis Anda.
Jika PSG tidak tersedia, dokter Anda mungkin akan mempertimbangkan untuk melakukan evaluasi dengan menggunakan alat oksimetri nadi dan pemantauan jantung-paru dengan alat portable di rumah.
Tatalaksana
Tatalaksana dilakukan pada OSA bertujuan untuk memastikan tidak terjadi sumbatan selama Anda tidur. Metode yang dapat dilakukan berupa:
- Penurunan berat badan pada orang dengan OSA yang mengalami obesitas, serta melakukan perubahan gaya hidup.
- Tidur dalam posisi miring dapat membantu tatalaksana OSA.
- Penggunaan Continuous positive airway pressure atau CPAP. Penggunaan CPAP merupakan pilihan utama dalam mengatasi OSA. CPAP digunakan pada malam hari dan sangat efektif dalam mengatasi OSA.
- Bilevel positive airway pressure atau BPAP. BPAP digunakan jika penatalaksanaan dengan menggunakan CPAP tidak efektif.
- Prosedur operasi. Prosedur ini disarankan oleh dokter Anda hanya jika penggunaan CPAP dan BPAP tidak membuahkan hasil.
Komplikasi
- Kelelahan dan rasa kantuk pada siang hari. Hal ini terjadi karena orang yang mengalami OSA akan kesulitan untuk mencapai fase tidur nyenyak dan sering terbangun dari tidur. Lebih lanjut, hal ini dapat menyebabkan terjadinya rasa lelah dan kantuk pada siang hari serta iritabilitas atau mudah marah. Anda mungkin juga akan mengalami kesulitan dalam berkonsetrasi dan tertidur saat sedang melakukan aktivitas, termasuk saat sedang bekerja dan saat sedang berkendara. Hal ini dapat menyebabkan risiko terjadinya kecelakaan kerja.
- Permasalahan kardiovaskular. Penurunan kadar oksigen dalam darah secara tiba-tiba yang terjadi selama OSA dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan tekanan pada sistem kardiovaskular. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya orang dengan OSA akan mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi. Hipertensi dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung. Semakin parah tingkat OSA yang dialami, semakin besar risiko mengalami penyakit jantung koroner, serangan jantung, gagal jantung dan stroke. Lebih lanjut, OSA dapat meningkatkan risiko terjadinya aritmia. Aritmia merupakan gangguan irama jantung. Jika sebelumnya telah terdapat penyakit jantung, episode aritmia berulang dapat menyebabkan terjadinya kematian secara tiba-tiba.
- Komplikasi pada penggunaan obat dan operasi terhadap OSA. Jika Anda memiliki OSA dan Anda akan menjalani prosedur operasi besar, beritahu pada dokter Anda. Hal ini karena proses operasi besar membutuhkan prosedur pembiusan atau sedasi. Normalnya,Anda akan diposisikan berbaring pada saat operasi. Namun, pada orang yang mengalami OSA, hal ini dapat menyebabkan semakin memburuknya permasalahan pernapasan yang Anda miliki. Sebelum dilakukan operasi, dokter Anda akan melakukan pemeriksaan berkaitan dengan OSA yang Anda alami. Jika Anda diketahui mengalami OSA, dokter akan memposisikan Anda dalam posisi tertelungkup sehingga tidak menganggu jalan napas Anda pada saat prosedur operasi berlangsung.
- Permasalahan Mata. Beberapa penelitian menemukan terdapat adanya hubungan antara OSA dan terjadinya masalah mata, seperti glaukoma.
- Pasangan Anda mungkin mengalami kurang tidur. Hal ini karena pada malam hari terganggu dengan suara mengorok Anda yang cukup keras.
Pencegahan
Jagalah gaya hidup tetap sehat dengan menjaga berat badan tetap ideal, olahraga yang rutin, dan tidak merokok. Jika Anda memiliki penyakit seperti asma, hipertensi, diabetes, PCOS, atau hipotiroid, obati dengan baik sehingga tidak muncul OSA dikemudian hari.
Kapan Harus Ke Dokter?
Konsultasikan diri ke dokter jika Anda atau orang terdekat Anda mengaku Anda mengalami beberapa gejala seperti:
- Mengorok dengan kencang hingga menganggu Anda atau menganggu orang lain,
- Terbangn dari tidur karena tersedak atau terengah-engah,
- Berhenti bernapas sejenak saat tidur,
- Mengalami kantuk berlebihan di siang hari yang dapat menyebabkan Anda tertidur saat bekerja, saat melakukan aktivitas sehari-hari, atau bahkan saat sedang mengemudikan kendaraan.
Perlu diingat bahwa mengorok tidak selalu mengindikasikan sesuatu yang berpotensi serius dan tidak semua orang yang mengorok mengalami OSA.
- dr Ayu Munawaroh, MKK
Mayoclinic.org. (2021, 27 Juli). Obstructive Sleep Apnea. Diakses pada 16 Februari 2022, dari https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/obstructive-sleep-apnea/symptoms-causes/syc-20352090
Arnold, J., Sunilkumar, M., Krishna, V., Yoganand, S. P., Kumar, M. S., & Shanmugapriyan, D. (2017). Obstructive Sleep Apnea. Journal of pharmacy & bioallied sciences, 9(Suppl 1), S26–S28. https://doi.org/10.4103/jpbs.JPBS_155_17
Healthline.com. (2021, 29 Oktober). Obstructive Sleep Apnea. Diakses pada 16 Februari 2022, dari https://www.healthline.com/health/sleep/obstructive-sleep-apnea#diagnosis