Pseudotumor Orbital

Bagikan :


Definisi

Pseudotumor orbital adalah pembengkakan jaringan di sekitar bola mata yang terletak pada rongga orbita. Rongga orbita adalah rongga pada tengkorak tempat bola mata dan jaringan di sekitar mata. Selain bola mata, rongga orbita juga berisi otot mata, pembuluh darah, saraf mata, kelenjar air mata, dan jaringan lemak. Rongga orbita berfungsi melindungi bola mata dan jaringan-jaringan orbita lainnya yang mengelilingi mata. 

Tumor berarti "bengkak atau penonjolan". Sedangkan pseudotumor memiliki arti "mirip dengan tumor". Pembengkakan secara umum dapat disebabkan oleh pertumbuhan sel berlebih seperti pada tumor atau bisa juga disebabkan oleh inflamasi atau peradangan seperti pada pseudotumor orbital ini. Pembengkakan pada pseudotumor orbital bersifat jinak.

Peradangan orbital terlihat bengkak atau menonjol seperti tumor sehingga disebut pseudotumor orbita. Namun berbeda dengan tumor atau kanker orbita, pseudotumor orbital tidak menyebar ke jaringan atau area lain di tubuh. Jika pembengkakan cukup besar, pseudotumor dapat menekan struktur mata lainnya, bahkan struktur di luar mata.

Peradangan dapat terlokalisir pada satu jaringan orbita atau bersifat difus (meluas). Jika peradangan terjadi pada satu lokasi, umumnya mengenai otot mata, kelenjar air mata, dan sklera atau bagian putih mata. Jika peradangan bersifat difus, biasanya secara luas mengenai jaringan lemak di sekitar bola mata.

Pseudotumor orbital menjadi penyebab tersering pembengkakan orbital yang terasa nyeri dan menempati 8-11% kasus pembengkakan orbital. Lokasi peradangan tersering pada pseudotumor orbital adalah kelenjar air mata. 

Peradangan dan pembengkakan pada pseudotumor orbital bersifat kronis atau berlangsung dalam jangka panjang. Jika pembengkakan membesar, dapat menekan jaringan lain di sekitarnya, termasuk bola mata. Pseudotumor orbital dapat memengaruhi satu atau kedua mata. Pada orang dewasa, lebih sering mengenai salah satu mata. Sedangkan pada anak-anak, lebih sering terjadi pada kedua mata.

Penyebab

Penyebab pseudotumor orbital belum diketahui dengan pasti. Diperkirakan, infeksi dan kondisi autoimun berperan pada terjadinya pseudotumor orbital. Infeksi yang berkaitan antara lain infeksi bakteri Streptokokus pada tenggorokan atau infeksi virus pada saluran nafas atas.

Beberapa penyakit juga berhubungan dengan pseudotumor orbita seperti:

  • Sarkoidosis (pertumbuhan sel-sel tubuh yang mengalami peradangan)
  • Tuberkulosis (infeksi bakteri tuberkulosa)
  • Granulomatosis Wegener
  • Giant cell arteritis
  • Systemic lupus erythematosus (Lupus)
  • Rheumatoid arthritis (Rematik)
  • Polyarteritis nodosa
  • Multifocal fibrosclerosis
  • Penyakit Crohn
  • Kolitis ulseratif

 

Faktor Risiko

Meskipun dapat terjadi pada usia berapa pun, pseudotumor orbital sebagian besar ditemukan pada pasien yang relatif muda dan umumnya berusia kurang dari 50 tahun. Pseudotumor orbita lebih sering mengenai perempuan. Selain itu, orang dengan penyakit autoimun lebih berisiko mengalami pseudotumor orbital. Autoimun adalah penyakit akibat kekebalan tubuh salah menyerang sel tubuh sendiri.

Sedangkan faktor risiko kekambuhan antara lain, adanya pembengkakan saraf mata, tidak merespon dengan pengobatan steroid, berulang dalam 3 bulan, serta pasien yang menghentikan pengobatan steroid dengan tiba-tiba.

 

Gejala

Gejala pseudotumor orbital meliputi:

  • Nyeri pada mata, dan mungkin berat. Nyeri merupakan gejala khas
  • Pembengkakan dan kemerahan pada kelopak mata
  • Gangguan penglihatan
  • Gerakan mata terbatas jika otot mata terpengaruh
  • Penglihatan ganda karena gerakan mata yang terganggu
  • Bola mata menonjol (proptosis) akibat pembengkakan dan peradangan
  • Mata merah (jarang)

Diagnosis

Untuk pemeriksaan awal dan pengobatan, Anda akan dirujuk ke dokter mata. Jika Anda memiliki tanda-tanda pseudotumor, dokter akan melakukan pemeriksaan tambahan untuk menyingkirkan kondisi lain yang juga dapat menyebabkan pembengkakan pada mata. Dua kondisi lain yang paling sering terlihat sebagai pembengkakan atau tumor orbita adalah kanker atau penyakit mata tiroid (oftalmopati graves).

Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain CT scan kepala, MRI kepala, USG mata dan kepala, rontgen tulang tengkorak, dan biopsi atau mengambil sampel jaringan tumor untuk diperiksa di bawah mikroskop. 

Pada USG atau CT scan biasanya menunjukkan adanya sel-sel peradangan yang menyebar di area orbita, peradangan mata pada bagian sklera atau bagian putih mata, serta pembengkakan saraf mata. Pembengkakan pada pseudotumor orbital biasanya memiliki batas yang tidak jelas. 

Pemeriksaan darah dan cairan tulang belakang akan menunjukkan tanda-tanda peradangan.

Pasien dengan pseudotumor orbital klasik dapat diobati tanpa biopsi. Respons yang cepat terhadap obat steroid dapat membantu memastikan diagnosis.

Pada kasus atipikal atau yang tidak khas, biasanya perlu dilakukan pemeriksaan biopsi. Sampel jaringan akan diuji untuk menilai apakah ada penyebab infeksi atau adanya penyakit tertentu.

Biasanya, dokter mata akan melakukan tes darah dan rontgen untuk memastikan penyakit lain yang berhubungan seperti sarkoidosis, tuberkulosis, dan Granulomatosis Wegener. Biopsi orbital dapat sangat membantu mendiagnosis gangguan ini.

Tata Laksana

Pseudotumor orbital ringan dapat hilang tanpa pengobatan. Sedangkan kasus yang lebih parah umumnya merespon baik terhadap pengobatan kortikosteroid. Jika kondisinya sangat buruk, pembengkakan dapat memberi tekanan pada bola mata dan merusaknya. Pembedahan mungkin diperlukan untuk mengangkat bagian dari tulang orbita untuk mengurangi tekanan.

Jika diperlukan operasi pengangkatan tumor, dokter umumnya menggunakan metode Endoscopic Endonasal Approach (EEA) yang bersifat minimal invasif atau tidak terlalu melukai jaringan tubuh. Teknik ini menggunakan rongga hidung sebagai jalur untuk mengakses area orbit dan tumor yang sulit dijangkau. Manfaat EEA antara lain minimal sayatan pada jaringan tubuh, tidak menimbulkan perubahan bentuk jaringan tubuh, dan waktu pemulihannya lebih cepat. 

Pseudotumor orbital akan merespon dengan cepat terhadap terapi steroid dosis tinggi. Sayangnya, ketika steroid dihentikan, peradangan sering kambuh kembali. Dokter mata harus mengurangi dosis obat steroid dengan perlahan untuk mencegah kekambuhan. Pada kasus tertentu, kemoterapi dan radiasi dosis rendah mungkin diperlukan untuk mengontrol peradangan pseudotumor orbital.

Lebih dari 75% pasien menunjukkan perbaikan dalam waktu 24-48 jam setelah pengobatan steroid. Seperti disebutkan sebelumnya, tingkat kesembuhan yang dilaporkan adalah 37%. Sementara, tingkat kekambuhan diperkirakan 52%, meski dengan pengobatan kortikosteroid.

 

Komplikasi

Kasus pseudotumor orbital yang parah dapat mendorong bola mata ke depan sehingga kelopak mata tidak dapat menutupi dan melindungi kornea (lapisan terluar mata). Hal ini menyebabkan mata menjadi kering. Kornea atau selaput mata bisa menjadi keruh, meradang, hingga berkembang menjadi ulkus atau luka. Selain itu, gerakan otot-otot mata dapat terganggu sehingga tidak bisa mengarahkan mata dengan benar dan menyebabkan penglihatan ganda.

Gangguan penglihatan yang parah bisa menjadi permanen jika pseudotumor orbital tidak diobati atau tidak berespon terhadap pengobatan. Peradangan dapat menyebar ke struktur yang berdekatan dengan orbita seperti saraf penglihatan dan rongga intrakranial atau rongga tengkorak. Pseudotumor dapat menekan beberapa saraf di otak dan menyebabkan kelumpuhan. Peradangan yang parah juga dapat menyebabkan glaukoma atau peningkatan tekanan bola mata.

Pencegahan

Diagnosa serta pengobatan yang cepat dan tepat, seperti menggunakan obat golongan steroid, dapat mencegah gangguan fungsi mata dan kehilangan penglihatan jangka panjang.

 

Kapan harus ke dokter? 

Konsultasi ke dokter mata jika Anda mengalami tanda dan gejala pseudotumor orbital seperti mata merah, nyeri pada mata, hingga gangguan penglihatan. Diagnosis dan penanganan yang cepat dan tepat akan mencegah perburukan gejala dan komplikasi.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Aprilia Dwi Iriani
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Jumat, 14 April 2023 | 06:24

Orbital pseudotumor. (2020). Retrieved 8 April 2022, from https://medlineplus.gov/ency/article/001623.htm

Ronquillo Y, Patel BC. (2021). Nonspecific orbital inflammation. Retrieved 8 April 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551576/

Orbital inflammatory pseudotumor. (2022). Retrieved 8 April 2022, from https://www.upmc.com/services/neurosurgery/brain/conditions/brain-tumors/orbital-inflammatory-pseudotumor#overview

Al-Zubidi N. (2022). Nonspecific orbital inflammation (idiopathic orbital inflammation, orbital inflammatory syndrome, orbital pseudotumor). Retrieved 8 April 2022, from https://eyewiki.aao.org/Nonspecific_Orbital_Inflammation_(Idiopathic_Orbital_Inflammation,_Orbital_Inflammatory_Syndrome,_Orbital_Pseudotumor)

Finger PT. Orbital pseudotumor. Retrieved 8 April 2022, from https://eyecancer.com/eye-cancer/conditions/orbital-tumors/orbital-pseudotumor/