Definisi
Konjungtiva merupakan lapisan tipis yang melapisi permukaan bola mata yang berwarna putih (sklera) dan kelopak mata bagian dalam. Laserasi pada konjungtiva adalah kondisi ketika konjungtiva terluka akibat benturan atau goresan. Angka kejadian laserasi konjungtiva tidak diketahui secara pasti, namun angka kejadian seluruh cedera pada mata berkisar dari 8 sampai 13 per 1.000 orang.
Penyebab
Penyebab laserasi konjungtiva dapat bermacam-macam, namun dapat dikelompokkan menjadi trauma tumpul dan tajam. Trauma tumpul biasanya disebabkan oleh benturan dengan benda-benda tumpul, seperti meja, lantai, bola, tangan, dan sebagainya. Sementara itu, trauma tajam dapat disebabkan oleh kuku, bulu mata, partikel logam, partikel daun, dan sebagainya.
Namun, perlu diperhatikan bahwa laserasi konjungtiva dapat pula merupakan bagian dari kondisi lainnya yang lebih serius, misalnya seperti luka pada bagian dalam bola mata.
Faktor Risiko
Faktor risiko laserasi konjungtiva terkait dengan benda penyebabnya. Benda-benda seperti partikel logam dan daun dapat berkaitan dengan pekerjaan yang melibatkan pemotongan dan pengolahan logam, sementara daun-daunan dapat berkaitan dengan pekerjaan yang melibatkan tumbuhan. Selain itu, berdasarkan data, laki-laki berusia 20-an lebih sering mengalami kondisi ini; yang mungkin berkaitan pula dengan jenis pekerjaan yang lebih melibatkan laki-laki. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa luka tersebut muncul akibat pertengkaran yang melibatkan kekerasan.
Gejala
Gejala yang dapat ditemui pada laserasi konjungtiva dapat berupa nyeri pada mata yang bersifat ringan. Keluhan lainnya yang dapat muncul adalah sensasi benda asing yang sangat mengganggu. Selain itu, karena telah terjadi luka, sklera dapat terlihat merah pada daerah yang terkena. Bahkan, terkadang posisi luka dapat dilihat dengan kasat mata.
Konjungtiva merupakan daerah yang kaya dengan pembuluh darah, sehingga jika terjadi luka, dapat terlihat terkumpulnya darah di antara konjungtiva dan sklera. Selain itu, bagian putih pada mata dapat terlihat seperti menggembung dan berisi air. Pada umumnya, laserasi konjungtiva tidak menyebabkan gangguan penglihatan, karena tidak melibatkan bagian mata yang berfungsi untuk penglihatan.
Diagnosis
Wawancara
Saat Anda datang memeriksakan diri ke dokter, Anda akan ditanyakan mengenai bagaimana luka di mata dapat terjadi, kecepatannya, besar bendanya, dan sebagainya. Dokter juga akan mencari tanda-tanda terjadinya luka yang lebih dalam, bahkan luka terbuka bola mata. Hal ini perlu dilakukan karena luka terbuka bola mata dapat ditandai salah satunya oleh laserasi konjungtiva.
Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh dokter adalah tes penglihatan, seperti tajam penglihatan, lapang pandang, refleks mata terhadap cahaya, dan sebagainya. Hal ini berfungsi untuk memastikan bahwa luka terbatas pada konjungtiva atau bagian luar bola mata saja. Setelah itu, dokter dapat melakukan pemeriksaan ke bola mata bagian dalam menggunakan alat bernama funduskopi atau slit lamp. Dengan bantuan dua alat ini, dokter dapat menentukan kejernihan cairan di bagian dalam bola mata, yang seharusnya tetap jernih pada laserasi konjungtiva. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan menggunakan zat pewarna untuk menentukan bila ada kebocoran cairan dari bola mata bagian dalam.
Pemeriksaan penunjang
Laserasi konjungtiva umumnya disebabkan oleh benda asing, sehingga dokter dapat menyarankan Anda untuk menjalani pemeriksaan usap luka untuk melihat adanya bakteri atau jamur serta jenisnya yang ada di luka tersebut. Tidak hanya itu, tes yang dilakukan dapat pula berupa kultur, yang dapat digunakan untuk menentukan efektivitas obat terhadap bakteri atau jamur. Selain itu, dokter dapat melakukan pemeriksaan pencitraan terutama jika ada dugaan benda yang menancap di bola mata hingga tembus ke dalam. Pencitraan ini dapat berupa CT scan atau USG mata. MRI mungkin akan dilakukan, namun dokter biasanya tidak memilih MRI karena ada kemungkinan benda yang menjadi penyebab laserasi adalah logam.
Tata Laksana
Tata laksana pada laserasi konjungtiva sangat tergantung dari berbagai hal, seperti besar, dalam, benda penyebab, serta apakah disertai infeksi atau tidak. Jika lukanya kecil dan dangkal, luka tersebut biasanya dapat sembuh sendiri. Jika lukanya lebar namun dangkal, dokter spesialis mata dapat melakukan penjahitan agar penyembuhan lebih baik. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa Anda memerlukan pembedahan untuk menangani laserasi ini, terutama bila laserasi ini sudah melibatkan struktur mata yang lebih dalam.
Antibiotik
Terlepas dari semua pertimbangan di atas, Anda akan mendapatkan antibiotik sebagai pencegahan infeksi. Biasanya, dokter akan memberikan antibiotik salep yang dapat dioleskan pada malam hari atau sesuai anjuran dokter. Namun, antibiotik yang diberikan dapat tergantung dari pemeriksaan bakteri dan jamur yang sudah dilakukan sebelumnya. Selain antibiotik, Anda mungkin akan diberikan obat-obatan untuk menurunkan nyeri dan peradangan.
Kontrol Luka
Selain itu, Anda dapat diminta untuk datang kembali untuk kontrol. Hal ini penting untuk melihat perkembangan dari luka, apakah semakin membaik atau malah memburuk. Pada umumnya, kondisi ini akan sembuh dalam waktu beberapa hari. Jika luka tidak membaik bahkan setelah 1 minggu, atau ada gejala baru, Anda disarankan untuk kembali berobat. Perburukan pada laserasi konjungtiva dapat menimbulkan efek jangka panjang, infeksi, hingga kebutaan.
Vaksinasi Tetanus
Anda dapat pula diberikan vaksinasi tetanus, terutama bila riwayat vaksinasi tidak diketahui. Hal ini penting karena bakteri penyebab tetanus, Clostridium tetani, dapat menempel pada benda asing yang menyebabkan laserasi konjungtiva. Tetanus sendiri, jika tidak dicegah, dapat bergejala dalam waktu sekitar 2 minggu.
Komplikasi
Komplikasi laserasi konjungtiva dapat berupa terjadinya infeksi pada mata, seperti konjungtivitis. Jika laserasi konjungtiva merupakan bagian dari luka yang lebih besar dan dalam, infeksi dapat terjadi hingga ke dalam bola mata, yang disebut sebagai endoftalmitis, atau lapisan di dalam bola mata, yang disebut sebagai uveitis. Infeksi-infeksi ini terutama sering terjadi pada orang-orang yang mengalami laserasi konjungtiva akibat terkena partikel tumbuhan, misalnya pada orang yang bekerja pada sektor pertanian.
Pencegahan
Pencegahan laserasi konjungtiva pada pekerjaan dapat dilakukan dengan penggunaan alat pelindung diri dengan benar, terutama kacamata pelindung. Sementara itu, pada saat berolahraga, penggunaan kacamata pelindung juga dapat melindungi mata dari benturan langsung dengan bola. Pada pengendara sepeda motor, pencegahan dapat dilakukan dengan menggunakan helm dengan penutup wajah saat berkendara. Penting juga untuk rajin memotong kuku karena kuku yang panjang dapat pula menjadi penyebab laserasi konjungtiva.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda mengalami sensasi benda asing di mata, kemudian melihat adanya mata merah (atau bahkan dapat melihat luka di mata), sebaiknya Anda segera ke dokter. Penundaan dapat menyebabkan terjadinya komplikasi seperti infeksi, yang dapat berujung pada kebutaan. Jika Anda telah menjalani pengobatan untuk laserasi konjungtiva, namun muncul gejala baru lainnya, segeralah berobat kepada dokter untuk pemeriksaan dan tata laksana lanjutan.
Mau tahu lebih lanjut seputar penyakit-penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Ayu Munawaroh, MKK
- dr Hanifa Rahma
Gidens, G. (2020). Conjunctival Laceration. Retrieved 27 October 2021, from https://www.uhd.nhs.uk/uploads/about/docs/our_publications/patient_information_leaflets/Eye_Department/Conjunctival_Laceration_042-21.pdf.
Giri, G. (2018). Corneoscleral Laceration: Background, Epidemiology, Prognosis. Retrieved 27 October 2021, from https://emedicine.medscape.com/article/1195086-overview#showall.
Rathi, A., Sinha, R., Aron, N., & Sharma, N. (2017). Ocular surface injuries & management. Community Eye Health Journal, 29(99), S11-S14.