Afasia

Afasia

Bagikan :


Definisi

Aphasia atau afasia adalah keadaan di mana seseorang tidak dapat berkomunikasi, karena kerusakan pada bagian otak yang memiliki peran dalam menghasilkan dan mengolah bahasa. Terdapat empat cara bagi seseorang untuk memahami dan menggunakan bahasa yaitu membaca, mendengar, berbicara, dan mengetik atau menulis. Pada sebagian besar orang, letak bagian otak yang mengatur proses berbahasa berada di otak sebelah kiri. Gangguan komunikasi pada afasia bisa ringan sampai sangat berat, penderita bisa mengalami kesulitan untuk membentuk kalimat yang bermakna, ada gangguan saat membaca, atau sukar memahami perkataan orang lain.

Penyebab afasia paling sering adalah stroke atau trauma pada kepala. Penyebab lain adalah adanya tumor pada otak atau penyakit lain yang bersifat degeneratif. Afasia biasanya menyerang usia 30 tahun ke atas, walaupun afasia bisa menyerang siapa saja, termasuk anak-anak. Tidak ada kecenderungan jenis kelamin dalam gangguan ini. Masing-masing pengalaman orang dengan afasia itu unik, tergantung dari lokasi gangguan dan tingkat kerusakan pada area otak yang menyebabkan afasia, usia penderita, kesehatan penderita dan kemampuannya untuk pulih.

 

Penyebab

Penyebab afasia adalah kerusakan pada salah satu atau lebih area di otak yang berfungsi untuk mengatur kemampuan manusia dalam berkomunikasi, seperti berbicara dan memahami percakapan. Penyebab tersering dari afasia adalah kerusakan pembuluh darah yang berasal dari stroke. Stroke terjadi saat terdapat sumbatan pada pembuluh darah atau pecahnya pembuluh darah, sehingga menganggu aliran darah ke otak. Saat aliran darah terputus, oksigen dan nutrisi lain tidak dapat sampai ke sel otak dan menyebabkan kematian sel-sel otak. Selain stroke, penyakit-penyakit lainnya yang dapat menyebab kan afasia adalah:

  1. Trauma berat di kepala
  2. Tumor otak
  3. Trauma yang disebabkan oleh peluru di kepala
  4. Infeksi sistem saraf pusat
  5. Alzheimer atau demensia

 

Faktor Risiko

Afasia merupakan kasus yang sering terjadi, di mana 50-60% pasien dengan afasia mengalami stroke atau trauma kepala yang berat. Selain penyakit tersebut, hal-hal lain yang dapat menjadi faktor risiko terjadinya afasia adalah:

  1. Tumor otak
  2. Riwayat penyakit diabetes mellitus, hipertensi, atau hiperlipidemia (tingkat kolesterol atau trigliserida yang tinggi dalam darah)
  3. Riwayat penyakit jantung
  4. Pola makan yang tidak sehat
  5. Kebiasaan merokok
  6. Konsumsi alkohol yang berlebihan

 

Gejala

Pada orang dengan afasia, gejala yang dapat muncul adalah:

  1. Berbicara dalam kalimat yang tidak lengkap atau pendek
  2. Kalimat yang diucapkan tidak masuk akal/tidak koheren
  3. Mengganti kata-kata dengan kata lain yang tidak sesuai atau kata buatan sendiri yang tidak dapat dikenali
  4. Sulit atau tidak bisa memahami percakapan orang lain
  5. Menuliskan kalimat yang tidak masuk akal

Gejala pada penderita afasia dapat berupa gejala yang ringan hingga berat. Pada trauma kepala berat, gejala afasia akan timbul segera setelah trauma.

Terdapat beberapa tipe afasia:

 

1. Afasia Broca/Afasia ekspresif

Pada afasia ini, kemampuan seseorang dalam mengerti percakapan orang lebih baik dibandingkan saat dia berbicara. Sehingga pasien dengan afasia Broca biasanya berbicara dengan kalimat yang pendek dan sulit mengucapkan kalimat yang kompleks. Contoh kesulitan pasien dengan afasia broca adalah:

    • Kesulitan dalam membentuk kalimat, sehingga dalam berbicara akan berbicara dengan lambat dan tersendat
    • Kesulitan dalam menyebutkan nama orang atau benda tertentu
    • Dalam berbicara hanya menggunakan kata-kata yang singkat dan sederhana, seperti “ Mau makan” atau “Mau pergi hari ini”
    • Terdapat kesalahan dalam pengejaan dan tata kalimat dalam bentuk tulisan
    • Menggunakan kata-kata yang salah namun memiliki hubungan contoh saat ingin menyebutkan kursi, penderita malah menyebutkan meja
    • Menggunakan kata-kata yang tidak memiliki arti dalam kalimat

 

2. Afasia reseptif/afasia Wernicke

Afasia wernicke akan membuat seseorang mengalami kesulitan dalam mencoba mengerti hal-hal yang ia dengar atau baca, gerakan, gambar dan angka. Hal ini dapat menganggu kegiatan sehari-hari terutama dalam membaca email, berkomunikasi, mendengarkan radio atau TV. Gejala seseorang dengan afasia reseptif adalah:

    • Kesulitan dalam memahami perkataan dan tulisan
    • Salah menginterprestasi arti kata atau gerakan dan gambar
    • Memberikan respon yang salah atau tidak masuk akal saat mencoba memahami pertanyaan atau komentar
    • Tidak sadar dengan kesalahan berbicara atau kesulitan yang dialami

3. Afasia global

Seseorang tidak dapat membentuk kata-kata dan kalimat yang komprehensif dan sulit untuk dimengerti. Selain kesulitan berbicara, seseorang dengan afasia global memiliki kesulitan dalam berekspresi.

4. Afasia anomik

Pada afasia anomik, seseorang kesulitan untuk menemukan kata-kata dalam berbicara dan menulis.

5. Afasia progresif primer

Merupakan tipe afasia yang langka, dimana kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dimulai dari berbicara, membaca, menulis dan mengerti percakapan akan hilang seiring berjalannya waktu. 

 

Diagnosis

Diagnosis afasia dibuat berdasarkan gejala dan pemeriksaan radiologi. Dokter akan menanyakan riwayat penyakit dan gejala yang berlangsung. Sebagian besar individu yang dicurigai mengalami afasia akan menjalankan pemeriksaan computed tomography scan (CT-Scan), Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau Positron emission tomography (PET). Kedua modalitas ini dapat memberikan gambaran jaringan otak yang jelas. Dengan menggunakan pemeriksaan radiologi, dokter dapat menilai lokasi dan mendeteksi penyebab seperti infeksi atau trauma kepala.

Setelah itu, pasien akan diperiksa oleh petugas kesehatan yang memiliki keahlian dalam bidang berbahasa dan akan menilai kemampuan komunikasinya. 

 

Tata Laksana

Tata laksana utama pada orang dengan afasia adalah terapi bicara dan bahasa. Terapi ini membutuhkan dukungan dan bantuan dari keluarga dan orang sekitar, dukungan dapat berupa partisipasi dalam terapi grup bagi keluarga dan pasien. Selain itu terapi komunikasi non-verbal dengan menggunakan komputer atau gambar untuk membantu pasien kembali berkomunikasi. Terapi wicara merupakan proses yang lama, namun bila terapi dimulai lebih awal akan memberikan hasil yang lebih efektif dalam perbaikan cara komunikasi.

Pada beberapa kasus seperti tumor atau infeksi, beberapa faktor yang dapat menentukan pilihan terapi seseorang adalah:

  1. Usia
  2. Penyebab dari gangguan di otak
  3. Tipe afasia
  4. Lokasi dan ukuran dari tumor atau gangguan di otak.

Kesuksesan terapi pada setiap orang berbeda-beda, pada beberapa kasus pasien dengan afasia dapat sembuh sepenuhnya atau sembuh sebagian. Jika penyebab afasia adalah penyakit atau keadaan yang bersifat progresif, maka terapi akan berfokus pada kemampuan sekarang dan mencari cara lain untuk berkomunikasi, untuk mempersiapkan pasien jika mengalami kesulitan berbicara di kemudian hari. Hingga saat ini belum ditemukan cara untuk menyembuhkan afasia sepenuhnya.

 

Komplikasi

Pada saat seseorang kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi, hal ini dapat berdampak kepada perasaan dan dapat menyebabkan perasaan enggan untuk bertemu dengan orang lain (isolasi), rasa malu, cemas dan depresi. Selain itu, keseharian, hubungan keluarga dan pekerjaan dapat terganggu akibat afasia.

 

Pencegahan

Salah satu cara mencegah afasia adalah dengan mencegah terjadinya stroke. Stroke dapat dicegah dengan melakukan:

  1. Olahraga secara teratur, pada sebagian besar orang, jenis olahraga yang direkomendasi adalah 150 menit per minggu dari aktivitas seperti bersepeda atau jalan cepat
  2. Mengonsumsi makanan dengan pola makan yang sehat. Pola makan yang baik adalah makanan yang mengandung rendah lemak dan tinggi serat. Termasuk konsumsi buah dan sayur yang seimbang
  3. Memantau dan mengontrol tekanan darah, dan penyakit lain seperti gangguan jantung, dan diabetes melitus
  4. Menghindari penggunaan tembakau
  5. Mengurangi konsumsi alkohol, konsumsi alkohol yang berlebihan dapat menaikkan risiko stroke sebanyak tiga kali
  6. Memiliki teknik manajemen stres yang baik

 

Kapan Harus ke Dokter?

Kesulitan berbicara yang terjadi secara mendadak dapat merupakan tanda dari penyakit yang berbahaya seperti stroke. Segera ke fasilitas kesehatan terdekat jika terdapat salah satu dari gejala dibawah ini:

  1. Kesulitan untuk berbicara
  2. Kesulitan untuk mengerti percakapan
  3. Kesulitan dalam mengulang kata-kata
  4. Kesulitan dalam membaca atau menulis

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : dr Erika Indrajaya
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Kamis, 13 April 2023 | 15:00
  1. Aphasia - Diagnosis and treatment - Mayo Clinic. Mayoclinic.org. (2021).
  2. What Is Aphasia? — Types, Causes and Treatment. NIDCD. (2021). 
  3. Aphasia: Types, Symptoms, Causes, Treatments, Prevention & Tests. Cleveland Clinic. (2021).
  4. Aphasia. Hopkinsmedicine.org. (2021).
  5. Aphasia. Asha.org. (2021).
  6. Bhargava, H. (2021). An Overview of Aphasia. WebMD.
  7. Aphasia - Symptoms. nhs.uk. (2021).
  8. Dumas, K. (2021). Aphasia: A Disorder More Common Than You Realize. Baptist Health South Florida.
  9. Prevention and Treatment of High Cholesterol (Hyperlipidemia). www.heart.org. (2021).
  10. Paddock, M., & Minnis, S. (2021). Aphasia: Symptoms, diagnosis, and learning to communicate again. Medicalnewstoday.com. 
  11. Stroke - Prevention. nhs.uk. (2019).