Parkinsonisme

Parkinsonisme

Bagikan :


Definisi

Banyak dari kita yang akrab dengan penyakit Parkinson, namun istilah parkinsonisme mungkin belum begitu familiar. Parkinsonisme adalah istilah untuk sekelompok gejala gangguan gerak motorik. Gejala khas parkinsonisme antara lain rigiditas atau kekakuan, tremor (getaran pada anggota gerak), bradikinesia (perlambatan gerakan), dan postur tubuh yang tidak stabil.

Penyakit Parkinson adalah jenis parkinsonisme yang paling umum, yaitu mencapai 80 persen dari keseluruhan kasus parkinsonisme. Jenis lain dari parkinsonisme antara lain gangguan parkinsonian atipikal atau sindrom Parkinson-plus. Ada banyak jenis parkinsonisme yang sangat mirip dengan gejala penyakit Parkinson, sehingga terkadang sulit dalam mendiagnosis.

 

Penyebab

Sebagian besar bentuk parkinsonisme belum diketahui penyebabnya secara pasti. Faktor genetik dan lingkungan berperan pada kejadian parkinsonisme. Berdasarkan penelitian yang sudah ada, penyakit Parkinson diketahui berkaitan dengan paparan pestisida dan herbisida. Beberapa gen juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit Parkinson. Kondisi yang menyebabkan kerusakan otak seperti cedera traumatis, tumor, infeksi otak, obat-obatan tertentu, atau paparan racun, juga berperan pada perkembangan parkinsonisme.

Jenis parkinsonisme yang paling banyak, yaitu penyakit Parkinson, terjadi karena adanya kerusakan pada sel-sel saraf (neuron) tertentu di otak. Gejala muncul akibat hilangnya neuron yang menghasilkan hormon dopamin, yaitu hormon yang berperan menyampaikan rangsang ke seluruh tubuh. Ketika kadar dopamin menurun, aktivitas otak menjadi abnormal dan menyebabkan gangguan gerakan serta gejala penyakit Parkinson lainnya.

Penyebab menurunnya kadar dopamin tersebut belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor berikut dapat berperan, antara lain:

  • Faktor genetik. Para peneliti telah menemukan mutasi genetik tertentu yang dapat menyebabkan penyakit Parkinson. Hal ini jarang terjadi kecuali pada keluarga yang sebagian besar anggotanya terkena penyakit Parkinson. Namun, variasi gen tertentu telah terbukti meningkatkan risiko penyakit Parkinson, meski risikonya relatif kecil.
  • Faktor lingkungan. Paparan racun tertentu atau faktor lingkungan lainnya dapat meningkatkan risiko penyakit Parkinson di kemudian hari, tetapi risikonya relatif kecil.

 

Faktor Risiko

Orang dengan riwayat keluarga mengalami parkinsonisme memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan orang dengan keluarga tanpa parkinsonisme. Orang yang pekerjaannya banyak terpapar zat kimia serta pasien sakit tertentu yang menggunakan obat antipsikotik, lebih berisiko mengalami gejala parkinsonism. 

Salah satu bentuk parkinsonisme yaitu Penyakit Parkinson, memiliki beberapa faktor risiko berikut:

  • Usia. Orang dewasa muda jarang mengalami penyakit Parkinson. Penyakit ini biasanya dimulai pada usia tengah baya atau yang lebih tua. Risikonya akan meningkat seiring pertambahan usia. Orang biasanya mengalami penyakit ini sekitar usia 60 tahun atau lebih
  • Keturunan. Memiliki keluarga dengan penyakit Parkinson dapat meningkatkan kemungkinan Anda terkena penyakit tersebut. Namun, risiko Anda akan bertambah lagi jika memiliki banyak anggota keluarga dengan penyakit Parkinson.
  • Jenis kelamin. Pria lebih berisiko mengalami penyakit Parkinson daripada wanita
  • Paparan racun. Paparan herbisida dan pestisida dalam jangka panjang dapat sedikit meningkatkan risiko penyakit Parkinson.

 

Gejala

Beberapa gejala yang termasuk parkinsonisme meliputi:

  • Perlambatan gerakan
  • Getaran atau gemetar pada bagian tubuh tertentu
  • Kekakuan otot
  • Kesulitan berjalan
  • Postur tubuh yang terganggu atau tidak stabil

 

Diagnosis

Penyakit Parkinson adalah salah satu dari banyak jenis parkinsonisme. Penyakit ini disebabkan oleh hilangnya sel-sel di bagian otak yang menghasilkan neurotransmitter dopamin. Penyakit Parkinson dan berbagai jenis parkinsonisme lainnya berkembang dengan cara yang berbeda. Beberapa jenis mungkin berkembang lebih cepat dibanding penyakit Parkinson. Jenis lainnya, seperti parkinsonisme sekunder, dapat pulih kembali.

Kondisi setiap jenis parkinsonisme juga merespons pengobatan dengan cara yang berbeda. Misalnya, seseorang yang memiliki jenis parkinsonisme tertentu mungkin tidak merespon terhadap obat levodopa, yang biasanya digunakan untuk penyakit Parkinson. Secara umum, sulit untuk membedakan antara jenis parkinsonisme.

Tidak ada tes tunggal yang dapat mendiagnosis parkinsonisme. Dokter akan menggunakan kombinasi tes untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi lain dan menegakkan diagnosis berdasarkan gejala dan riwayat medis pasien.

Parkinsonisme terkadang sulit didiagnosis karena gejalanya yang mirip dengan penyakit Parkinson. Berikut adalah beberapa cara untuk mendiagnosis parkinsonisme:

  • Tes genetik. Tes genetik dapat membantu menemukan gen yang terkait dengan parkinsonisme pada orang dengan riwayat keluarga parkinsonisme.
  • Pemindaian DaTscan, adalah jenis pencitraan yang memungkinkan dokter untuk melihat kadar dopamin di dalam otak. Kadar dopamin yang rendah mungkin merupakan tanda penyakit Parkinson.
  • Pencitraan lainnya. Pemindaian CT atau MRI dapat menunjukkan kerusakan pembuluh darah yang menjadi penyebab parkinsonisme vaskular. MRI juga dapat menyingkirkan tumor otak atau hidrosefalus.
  • Tes darah. Tes darah dapat mengidentifikasi protein yang menandakan Anda memiliki jenis parkinsonisme tertentu, seperti degenerasi kortikobasal.

 

Tata  Laksana

Obat anti parkinsonisme berbeda-beda responsivitas dan durasinya sesuai dengan penyebab parkinsonisme yang dialami pasien. Penyebab yang paling berespon terhadap obat-obatan adalah Penyakit Parkinson. Obat-obatan anti parkinsonisme antara lain Levodopa-Carbidopa (efektif untuk penyakit Parkinson), agonis dopamin, COMT inhibitors, MAO inhibitors, amantadine, dan antikolinergik. 

Untuk penyebab parkinsonisme lainnya, pengobatannya antara lain:

  • Hidrosefalus. Diatasi dengan melakukan pembedahan dan pemasangan shunt untuk mengurangi tekanan pada otak akibat kelebihan cairan. Dengan mengatasi hidrosefalus, gejala parkinsonisme dapat berangsur membaik.
  • Parkinsonisme akibat gangguan pembuluh darah. Dapat diberikan obat levodopa. Jika hasil MRI menunjukkan kematian jaringan pada otak akibat gangguan aliran darah, obat antiplatelet dapat ditambahkan.
  • Parkinsonisme karena obat-obatan. Menghentikan penggunaan obat yang menyebabkan parkinsonisme adalah cara terbaik mengatasi parkinsonisme jenis ini. Konsultasikan dengan dokter untuk penyesuaian jenis atau dosis obat. Obat yang biasanya dapat mencetuskan parkinsonisme adalah obat antipsikotik. Dokter dapat meresepkan antipsikotik atipikal yang memiliki risiko parkinsonisme lebih rendah. Obat antikolinergik seperti benztropine dan trihexyphenidyl dapat mengatasi gangguan ini. Jika antikolinergik tidak efektif, amantadine dengan dosis 100 mg dua kali atau tiga kali sehari dapat digunakan. Terapi elektrokonvulsif juga dapat menjadi pilihan ketika pengobatan lainnya belum berhasil mengatasi gejala.
  • Tumor otak. Literatur menunjukkan bahwa sebagian besar pasien mencapai remisi sepenuhnya setelah operasi pengangkatan tumor.

 

Komplikasi

Parkinsonisme yang berat dapat menyebabkan beberapa komplikasi berikut:

  • Demensia
  • Disfungsi otonom seperti sembelit, inkontinensia urin (tidak bisa menahan BAK), disfungsi seksual, atau diaforesis (keringat berlebih yang tidak wajar)
  • Gangguan mood termasuk depresi
  • Halusinasi dan psikosis
  • Gangguan tidur termasuk insomnia dan restless leg syndrome
  • Pengobatan dengan levodopa dosis tinggi dapat menimbulkan diskinesia seperti kedutan atau kepala bergetar, yang sifatnya tidak disadari

 

Pencegahan

Parkinsonisme jenis apapun akan menyebabkan kelemahan dan gangguan aktivitas sehari-hari. Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk mengurangi perburukan di kemudian hari. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan, seperti:

  • Pasien dengan parkinsonisme mengalami peningkatan risiko jatuh. Sehingga, memasang pengaman seperti pegangan atau tiang rambatan dapat membantu mencegah jatuh.
  • Keamanan mengemudi perlu diperhatikan. Sehingga, jika gejala memburuk, pasien tidak diperbolehkan untuk mengemudi.
  • Pasien dan keluarga dapat memperoleh bantuan melalui kelompok pendukung yang berisikan pasien-pasien dengan kondisi yang sama.
  • Kontrol dan terapi rutin dapat mencegah perburukan gejala.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Jika mendapati diri Anda atau orang di sekitar Anda mengalami gejala parkinsonisme seperti di atas, segera konsultasi dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Semakin cepat diagnosis ditegakkan, semakin cepat terapi dimulai sehingga akan memperlambat perburukan gejala dan komplikasi.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : dr Aprilia Dwi Iriani
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
Last Updated : Selasa, 27 Agustus 2024 | 07:06