Tenang, Anda tidak sendirian apabila Anda bingung apa perbedaan HIV dan AIDS. HIV dan AIDS berbeda, tetapi saling berhubungan. Singkatnya, HIV adalah virus yang dapat menyebabkan kondisi yang disebut AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), yaitu kumpulan gejala akibat sistem imun tubuh terlalu lemah akibat infeksi virus HIV.
Mengenal HIV
Dilansir Verywellhealth, HIV adalah singkatan dari immunodeficiency virus. Virus ini dapat menyerang dan menyebabkan penyakit dengan membunuh sel-sel kekebalan tubuh, sehingga membuat tubuh rentan terhadap infeksi yang terus meluas dan seharusnya dapat dikendalikan.
HIV pertama kali dikenal pada awal 1980-an setelah pejabat kesehatan masyarakat New York City dan Los Angeles melaporkan wabah penyakit langka di antara pria homoseksual. Penyakit ini umumnya tidak terlihat pada orang dengan usia muda yang sehat. Namun, para ilmuwan kemudian menemukan bahwa virus yang awalnya disebut HTLV-3 ini mampu dengan cepat membunuh sel-sel kekebalan pertahanan dan membuat seseorang rentan terhadap penularan penyakit. Sejak itu, para ilmuwan menamainya human immunodeficiency virus atau HIV.
HIV diklasifikasikan sebagai retrovirus, jenis virus langka yang menggunakan RNA sebagai materi genetik. Ketika retrovirus menginfeksi sel inang, ia akan menggunakan enzim tertentu untuk mengubah RNA rantai tunggal menjadi DNA rantai ganda, sehingga ketika DNA masuk ke dalam inti sel inang, maka DNA akan "membajak" genetika sel dan mengubahnya menjadi pabrik penghasil HIV.
Mengenal AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immunodeficiency Syndrome, tahapan lebih lanjut dari infeksi HIV, di mana sistem kekebalan tubuh dianggap sudah rusak atau terganggu akibat serangan virus. Tanpa pertahanan kekebalan tubuh, maka tubuh tidak dapat menangkal penyakit. Inilah sebabnya seseorang yang mengidap AIDS dapat mengalami infeksi yang parah dan berpotensi mengancam jiwa.
Dilansir Healthline, AIDS atau HIV stadium 3 ini berkembang ketika HIV telah menyebabkan kerusakan serius pada sistem kekebalan tubuh. Kondisi ini cukup kompleks karena gejala infeksinya terkait infeksi yang disebabkan akibat kerusakan sistem kekebalan tubuh.
Infeksi virus HIV tidak selalu berkembang hingga stadium 3 atau AIDS. Banyak orang dengan HIV yang bisa hidup selama bertahun-tahun tanpa berkembang menjadi AIDS berkat kemajuan dalam pengobatannya. Sayangnya hingga saat ini, obat tersebut tidak bisa benar-benar menghilangkan infeksi virusnya.
Penularan HIV
Menurut WHO, HIV dapat ditularkan dari orang yang terinfeksi ke orang lain melalui pertukaran cairan tubuh, seperti misalnya darah, ASI, air mani dan cairan vagina. HIV djuga dapat ditularkan dari ibu ke anaknya selama masa kehamilan dan persalinan.
HIV tidak menular lewat kontak biasa sehari-hari seperti berciuman, berpelukan, berjabat tangan atau berbagi benda pribadi, makanan atau air.
Faktor risiko penularan HIV
Beberapa kondisi berikut meningkatkan risiko penularan HIV, antara lain:
- Berhubungan seksual baik anal maupun vaginal tanpa menggunakan kondom.
- Mengidap infeksi penyakit menular seksual lain seperti sifilis, herpes, klamidia, gonorrhoea, atau vaginosis.
- Berbagi penggunaan jarum suntik seperti saat menyuntikkan obat-obatan terlarang.
- Menerima injeksi dari jarum suntik yang tidak steril seperti lewat transfusi darah, transplantasi jaringan, tindik dan lain sebagainya.
- Tidak sengaja tertusuk jarum dari (terutama dialami oleh petugas medis).
Diagnosis
Dilansir Healthline, pada penularan HIV, sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi terhadap virus. Tes darah atau tes air liur dapat mendeteksi antibodi tersebut untuk menentukan apakah ada virus. Hasil tes ini akan diketahui beberapa minggu setelah penularan.
Tes lain yang bisa dilakukan yaitu untuk mencari antigen, yaitu protein yang diproduksi oleh virus dan antibodi. Tes ini dapat mendeteksi HIV hanya dalam beberapa hari setelah terinfeksi.
Diagnosis AIDS lebih kompleks daripada HIV, sehingga untuk mengetahui perkembangannya akan dilakukan pencarian faktor untuk menentukan apakah latensi HIV telah berkembang menjadi HIV stadium 3. Umumnya untuk mendiagnosis AIDS akan dilakukan penghitungan sel-sel kekebalan yang telah dihancurkan HIV, yang disebut sel CD4.
Seseorang yang tidak terinfeksi HIV akan memiliki 500-1200 sel CD4, dan ketika jumlah sel turun menjadi 200 maka seseorang dengan HIV akan dianggap memiliki HIV stadium 3.
Faktor lain yang menandakan bahwa HIV telah berkembang menjadi AIDS adalah adanya infeksi oportunistik yang disebabkan oleh virus, jamur, atau bakteri yang tidak akan membuat seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang tidak rusak menjadi sakit.
Oleh karena itu, konsultasikan diri Anda ke dokter terdekat apabila Anda merasakan gejala-gejala yang mengarah ke infeksi HIV atau AIDS. Terutama, bila Anda memiliki riwayat perilaku berisiko. Ceritakan pada orang yang Anda percaya dan temui dokter untuk mendapatkan bantuan medis secara dini. Pengobatan HIV yang dini dan rutin dapat menurunkan risiko berkembang ke kondisi AIDS.
- dr Ayu Munawaroh, MKK
Boskey E. What Is AIDS? (2021). Available from: https://www.verywellhealth.com/what-is-the-difference-between-hiv-and-aids-3132969.
Ellis ME. HIV vs. AIDS: What’s the Difference? (2014). Available from: https://www.healthline.com/health/hiv-aids/hiv-vs-aids.
WHO. HIV/AIDS (2021). Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hiv-aids.