Disfungsi Seksual pada Pria

Disfungsi Seksual pada Pria
Kenali jenis - jenis disfungsi seksual pada pria

Bagikan :


Definisi

Disfungsi seksual dapat menjadi masalah besar yang berpengaruh pada kepuasan seksual pasangan dan berdampak pada pria ataupun wanita. Disfungsi seksual dapat terjadi baik pada pria ataupun wanita. Pada pria, disfungsi seksual adalah penyakit yang umum terjadi seiring perkembangan usia.

Selain memengaruhi kondisi fisik, disfungsi seksual juga berdampak kepada kondisi psikologis seseorang. Di Indonesia, disfungsi seksual masih dianggap sebagai hal yang tabu, sehingga pasien umumnya merasa malu untuk membicarakan keluhan mereka dan dalam mendapatkan pengobatan. Padahal bila ditangani dengan baik, pasien disfungsi seksual bisa sembuh dan kehidupan seksual yang baik bisa meningkatkan kualitas hidup mereka dan pasangannya.

Secara garis besar, disfungsi seksual terbagi menjadi beberapa kategori, yaitu:

  • Disfungsi ereksi (impotensi)

Ketidakmampuan seseorang untuk memulai atau mempertahankan ereksi dalam aktivitas seksual mereka.

  • Gangguan orgasme pria

Penderitanya tidak mampu mencapai orgasme dengan pasangan. Pada beberapa kasus, orgasme dapat dicapai hanya dengan masturbasi atau seks oral.

  • Hasrat seksual hipoaktif

Tidak adanya ketertarikan untuk melakukan kontak seksual atau tidak adanya gairah seks.

  • Kelainan ejakulasi (retrograde ejaculation)

Saat orgasme, semen yang seharusnya keluar dari penis malah berbalik ke arah kandung kemih. Sehingga, cairan semen yang dikeluarkan ketika ejakulasi bisa sangat dikit atau tidak ada. Kelainan ejakulasi ini biasanya terjadi pada pria dengan gangguan saraf akibat diabetes.

  • Priapismus

Ereksi berkepanjangan yang terjadi setidaknya selama 4 jam dan biasanya tidak diiringi dengan rangsangan seksual. Penyakit ini merupakan kondisi gawat darurat yang perlu tata laksana segera.

 

Penyebab

Disfungsi seksual bisa disebabkan oleh penyebab fisik atau psikis.

Penyebab fisik meliputi:

  • Rendahnya kadar hormon testosteron.
  • Gangguan hormon tiroid.
  • Cedera pada penis dan panggul.
  • Obat tertentu seperti antidepresan dan obat tekanan darah tinggi.
  • Kelainan pembuluh darah seperti aterosklerosis (mengerasnya dinding pembuluh darah) dan tekanan darah tinggi.
  • Stroke.
  • Kelainan saraf akibat diabetes atau tindakan pembedahan.
  • Merokok.
  • Penyalahgunaan alkohol atau narkoba.

Sedangkan untuk penyebab psikis meliputi:

  • Rasa cemas berlebih.
  • Masalah pernikahan atau hubungan.
  • Depresi.
  • Perasaan bersalah terkait hubungan seksual.
  • Memiliki trauma seksual di masa lalu.
  • Stres terkait pekerjaan.

 

Faktor risiko

Pada pria, ada faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami disfungsi seksual, antara lain:

  • Usia di atas 40 tahun.
  • Kondisi medis seperti diabetes melitus atau penyakit kardiovaskular.
  • Berat badan berlebih atau obesitas.
  • Riwayat penyakit jiwa dan konsumsi obat antidepresan.
  • Gaya hidup yang tidak sehat.
  • Kebiasaan merokok.
  • Konsumsi alkohol berlebihan.
  • Kurang olahraga.
  • Riwayat penyakit kandung kemih.

 

Gejala

Gejala yang bisa timbul dari disfungsi seksual pada pria antara lain:

  • Kurangnya hasrat untuk melakukan hubungan seksual.
  • Kesulitan membangkitkan gairah seksual.
  • Ketidakmampuan untuk mendapat atau mempertahankan ereksi.
  • Gangguan ejakulasi
    • Ejakulasi tidak bisa terjadi atau seseorang memerlukan waktu yang lama untuk ejakulasi meski sudah diberikan rangsangan seksual.
    • Saat orgasme, cairan semen tidak bisa keluar dari ujung penis.
    • Ketidakmampuan untuk mengontrol waktu ejakulasi.
  • Nyeri saat berhubungan seksual.

 

Diagnosis

Menegakkan diagnosis disfungsi seksual dapat dilakukan oleh dokter umum. Dokter akan melakukan pemeriksaan berupa sesi wawancara, dan pemeriksaan fisik.

 

Wawancara Medis

Dokter umumnya akan bertanya mengenai:

  • Keluhan utama dan keluhan lain yang menyertai pasien.
  • Berapa lama keluhan yang dialami.
  • Riwayat perilaku seksual dengan pasangan.
  • Riwayat penyakit lain seperti depresi atau gangguan tidur.
  • Riwayat konsumsi obat-obatan tertentu.
  • Pola hidup sehari-hari.

 

Pemeriksaan Fisik

Biasanya dokter akan melihat tanda-tanda vital pada pasien seperti tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan pada penis dan testis. Dokter juga bisa melakukan pemeriksaan pada bagian anus untuk mengecek kondisi kelenjar prostat pasien, apakah ada infeksi atau pembesaran.

 

Pemeriksaan Penunjang

Bila dokter mencurigai adanya penyakit lain pada pasien yang mendasari keluhan disfungsi seksual seperti diabetes, gangguan tiroid, atau penyakit kardiovaskular, maka dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah guna mengecek kadar gula, hormon, atau kadar kolesterol.

Bila memang diduga disfungsi seksual disebabkan oleh penyakit lain, maka dokter akan merujuk Anda ke spesialis terkait untuk mengatasi penyakit Anda terlebih dahulu sebelum mengobati keluhan disfungsi seksual Anda.

 

Tata Laksana

Terdapat beberapa jenis pengobatan disfungsi seksual pada pria dan pilihan pengobatan sesuai dengan penyakit penyebabnya. Berikut adalah pilihan terapi dari disfungsi seksual, yaitu:

  • Terapi obat: Pengobatan dapat diberikan untuk memperbaiki fungsi seksual dengan meningkatkan aliran darah ke penis. 
  • Terapi hormon: Karena rendahnya kadar testosteron merupakan salah satu penyebab disfungsi seksual, maka terapi hormon dapat menjadi pilihan. 
  • Psikoterapi: Psikoterapi dapat diberikan bila penyebab utama dari disfungsi seksual adalah gangguan psikis. Terapi dapat dilakukan oleh dokter spesialis jiwa guna mengobati rasa cemas, ataupun depresi. Biasanya psikoterapi bisa diberikan dalam bentuk konseling atau pengobatan.
  • Terapi seks: Terapi ini dilakukan oleh konselor yang sudah tersertifikasi dan berpengalaman. Meliputi edukasi mengenai seks, cara berhubungan seksual yang baik dan benar, dan terkadang juga meliputi konseling mengenai hubungan pernikahan. Terapi ini sebaiknya dilakukan berdua dengan pasangan agar bisa meningkatkan kualitas hidup untuk kedua belah pihak.
  • Alat bantu mekanik: Beberapa alat bantu mekanik dapat membantu penyembuhan pasien dengan disfungsi seksual seperti implan penis dan alat vakum.

Bila Anda ditemukan menderita penyakit lain seperti diabetes, darah tinggi, cedera penis, atau gangguan hormon, biasanya penyakit tersebut akan diobati terlebih dahulu. Dengan rutin kontrol penyakit tersebut, diharapkan disfungsi seksual yang terjadi juga bisa teratasi dan tidak kambuh kembali di masa depan.

 

Komplikasi

Meskipun terkesan sepele dan tidak mengancam nyawa, disfungsi seksual dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya secara berkepanjangan. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain:

  • Rasa malu dan tidak percaya diri
  • Kecemasan berlebih dan depresi
  • Kehidupan seksual yang tidak memuaskan
  • Permasalahan rumah tangga
  • Infertilitas

 

Pencegahan

Terkadang disfungsi seksual terjadi begitu saja dan tidak bisa dicegah. Namun, beberapa hal berikut ini dapat dicoba guna menghindari disfungsi seksual pada pria:

  • Olahraga minimal 15 menit intensitas sedang setiap hari
  • Menghindari obesitas dan menjaga berat badan ideal
  • Makan makanan dengan gizi seimbang
  • Hindari merokok dan minum alkohol
  • Hindari stres
  • Jujur dan jaga komunikasi yang terbuka dengan pasangan
  • Menghindari segala faktor risiko dari penyakit yang dapat mendasari disfungsi seksual seperti darah tinggi, gangguan tiroid, atau diabetes

 

Kapan Harus ke Dokter?

Disarankan untuk ke dokter bila Anda mengalami gejala di atas dalam waktu yang cukup lama, muncul setiap saat, dan mengganggu kehidupan pasangan. Walaupun hanya salah satu pihak yang mengalami disfungsi seksual, sebaiknya pengobatan dilakukan dengan ditemani pasangan. Dengan ditemani pasangan, pasien akan merasa lebih nyaman dan tenang sehingga mampu menurunkan risiko cemas berlebih dan akan membantu proses penyembuhan.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Lovira Ai Care
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 00:12