Tingginya kadar asam urat dalam darah dapat disebabkan oleh jenis makanan yang dikonsumsi. Beberapa makanan yang mengandung purin tinggi seperti daging merah dan jeroan dapat menyebabkan nyeri asam urat kambuh. Sayuran hijau seperti bayam dan asparagus juga memiliki senyawa purin yang tinggi. Lantas bagaimana dengan seledri, bolehkah pengidap asam urat mengonsumsi seledri?.
Apa Itu Asam Urat?
Nyeri asam urat adalah kondisi dimana seseorang mengalami nyeri sendi disertai bengkak, kemerahan dan rasa hangat pada persendian akibat penumpukan kristal asam urat berlebihan pada persendian. Nyeri asam urat dapat menyerang semua bagian persendian namun yang paling sering terkena adalah ibu jari kaki, pergelangan kaki, jari tangan dan lutut.
Nyeri yang muncul dapat berlangsung 4-12 jam pertama setelah serangan, dan bertahan hingga 3-10 hari, diikuti dengan gejala yang cepat berkembang. Setelah rasa nyeri mereda, biasanya pengidap asam urat akan merasa tidak nyaman di area persendian dan mengalami keterbatasan dalam bergerak.
Baca Juga: Tanda-Tanda yang Bisa Diamati bila Terkena Asam Urat
Hubungan Antara Asam Urat dengan Seledri
Nyeri asam urat terjadi karena penumpukan asam urat di persendian. Asam urat berlebihan dalam darah dapat menumpuk dan membentuk kristal di persendian. Kristal asam urat ini kemudian memicu peradangan, menyebabkan gejala nyeri dan bengkak. Penumpukan asam urat dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya makan makanan yang tinggi purin seperti daging merah, jeroan dan sayuran hijau.
Sayuran hijau yang mengandung purin tinggi seperti bayam dan asparagus umumnya tidak dianjurkan bagi pengidap asam urat tinggi. Namun beberapa sayuran hijau seperti seledri dipercaya memiliki khasiat menurunkan kadar asam urat dalam darah.
Dilansir dari Healthline, seledri mengandung senyawa yang dapat berkhasiat menurunkan kadar asam urat dalam darah seperti:
- Luteolin
- 3-n-butilfthalida
- Beta-selinene
Baca Juga: Benarkah Bayam dapat Menyebabkan Asam Urat?
Dalam sebuah penelitian pada hewan, para peneliti mengungkapkan kandungan luteolin dari biji seledri dapat mengurangi produksi oksida nitrat dari asam urat. Oksida nitrat merupakan senyawa yang penting bagi tubuh namun jika kadarnya berlebih hal ini dapat menyebabkan peradangan. Mengonsumsi seledri dapat memberi perlindungan dari peradangan asam urat namun masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut pada manusia.
Selain itu, luteloin juga merupakan antioksidan flavonoid yang secara langsung dapat menurunkan produksi asam urat. Luteolin menghambat produksi xantin oksidase yang menghasilkan produk sampingan asam urat. Dengan mengurangi produksi asam urat, cara ini juga dapat mengurangi frekuensi serangan asam urat.
Penelitian juga mengungkapkan bahwa senyawa 3-n-butylphthalide dari seledri diduga memiliki manfaat melawan peradangan asam urat. Dalam penelitian tersebut mengungkapkan bahwa paparan sel-sel tertentu terhadap 3-n-butylphthalide mengurangi stres oksidatif dan jalur pro-inflamasi. Begitu juga dengan kandungan beta-selinene pada biji seledri disebut memiliki manfaat sifat antioksidan dan anti-inflamasi yang dapat meredakan peradangan akibat asam urat.
Dengan berbagai manfaat pada seledri untuk asam urat, peneliti mengungkapkan bahwa seledri dapat bermanfaat untuk pengidap asam urat. Namun masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menilai efektivitas dan efek samping penggunaan seledri untuk menurunkan asam urat.
Jika Anda ingin menurunkan asam urat dengan mengonsumsi seledri, ekstrak biji seledri atau olahan seledri lainnya sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu ke dokter atau ahli gizi.
Cara alami lainnya yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi kadar asam urat dalam tubuh adalah dengan membatasi konsumsi makanan tinggi purin, mengurangi asupan gula berlebih, memperbanyak konsumsi cairan, mengurangi alkohol, menurunkan berat badan bagi orang yang obesitas dan banyak mengonsumsi serat serta makanan mengandung vitamin C.
Jika memiliki pertanyaan seputar asam urat, Anda bisa berkonsultasi ke dokter atau manfaatkan fitur konsultasi pada aplikasi Ai Care.
Mau tahu informasi seputar nutrisi, makanan dan tips diet lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Nadia Opmalina