Anda mungkin sudah familiar dengan istilah intermittent fasting, yaitu menjaga pola makan dengan hanya makan pada jendela makan tertentu. Pada pelaku intermittent fasting, mereka juga membatasi kalori yang masuk selama waktu makan.
Lalu saat ini juga dikenal praktik dirty fasting pada intermittent fasting. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan dirty fasting dan adakah manfaatnya bagi menurunkan berat badan? Simak ulasannya berikut ini.
Apa Itu Dirty Fasting?
Intermittent fasting adalah pola makan dimana Anda hanya bisa makan pada waktu jendela makan tertentu. Anda bisa berpuasa selama 12 jam sehari, 16 jam sehari, atau puasa 2 hari dalam 1 minggu (metode 5:2).
Dengan hanya membatasi waktu makan pada durasi tertentu, Anda akan membatasi jumlah kalori yang masuk dalam sehari. Metode ini dapat membantu menurunkan berat badan dan menjaga kadar gula darah sehingga banyak orang melakukan intermittent fasting untuk menjaga kesehatan.
Dalam menjalankan intermittent fasting, beberapa orang menjalankannya dengan metode dirty fasting. Dirty fasting adalah modifikasi puasa dimana pelaku diet bisa mengonsumsi makanan dalam kalori terbatas selama waktu puasa. Jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi bisa bervariasi, namun umumnya mengandung kalori tidak lebih dari 100 kalori.
Baca Juga: Water Fasting atau Diet Air Putih untuk Menurunkan Berat Badan, Amankah Dilakukan?
Teori dirty fasting berawal dari pemikiran bahwa selama sel-sel berpuasa, maka makan kalori dalam jumlah sedikit selama tidak membuat kadar glukosa dan insulin melonjak, kondisi ini masih dianggap sebagai fase puasa. Ketika puasa, ketersediaan kalori dan karbohidrat cukup rendah sehingga kadar insulin juga rendah. Akibatnya, hormon glukagon dan epinefrin meningkat.
Pelepasan hormon glukagon dan epinefrin menyebabkan pelepasan lemak dimana beberapa di antaranya berpindah ke hati. Di organ hati, lemak diubah menjadi keton dan dilepaskan kembali ke aliran darah. Keton kemudian menjadi sumber energi bagi otak menggantikan bahan bakar utamanya yaitu glukosa.
Anda dikatakan masih berpuasa jika kadar glukosa dan insulin tetap rendah sementara kadar keton tetap tinggi. Kondisi ini tetap dapat dicapai dengan asupan kalori terbatas seperti ketika melakukan dirty fasting.
Namun, perlu diingat bahwa dirty fasting bukan istilah medis atau ilmiah. Artinya, teori dirty fasting tidak didasarkan pada penelitian ilmiah yang mendukungnya. Belum diketahui efek makanan seperti makronutrien dan bahan-bahan lainnya pada tubuh selama dirty fasting. Oleh karena itu, hingga saat ini belum ada aturan pasti yang mengatur seperti apa dirty fasting bisa dilakukan.
Beberapa pelaku diet melakukan dirty fasting dengan makan apa saja asalkan kurang dari 100 kalori, sementara sumber lain mengungkapkan dirty fasting sebaiknya mengonsumsi makanan berlemak tinggi yang tidak langsung meningkatkan insulin, dan ada juga yang menganjurkan makanan berprotein tinggi.
Baca Juga: 5 Metode Intermittent Fasting yang Populer di Masyarakat
Perlukah Mencoba Dirty Fasting?
Banyak orang tertarik menjalani dirty fasting karena merasa mendapat manfaat dari pembatasan jam makan namun masih bisa mengonsumsi kalori selama berpuasa. Mendapat asupan kalori selama berpuasa membantu mengendalikan rasa lapar, mencegah makan berlebihan di waktu makan, menjaga jadwal makan yang konsisten dan makan lebih hati-hati.
Dengan kata lain, pelaku dirty fasting tidak menjalani pembatasan kalori yang terlalu ketat selama masa puasa namun tetap bisa mendapatkan manfaat dari intermittent fasting.
Namun hingga saat ini belum ada penelitian mengenai manfaat dan efek samping mengenai dirty fasting bagi kesehatan. Jika Anda ingin mencoba dirty fasting sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu ke ahli gizi atau dietisien.
Para ahli dapat merekomendasikan pola makan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan Anda. Anda juga bisa memanfaatkan fitur konsultasi pada aplikasi Ai Care yang bisa diunduh di ponsel Anda.
Mau tahu informasi seputar nutrisi, makanan dan tips diet lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Nadia Opmalina