Jangan Dianggap Remeh, Ini Bahaya Luka Cakaran Kucing

Jangan Dianggap Remeh, Ini Bahaya Luka Cakaran Kucing

Bagikan :


Bagi Anda yang memelihara kucing di rumah, pasti sudah tak asing dengan luka cakaran kucing. Luka ini dapat timbul ketika sedang bermain dengan kucing maupun ketika kucing sedang mempertahankan diri. Luka cakaran kucing memang tampak sepele, namun jika tidak ditangani dengan benar luka ini dapat menyebabkan infeksi bakteri yang serius.

 

Penanganan pertama luka cakaran kucing

Luka cakaran kucing yang ringan akan terasa perih dan nyeri pada awalnya. Setelah beberapa waktu, luka ini akan sembuh dengan sendirinya. Jika Anda atau anak Anda mengalami luka tersebut, ini yang harus Anda lakukan agar tidak memicu infeksi:

 

1. Hentikan perdarahan dengan menekan luka selama beberapa saat. Cara ini bukan hanya efektif untuk menghentikan keluarnya darah, namun juga mengeluarkan bakteri atau kotoran dari dalam kulit.

2. Setelah darah berhenti, bersihkan luka dengan air mengalir dan sabun.

3. Keringkan luka dengan tisu atau handuk bersih secara lembut.

4. Anda juga dapat mengoleskan obat luar antiseptik untuk mencegah infeksi lebih lanjut.

5. Luka sebaiknya tidak diperban namun pastikan agar luka tetap bersih. Jika ada kemungkinan daerah tersebut mudah terkucek oleh Anda atau anak Anda, luka boleh diperban.

 

Penanganan di atas bisa Anda lakukan untuk jenis luka cakar yang ringan. Namun jika Anda mengalami luka terbuka seperti sobek atau tecabik yang dalam dan lebar, segera bawa ke dokter untuk mendapatkan jahitan. Anda dapat mengenali luka yang memerlukan penanganan dokter, dengan melihat salah satu tanda berikut:

  • Darah yang keluar tidak berhenti bahkan setelah ditekan cukup lama
  • Dapat terlihat jaringan otot atau bahkan hingga tulang dari luka tersebut
  • Tepi luka sulit disatukan sehingga terlihat seperti lubang

Luka yang demikian memerlukan penangangan lebih lanjut seperti didesinfeksi serta dijahit. Jika Anda kesulitan dalam membedakannya, berkonsultasilah dengan dokter segera setelah terluka. Dokter juga dapat meresepkan obat antibiotik oral untuk membantu pemulihan atau bahkan menyarankan Anda atau anak Anda untuk mendapatkan vaksin rabies jika kucing yang mencakarnya liar atau belum pernah divaksinasi.

 

Yang perlu diwaspadai dari luka cakaran kucing

1. Rabies

Anda perlu waspada jika mendapat luka cakaran kucing dari kucing liar atau kucing yang memiliki gejala rabies. Gejala rabies yang sering tampak di antaranya selalu gelisah, tidak bisa diam, mudah marah, dan sering menyerang hewan lain. Hewan yang terkena rabies cenderung sering menggigit dan menyerang hewan lain atau mengunyah benda tertentu.

Virus rabies adalah virus pada hewan yang dapat menular pada manusia melalui luka gigitan. Adanya luka cakaran yang terbuka juga dapat menjadi celah masuk virus rabies ke tubuh manusia.

Pasien yang terinfeksi rabies umumnya menunjukkan gejala hiperaktif, nyeri otot, kesemutan, insomnia, cemas, hingga takut air. Gejala ini juga disertai dengan mual, demam dan nyeri di tenggorokan. 

Jika Anda berpotensi tertular rabies, dokter akan menyuntikkan vaksin rabies untuk mencegah virus rabies menyerang sistem saraf. Vaksin rabies dapat mencegah munculnya gejala rabies yang dapat menyebabkan gangguan saraf hingga kelumpuhan.

 

2. Cat scratch fever atau cat scratch disease (CSD)

Cat scratch fever adalah penyakit yang disebabkan oleh gigitan atau cakaran kucing yang terinfeksi bakteri Bartonella henselae. Infeksi ini bisa berasal bukan hanya dari kucing dewasa namun juga dari anak kucing.

Cat scratch fever dapat menyebabkan komplikasi serius seperti gangguan jantung dan kerusakan otak jika tidak ditangani dengan baik. Gejala umum infeksi penyakit ini pada manusia di antaranya benjolan atau lepuhan pada bekas gigitan atau cakaran kucing, pembengkakan kelenjar getah bening, kelelahan, demam dan pegal-pegal.

Untuk penanganan cat scratch fever umumnya diberi pengobatan untuk meredakan keluhan yang muncul. Namun umumnya penyakit ini tergolong ringan dan dokter tidak selalu memberi terapi pengobatan. Baru ketika gejalanya dirasa sangat berat, maka dokter akan meresepkan antibiotik.

 

Writer: Ratih

Edited by: dr. Anita Larasati Priyono

Last Updated: 25-May-2021