Gangguan Preferensi Seksual

Bagikan :


Definisi

Gangguan preferensi seksual, atau yang dalam bahasa medis disebut dengan parafilia, merupakan suatu kondisi di mana gairah dan kepuasan seksual seseorang bergantung pada berfantasi dan terlibat dalam perilaku seksual yang atipikal (yang tidak biasa dan yang secara umum tidak dianggap membangkitkan gairah seksual oleh orang lain) dan ekstrem. Kata parafilia berasal dari bahasa Yunani; para berarti sekitar atau di samping, dan filia berarti cinta. Definisi parafilia adalah setiap gangguan emosional yang ditandai dengan fantasi, dorongan, atau perilaku yang membangkitkan gairah seksual yang berulang, intens, terjadi selama minimal 6 bulan, dan menyebabkan penderitaan yang signifikan atau mengganggu pekerjaan penderita, fungsi sosial, atau area fungsi lainnya yang penting.

Parafilia dapat berupa ketertarikan pada objek tertentu (anak-anak, hewan, pakaian dalam) atau perilaku tertentu (menimbulkan rasa sakit, mengekspos diri sendiri). Ketertarikan ini menimbulkan suatu kepuasan hingga menyebabkan ketergantungan pada objek atau perilaku tersebut untuk tujuan seksual. Fokus ketertarikan parafilia biasanya sangat spesifik dan tidak berubah. Kebanyakan parafilia jauh lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Sulit untuk mendapatkan data mengenai jumlah penderita parafilia, karena kebanyakan penderita merasa malu dan enggan mengakuinya.

 

Penyebab

Penyebab pasti timbulnya parafilia pada seseorang belum diketahui dengan jelas. Beberapa ahli percaya bahwa parafilia disebabkan oleh trauma masa kecil, seperti pelecehan seksual. Teori lain menyebutkan bahwa suatu objek atau situasi dapat menimbulkan gairah seksual jika hal-hal tersebut sering dan berulang kali dikaitkan dengan aktivitas seksual yang menimbulkan kepuasan tersendiri. Dalam kebanyakan kasus, individu dengan parafilia mengalami kesulitan menjalin hubungan pribadi dan seksual dengan orang lain. Kebanyakan kasus parafilia terjadi pada masa remaja dan berlanjut hingga dewasa. Intensitas dan kemunculan fantasi yang terkait dengan parafilia bervariasi pada setiap individu, tetapi biasanya menurun seiring bertambahnya usia.

 

Faktor Risiko

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk menderita parafilia, antara lain:

  • Faktor biologis. Diduga terdapat beberapa perbedaan dalam struktur otak dan aktivitas otak selama aktivitas seksual pada penderita parafilia. Selain itu juga, sering dikaitkan dengan skor IQ yang lebih rendah dari yang tidak menderita parafilia.
  • Memiliki gangguan jiwa lainnya, seperti kecemasan dan gangguan obsesif-kompulsif.
  • Memiliki masalah dalam tahap perkembangan psikologis masa kanak-kanak seperti:
    • Temperamen: kecenderungan untuk terlalu mudah dipicu emosi dan tidak bisa mengendalikan perilakunya.
    • Tahap pembentukan hubungan awal: kurangnya kesadaran diri yang stabil dan kesulitan mengelola emosi, serta dalam mencari bantuan dan kenyamanan dari orang lain.
    • Trauma yang berulang: Orang-orang yang menjadi korban pelecehan seksual atau bentuk-bentuk pelecehan lainnya, terutama jika terjadi selama masa kanak-kanak, dapat mengidentifikasi diri dengan pelaku sedemikian rupa sehingga mereka bertindak sesuai dengan apa yang ditimpakan pada mereka dengan mengorbankan orang lain dalam beberapa cara.
    • Perkembangan seksualitas yang terganggu: Pola-pola yang menimbulkan kepuasan seksual cenderung terbentuk pada masa remaja. Orang yang dibesarkan dalam rumah tangga yang terlalu permisif atau tertutup mengenai masalah pendidikan seks berisiko lebih tinggi terkena parafilia.
  • Faktor keluarga, seperti konflik yang tinggi antara orang tua atau rendahnya pengawasan orang tua, kurangnya kasih sayang dari ibu, dan umumnya tidak merasa diperlakukan dengan baik oleh orang tua. Orang dengan parafilia cenderung mengalami kesulitan menjalin dan mempertahankan teman dan hubungan lainnya.

 

Gejala

Gejala parafilia biasanya berupa minat atau ketertarikan terhadap suatu objek atau perilaku untuk mendapatkan kepuasan seksual, sampai terjadi obsesif yang dapat mengganggu upaya orang tersebut untuk memikirkan hal-hal lain atau terlibat dalam aktivitas seksual yang lebih konvensional. Penderita parafilia mungkin mengalami depresi atau kecemasan sementara yang dapat hilang setelah terlibat dalam perilaku parafilia, sehingga mengarah ke siklus kecanduan. Stimulan seksual yang diinginkan untuk penderita parafilia bervariasi sesuai dengan jenis parafilia yang dialami. Sifat parafilia yang melibatkan perilaku bertentangan dengan norma atau aturan, seringkali menimbulkan gejala rasa bersalah dan takut terhadap hukuman.

Berikut beberapa jenis parafilia yang masing-masing memiliki fokus yang berbeda dari gairah seksual penderitanya:

  • Voyeurisme: menonton/mengintip tanpa izin orang lain yang sedang telanjang, mengganti pakaian, atau terlibat dalam aktivitas seksual
  • Eksibisionisme: memperlihatkan alat kelaminnya sendiri kepada orang lain di tempat umum
  • Frotteurisme: menyentuh atau menggesekan alat kelamin pada orang lain tanpa persetujuan
  • Masokisme: mendapatkan kepuasan dengan dipermalukan, dipukuli, atau diikat
  • Sadisme: mendapat kepuasan seksual dengan melihat penderitaan fisik atau emosional orang lain
  • Pedofilia: ketertarikan untuk melakukan aktivitas seksual dengan anak atau praremaja (biasanya berusia 13 tahun atau lebih muda)
  • Fetishisme: ketertarikan seksual dengan benda mati (celana dalam, sepatu, pakaian berbahan latex, dan lain-lain) atau bagian tubuh yang sangat spesifik (partialisme), misalnya payudara, bokong, dan kaki. Contoh fetishisme tertentu termasuk somnophilia (gairah seksual yang didapat dari orang yang sedang tidak sadar) dan urophilia (mendapatkan kenikmatan seksual dari melihat atau berpikir tentang urin atau buang air kecil)
  • Transvetisme: mendapatkan kepuasan seksual dengan menggunakan pakaian lawan jenis (cross-dressing)
  • Autogynephilia adalah salah satu bentuk transvetisme yang merujuk secara khusus pada pria yang menjadi terangsang dengan berpikir atau memvisualisasikan dirinya sebagai seorang wanita.
  • Parafilia tertentu lainnya: beberapa parafilia tidak memenuhi kriteria diagnostik penuh untuk gangguan parafilia tetapi mungkin memiliki impuls seksual yang tidak terkontrol yang menyebabkan penderitaan yang cukup bagi penderitanya sehingga dapat dikenali. Contoh parafilia spesifik tersebut termasuk necrophilia (mayat), scatologia (panggilan telepon yang bersifat cabul), coprophilia (tinja dan buang air besar), dan zoofilia (hewan).

 

Diagnosis

Dalam mendiagnosis parafilia, dokter akan mulai dengan melakukan wawancara. Anda mungkin akan ditanyai serangkaian pertanyaan dari kuesioner standar atau tes mandiri untuk membantu menilai adanya gejala parafilia. Dokter juga akan melakukan eksplorasi menyeluruh untuk setiap riwayat kesehatan sebelumnya dan gejala yang sedang dirasakan saat ini sehingga parafilia dapat dibedakan dari jenis gangguan mental lainnya. Agar memenuhi syarat untuk diagnosis parafilia, penderita harus mengalami:

  • Gairah seksual yang berulang dan signifikan pada objek ketertarikan mereka
  • Bertindak berdasarkan ketertarikan itu dalam suatu dorongan, fantasi, atau perilaku
  • Mengalami gejala tersebut setidaknya selama 6 bulan sampai pada titik di mana penderita tersebut mengalami tingkat penderitaan yang signifikan atau gangguan terhadap pekerjaannya, fungsi sosialnya, atau aspek kehidupan penting lainnya

 

Tata Laksana

Tatalaksana pada sebagian besar kasus parafilia biasanya berupa konseling dan terapi untuk membantu orang tersebut mengubah perilaku mereka, seperti Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Obat-obatan juga dapat membantu mengurangi kompulsif yang terkait dengan parafilia dan mengurangi jumlah fantasi dan perilaku seksual yang menyimpang. Dalam beberapa kasus, obat yang mempengaruhi hormon seksual seseorang bisa diresepkan untuk individu yang sering mengalami perilaku seksual yang tidak normal atau berbahaya. Obat-obatan ini bekerja dengan mengurangi dorongan seks seorang individu.

 

Komplikasi

Seringkali, perilaku parafilia dirasa perlu dilakukan oleh penderitanya untuk memenuhi kebutuhan seksualnya, meskipun pada kenyataannya hal ini juga dapat menjadi sumber penderitaan yang cukup signifikan. Parafilia dapat menyebabkan timbulnya masalah pribadi, sosial, dan pekerjaan, serta seseorang dengan parafilia dapat disebut "mesum". Perilaku terkait mungkin juga memiliki konsekuensi sosial dan hukum yang serius.

 

Pencegahan

Belum diketahui cara pasti untuk mencegah timbulnya parafilia pada seseorang. Pencegahan perilaku parafilia biasanya melibatkan pengurangan faktor risiko psikososial selama masa perkembangannya. Selain itu, pencegahan perilaku parafilia di masa depan biasanya berfokus pada pencegahan penderita parafila memiliki akses kepada objek atau benda yang menjadi pemicunya.

 

Kapan Harus ke Dokter ?

Jika Anda mengalami gejala-gejala parafilia yang telah mengganggu kehidupan pribadi, sosial, pekerjaan, serta menimbulkan stres dan tekanan yang berlebihan, maka konsultasikan diri Anda ke dokter untuk mendapatkan bantuan.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

Writer : dr Dedi Yanto Husada
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Kamis, 24 November 2022 | 10:39

Dryden-Edwards, Roxanne. Paraphilia. (2020). Retrieved 11 Februari 2022, from https://www.medicinenet.com/paraphilia/article.htm

Johnson, Traci C. Paraphilias. (2020). Retrieved 11 Februari 2022, from https://www.webmd.com/sexual-conditions/guide/paraphilias-overview

Lerner, Brian, et. al. Paraphilic Disorders. (2017). Retrieved 11 Februari 2022, from https://www.hopkinsguides.com/hopkins/view/Johns_Hopkins_Psychiatry_Guide/787119/all/Paraphilic_Disorders

Paraphilias. (2019). Retrieved 11 Februari 2022, from https://www.psychologytoday.com/us/conditions/paraphilias

 

Sorrentino, Renee. DSM-5 and Paraphilias: What Psychiatrists Need to Know. (2016). Retrieved 11 Februari 2022, from https://www.psychiatrictimes.com/view/dsm-5-and-paraphilias-what-psychiatrists-need-know