Bau badan adalah salah satu masalah yang sering ditemui dan memengaruhi kepercayaan diri pada seseorang. Bau badan sendiri disebabkan oleh bakteri di dalam tubuh, bukan karena keringat yang dikeluarkan oleh tubuh.
Lantas apa yang menyebabkan keringat bau seperti bawang?
Penyebab bau badan
Dilansir Medical News Today, bau badan bisa terjadi karena bakteri pada kulit seseorang memecah molekul protein di dalam keringat, sehingga menghasilkan bau seperti misalnya bau bawang. Bau badan tidak berarti karena seseorang tidak menjaga kebersihan tubuhnya dengan baik. Walaupun sebenarnya salah satu penyebab bau badan dipengaruhi kebiasaan dalam menjaga kebersihan tubuh.
Tubuh manusia secara normal memiliki substansi yang dikenal dengan aroma tubuh, hal ini menyebabkan Anda bisa mengenali seseorang berdasarkan aroma tubuhnya yang khas. Bau badan bisa muncul akibat kelenjar keringat yang mulai aktif, dan juga dipengaruhi kondisi kesehatan tertentu misalnya seperti obesitas dan diabetes.
Bau badan seringkali muncul karena kurang memperhatikan beberapa area tubuh, misalnya seperti kaki, pangkal paha, ketiak, area genital, rambut kemaluan, pusar, anus, dan bagian belakang kepala. Area tubuh tersebut adalah area yang memungkinkan bakteri berkembang biak sehingga ketika kelenjar keringat memproduksi keringat tubuh maka munculah bau badan.
Adanya bau badan yang berbeda-beda pada setiap orang disebabkan perbedaan mikrobioma. Mikrobioma sendiri adalah koloni mikroorganisme yang berbeda-beda yang hidup di tubuh manusia, dan perkembangannya dipengaruhi oleh pola diet, stres, lingkungan serta genetik.
Studi yang dilakukan tahun 2015 tentang mikrobioma menunjukkan bahwa mereka yang tidak menggunakan deodoran atau antiperspirant cenderung memiliki jumlah bakteri yang 50x lebih banyak dibandingkan yang menggunakan. Alhasil, tubuh bisa menghasilkan aroma seperti bawang, jamur, atau asam.
Mengatasi bau bawang pada tubuh
Bakteri mendapat tempat tinggal dan makanan dari keringat. Sehingga, untuk menghentikan bau bawang atau bau badan tak sedap lainnya haruslah dengan cara mengontrol keringat. Dilansir Livestrong, berikut adalah beberapa cara mengontrol keringat dan bau badan:
- Menjaga kebersihan: Menjaga kebersihan setiap sudut di mana keringat paling banyak muncul adalah hal yang harus dilakukan pertama kali. Anda bisa membersihkan area-area tersebut 10-15 detik lebih lama ketimbang area lainnya.
- Mengeringkan badan: Agar tidak terlalu lembab, maka setiap kali sudah dibersihkan area tersebut harus dijaga agar tetap kering sehingga tidak menjadi tempat berkembang biak bakteri.
- Menggunakan antiperspirant atau deodoran: Antiperspirant adalah bahan yang dapat mengurangi produksi keringat. Bahan ini biasanya bisa ditemukan pada deodoran. Untuk mencegah bau badan selalu gunakan antiperspirant setelah mandi.
- Bercukur: Dilansir Medical News Today, mencukur bulu-bulu di ketiak atau di area organ intim akan membantu mengurangi risiko perkembangbiakkan bakteri. Gunakan alat cukur berkualitas agar tidak membuat jaringan kulit terluka.
- Perawatan medis lainnya :Apabila semua hal di atas sudah dilakukan dan tidak memberikan hasil yang memuaskan, maka beberapa langkah medis berikut bisa dicoba:
- Pertimbangkan botox - Jika antiperspirant tidak cukup membantu mengontrol kelebihan keringat, maka dokter akan menyarankan injeksi botox.
- Alumunium klorida - Dokter umumnya akan memberikan resep antiperspirant yang mengandung alumunium klorida untuk mengurangi produksi keringat berlebih. Anda bisa mencari antiperspirant dengan kandungan 10-30% alumunium klorida bila deodoran biasa tidak bisa mengatasi problem bau badan Anda.
- Pembedahan - Jika kedua cara di atas tidak memberikan hasil yang efektif, maka dokter akan menyarankan prosedur pembedahan yang disebut endoscopic thoracic sympathectomy (ETS). Prosedur ini akan mengontrol keringat dengan memutuskan saraf pengontrol keringat di bawah kulit ketiak. Namun, prosedur ini memiliki risiko menyebabkan kerusakan saaraf atau pembuluh darah jika tidak dilakukan dengan benar.
Jika Anda sedang mengalami masalah bau badan, Anda dapat menerapkan tips di atas untuk mengatasinya. Apabila tetap tidak tertangani, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter terkait permasalahan Anda.
- dr Ayu Munawaroh, MKK