Memasak makanan dengan cara menggoreng bukanlah hal baru bagi manusia modern. Teknik memasak ini sudah dikuasai manusia sejak zaman kuno, hampir semua budaya memilikinya. Teknik memasak makanan dengan cara menggoreng semakin populer di abad 20 saat diusung industri makanan siap saji, karena alasan biaya produksi yang rendah.
Makanan yang dimasak dengan cara digoreng biasanya lebih menggoda selera dan lebih tahan lama. Sejurus dengan kelebihannya, di situlah letak bahaya makan gorengan. Yeap, porsinya! Semakin menggoda selera, semakin banyak gorengan yang dimakan, padahal kandungan kalorinya cukup tinggi.
Kentang misalnya, saat direbus 100 gram kentang mengandung 87 kalori, sedangkan saat digoreng per 100 gramnya bisa mengandung 274 kalori. Dilansir Livestrong, CDC mengingatkan bahaya yang ditimbulkan dari kebiasaan mengonsumsi makanan yang digoreng. Menurut mereka, makan terlalu banyak gorengan dapat memperbesar lingkar pinggang dan memperpendek umur. Makanan yang dimasak dengan cara digoreng, tidak hanya tinggi kandungan kalorinya, namun juga tinggi kandungan lemak dan garam.
Dilansir WebMD, makan terlalu banyak gorengan meningkatkan resiko penyakit diabetes tipe 2 dan penyakit jantung. "Gorengan membawa bahaya melalui resiko obesitas, tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi," ungkap Leah Cahill, PhD, asisten profesor di Dalhousie University di Kanada. "Proses menggoreng diketahui dapat mengubah kualitas makanan dan meningkatkan kandungan kalori dalam makanan" ungkapnya lebih lanjut.
Penyebab utama makan gorengan itu berbahaya
Sekedar tinggi kalori saja apakah sebahaya itu bagi kesehatan? Sebenarnya ada dua faktor yang menyebabkan makan gorengan itu berbahaya bagi kesehatan.
Faktor pertama: penggunaan minyak berulang
Saat digunakan menggoreng berulang kali, komposisi minyak tentu sudah berubah. Minyak tersebut kemudian masuk, meresap ke dalam makanan dan melipatkan jumlah kalori di dalamnya.
Faktor kedua: kandungan acrylamide
Acrylamide adalah senyawa kimia yang terbentuk saat makanan dimasak dengan temperatur tinggi, seperti pada digoreng maupun dipanggang. Pada sejumlah penelitian, ditemukan bahwa acrylamide dapat memicu penyakit kanker. Ketika makanan dipanaskan dengan temperatur tinggi, asparagine (asam amino) bereaksi dengan gula dan membentuk acrylamide. Semakin lama makanan digoreng, semakin gelap warnanya, dan makin tinggi pula acrylamide yang terbentuk di dalamnya.
Alternatif lain dalam mengonsumsi gorengan
Jadi apakah sudah tidak boleh lagi nih makan gorengan? Tentu saja masih boleh kok, ada beberapa alternatif yang bisa Anda lakukan agar bisa tetap aman makan gorengan.
Gunakan minyak yang sehat
Jenis minyak yang digunakan mempengaruhi resiko kesehatan makanan yang digoreng. Beberapa minyak seperti dilansir Healthline dapat menahan temperatur panas sehingga aman digunakan. Minyak yang tersusun dari lemak jenuh dan tak jenuh tunggal memang lebih stabil saat dipanaskan.
- Minyak kelapa
Minyak kelapa mengandung 90% asam lemak jenuh, bahkan ketika digunakan untuk menggoreng selama 8 jam berturut-turut, kualitasnya tidak berkurang.
- Minyak zaitun
Kandungan lemak tak jenuh tunggal dalam minyak zaitun menyebabkan minyak ini lebih stabil suhunya. Minyak zaitun dapat bertahan lebih dari 24 jam saat digunakan untuk menggoreng, tanpa menunjukkan reaksi oksidasi.
- Minyak alpukat
Komposisi minyak alpukat hampir sama seperti minyak zaitun. Sama-sama tahan terhadap temperatur tinggi sehingga merupakan pilihan yang patut dipertimbangkan.
Selain menggoreng dengan minyak sehat, Anda juga bisa menggunakan air fryer yang dapat digunakan menggoreng makanan tanpa minyak. Hasilnya pun cukup memuaskan dengan bagian luar yang crispy dan dalam yang lembut.
- dr Ayu Munawaroh, MKK