Mengapa Pengobatan TBC Tidak Boleh Terputus?

Mengapa Pengobatan TBC Tidak Boleh Terputus?
Ilustrasi gejala TBC. Credits: Freepik

Bagikan :


Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini biasanya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain seperti tulang, ginjal, otak, dan kelenjar getah bening.

Meskipun TBC merupakan penyakit serius, penyakit ini dapat sembuh sepenuhnya jika pengobatannya dilakukan dengan benar dan sesuai jadwal.

Sayangnya, hingga saat ini, kasus TBC, khususnya di Indonesia, masih sulit diatasi. Salah satu penyebab utamanya adalah ketidakpatuhan dalam menjalani pengobatan. Ketahui lebih lanjut mengapa pengobatan TBC tidak boleh terputus dan perlu dilakukan dengan benar.

 

Cara Kerja Pengobatan TBC

Prinsip dasar pengobatan TBC adalah membunuh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan penyakit ini. Bakteri TBC tumbuh sangat lambat dan bisa menjadi tidak aktif, namun tetap bertahan di dalam tubuh.

Pengobatan TBC memerlukan waktu yang lama dan kombinasi obat yang tepat untuk memastikan bahwa semua bakteri, termasuk yang tidak aktif, dapat dihancurkan sepenuhnya.

Biasanya, pengobatan TBC memakan waktu antara 6 hingga 12 bulan, tergantung pada tingkat keparahan infeksi. Durasi pengobatan ini dipengaruhi oleh kemampuan bakteri untuk bertahan di dalam tubuh.

Baca Juga: Perbedaan Pneumonia dengan Tuberkulosis (TBC)

 

Pentingnya Pengobatan TBC Secara Konsisten

Ada beberapa alasan mengapa pengobatan TBC perlu dilakukan secara konsisten dan tidak boleh terputus, di antaranya:

Membunuh bakteri penyebab TB secara tuntas

Pengobatan TBC menggunakan kombinasi antibiotik yang dirancang untuk membunuh bakteri secara bertahap. Karena bakteri Mycobacterium tuberculosis berkembang sangat lambat, pengobatan membutuhkan waktu yang panjang untuk memastikan semua bakteri di tubuh telah dihancurkan.

Jika pengobatan dihentikan sebelum waktunya, bakteri yang masih hidup dapat berkembang biak kembali, yang dapat memperburuk kondisi dan meningkatkan risiko kekebalan bakteri terhadap obat-obatan.

Baca Juga: Mengenal Tes Mantoux Sebagai Deteksi Awal Penyakit Tuberkulosis (TBC)

Mencegah resistensi obat

Salah satu risiko terbesar menghentikan pengobatan TBC sebelum waktunya adalah terjadinya resistensi terhadap obat. Ketika pengobatan tidak selesai, bakteri yang masih hidup dapat bermutasi dan menjadi kebal terhadap antibiotik.

Dengan resistensi obat, pengobatan selanjutnya menjadi lebih sulit, lebih mahal, dan memakan waktu lebih lama. Selain itu, resistensi obat meningkatkan risiko kematian serta penyebaran strain bakteri yang sulit diobati kepada orang lain.

Mengurangi risiko penularan

Pengobatan TBC tidak boleh terputus untuk mengurangi risiko penularan. Bakteri TBC bisa menular melalui droplet (saat bersin atau batuk) dan udara. Orang yang tidak menyelesaikan pengobatan berisiko tinggi menularkan bakteri kepada orang lain, termasuk teman, keluarga, atau orang yang melakukan kontak langsung dengannya.

 

Pengobatan TB membutuhkan durasi yang panjang serta menyebabkan efek samping yang membuat banyak pasien enggan melanjutkan pengobatan. Banyak orang juga tidak memahami pentingnya menyelesaikan pengobatan, sehingga cenderung berhenti setelah merasa sembuh.

Untuk memastikan kesembuhan total dan mengurangi risiko penularan, sebaiknya selesaikan pengobatan TBC sampai tuntas. Jika ada hal yang kurang dipahami terkait pengobatan, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penjelasan. Anda juga bisa memanfaatkan layanan konsultasi kesehatan pada aplikasi Ai Care dengan mengunduhnya melalui App Store atau Play Store.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainya? Cek di sini, yah!

Writer : Agatha Writer
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Jumat, 3 Januari 2025 | 11:58

American Lung Association (2024). Treating and Managing Tuberculosis. Available from: https://www.lung.org/lung-health-diseases/lung-disease-lookup/tuberculosis/treating-and-managing 

CDC (2024). Treating Tuberculosis. Available from: https://www.cdc.gov/tb/treatment/index.html 

Cleveland Clinic (2022). Tuberculosis. Available from: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/11301-tuberculosis 

Mayo Clinic (2023). Tuberculosis. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/tuberculosis/symptoms-causes/syc-20351250 

Habteyes H. Tola, et all (2019). Intermittent treatment interruption and its effect on multidrug resistant tuberculosis treatment outcome in Ethiopia. Available from: https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC6934462/