Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Stimulansia

Credit: Freepik.

Bagikan :


Definisi

Stimulasia atau stimulan merupakan kelas obat yang bekerja meningkatkan aktivitas sistem saraf pusat. Penggunaan obat-obatan stimulan akan mempercepat pengantaran sinyal di otak dengan cara menghambat penyerapan kembali beberapa jenis senyawa kimia otak monoamine.

Obat-obatan jenis ini cukup sering ditemukan penggunaannya dengan berbagai macam tujuan, seperti untuk mengobati attention deficit hyperactivity disorder atau ADHD, asma, hipotensi karena tindakan anestesi, narkolepsi, tatalaksana jangka pendek untuk obesitas, flu, sakit kepala, dan lain-lain. Penggunaan beberapa jenis obat stimulan dapat bersifat ilegal jika dilakukan tanpa pengawasan dari dokter karna efek kecanduan yang ditimbulkannya.

Selain dapat menyebabkan munculnya efek kecanduan, penggunaan stimulan dapat menyebabkan munculnya gangguan mental dan perilaku. Diketahui bahwa sekelompok fenomena psikosis dapat muncul segera setelah Anda menggunakan stimulan dan bahkan bsa bertahan selama Anda menggunakan zat tersebut. Hal ini ditandai dengan adanya halusinasi yang jelas atau vivid hallucinations. Biasanya berupa halusinasi auditori. Namun, tak jarang halusinas dapat muncul mencakup lebih dari satu panca indra. Hal ini kemudian dapat menyebabkan terjadinya misidentifikai, delusi, dan atau adanya ide referensi besifat paranoid atau penganiyaan. Gangguan ini dapat disertai dengan adanya kekeruhan tingkat kesadaran. Kondisi ini biasanya akan sembuh sebagian dalam 1 bulan dan akan membaik sepenuhnya dalam waktu enam bulan.

Secara garis besar, terdapat tiga jenis stimulan yang paling sering digunakan, yatu kafein, metamfetamin, dan MDMA atau ekstasi. Kafeine merupakan jenis stimulan yang paling sering digunakan di dunia.  Kafein merupakan stimulan sistem saraf pusat alami. Kafein dapat dengan mudah ditemukan dari sumber natural, seperti dari biji kopi, teh, dan biji kakao. Tujuan utama dari konsumsi kafein adalah untuk mencegah kelelahan dan kantuk, tetapi ada banyak kegunaan tambahan. Kafein dapat digunakan sebagai tatalaksan apnea pada prematuritas dan tatalaksana untuk mencegah  serta mengatasi displasia bronkopulmoner pada bayi prematur. Kafein juga diperkirakan dapat menatalaksana depresi dan penurunan neurokognitif, seperti Alzheimer dan Parkinson.

Penggunaan kafein dalam dosis yang tepat akan memberikan banyak dampak positif. Meskipun memiliki banyak dampak baik, kafeine juga dapat menyebabkan efek samping jika dikonsumsi dalam jumlah terlalu banyak. Konsumsi kafein dalam dosis tinggi dapat memicu terjadi gejala kecemasan, terutama pada orang yang sensitif , seperti orang dengan gangguan panik dan orang dengan gangguan kecemasan sosial.  Lebih lanjut, beberapa penelitian menyebutkan konsumsi kafein jangka panjang dapat menyebabkan munculnya permasalah pada remaja, seperti kemarahan, kekerasan, gangguan tidur, hingga penyalahgunaan narkoba dan obat-obatan terlarang.

Penyebab

Penggunaan stimulan akan mempercepat pengantaran sinyal di otak dengan cara menghambat penyerapan kembali beberapa jenis senyawa kimia otak monoamine (dopamine, norepinefrin, epinefrin, dan serotonin). Perlambatan proses penyerapan ini akan menyebabkan peningkatan jumlah monoamine di sinaps sel saraf otak. Dopamine dan norepinefrin diketahui memiliki efek memberikan perasaan euphoria dan dapat menyebabkan adiksi atau kecanduan. Lebih lanjut, paparan berulang terhadap stimulan berupa metamfetamin, ekstasi, dan kafein dalam jumlah dan durasi tertentu dapat menyebabkan terjadinya perubahan fungsi kognitif atau kecerdasan dan perilaku hingga menyebabkan terjadinya psikosis atau gangguan kejiwaan pada penggunanya.

Faktor Risiko

Terdapat beberapa hal yang menjadi faktor risiko terjadinya penyalahgunaan stimulan hingga menimbulkan munculnya gangguan mental dan perilaku, yaitu;

  • Lingkungan keluarga yang tidak stabil, termasuk adanya riwayat keluarga dalam penggunaan zat, atau kejahatan,
  • Riwayat penggunaan zat sebagai terapi permasalahan psikiatri
  • Lingkungan sekitar memiliki kecenderungan untuk melakukan perilaku berisiko tinggi,
  • Adanya riwayat gangguan kesehatan mental, khususnya gangguan penyesuaian, gangguan panik, dan gangguan kecemasan sosial.

Gejala

Gangguan mental dan perilaku yang ditimbulkan oleh  penggunaan metamfetamin, ekstasi, dan kafein terjadi baik dikarenakan penggunaan jangka panjang mau pun jangka pendek. Penggunaan jangka pendek stimulan dapat menyebabkan Anda merasakan euforia, bergairah, suasana hati yang baik peningkatan gairah seksual, mengurangi rasa lelah, dan peningakan perhatian serta kognitif dalam waktu singkat.

Konsumsi metamfetamin, ekstasi, dan kafein juga menyebabkan munculnya gejala neuropsikiatri, seperti perilaku yang tidak terduga, kebingungan, panik dan cemas, paranoia atau ketakutan yang berlebihan, halusinasi, mudah marah, delirium, hingga kecenderungan ingin bunuh diri dan melakukan penyalahgnaan obat terlarang serta alkohol. Lebih lanjut, konsumsi stimulan dapat memungkinan menyebabkan terjadinya gangguan psikosis meskipun Anda tidak memiliki riwayat kasus psikosis di keluarga.

Diagnosis

Pada anamnesis, dokter Anda akan menanyakan tentang gejala yang Anda rasakan. Gangguan psikosis yang diinduksi stimulan dapat menyebabkan berbagai pola gejala. Variasi ini dipengaruhi oleh jenis zat stimulan yang dikonsumsi serta kepribadian Anda. Dokter Anda mungkin dapat menemukan adanya gejala berupa agitasi, halusinasi, paranoia, dan psikosis.

Dokter Anda akan mengajukan beberapa pertanyaan berkaitan dengan jumlah obat dan cara penggunaan serta jangka waktu penggunaan stimulan yang Anda gunakan. Dokter Anda juga akan menanyakan tentang apakah stimulan dikonsumsi bersama dengan zat lain, seperti opioid, benzodiazepin, ganja, dan alkohol.

Pada pemeriksaan fisik, dokter Anda mungkin menemukan tanda-tanda kurang gizi dan perubahan suasana hati yang cenderung acak-acakan serta perubahan perilaku yang bervariasi.

Tatalaksana

Sebagaian besar penyalahgunaan obat dapat menyebabkan munculnya gejala psikosis. Lebih lanjut, penyalahgunaan tersebut bahkan memperburuk gejala psikosis yang sudah ada. Meskipun gejala psikosis yang disebabkan oleh stimulan pada umumnya hanya bersifat sementara dan dapat sembuh tanpa pengobatan, Anda tetap membutuhkan evaluasi oleh dokter dan diobati. Hal ini karena ganggua psikosis yang parah dapat menyebabkan gangguan fungsi yang berat dan risiko cedera yang tinggi.

Untuk mengobati kasus ini, dokter Anda akan merujuk Anda ke dokter jiwa atau psikiater agar anda mendapatkan pengobatan yang lebih maksimal. Untuk menatalaksana gangguan ini, dapat dilakukan terapi non-farmakologi dan farmakologi. Tatalaksana non-farmakologi dapat berupa psikoterapi, motivational interview,contingency management, CBT atau cognitive behavioral therapy, dan pendekatan atau edukasi pada keluarga. Tatalaksana dengan mengunakan obat-obatan atau farmakoterapi juga dapat menjadi pilihan. Dokter Anda mungkin akan memberikan antidepresan.

Meskipun obat farmakologi telah terbukti efektif dalam mengobati beberapa gangguan penggunaan zat, saat ini belum terdapat obat yang dapat melawan efek spesifik metamfetamin atau mengurangi penyalahgunaan metamfetamin. Untuk mengurangi penyalahgunaan, dokter Anda akan memberikan terapi berupa Motivational Interview, contingency management, CBT dan edukasi keluarga.

Kombinasi terapi non-farmakologi dan farmakologi cenderung memiliki tingkat keberhasilan pengobatan yang lebih baik.

Komplikasi

Penyalahgunaan stimulan pada usia remaja dapat memberi dampak pada perkembangan saraf dan menyebabkan anak memiliki kecenderungan dalam menggunakan obat-obatan terlarang serta perilaku berisiko lainnya. Penggunaan stimulant juga diketahui dapat menyebabkan terjadinya psikos meskipun tidak terdapat adanya keluarga dengan riwayat yang sama.

Konsumsi kafein dalam jumlah banyak tak hanya dapat menyebabkan gangguan mental dan perilaku, tapi juga dapat menyebabkan gangguan pada sistem kardiovaskular. Lebih lanjut, hal ini dapat menyebabkan meningkatnya angka morbiditas.

Pencegahan

Gunakan obat-obatan stimulan sesuai dengan indikasi dan petunjuk dari dokter Anda. Penggunaan diluar anjuran dokter dapat menyebabkan penyalahgunaan obat-obatan stimulan dan menyebabkan munculnya gejala gangguan mental dan perilaku pada Anda.

Konsumsi kafein dalam jumlah yang cukup sehingga Anda dapat merasakan efek positifnya, berupa meningkatnya mood dan mengurangi kecemasan. Normalnya, orang dewasa dapat mengonsumsi kafein sebanyak 400 miligram per hari, atau setara dengan 4 cangkir kopi tanpa menimbulkan efek negatif. Konsumsi kafeine 1.200 miligram dalam sehari dapat menyebabkan efek toksik, seperti kejang.

 

Kapan Harus Ke Dokter

Segera ke dokter jika Anda merasakan gejala-gejala di atas. Lakukan konsultasi sebelum dan saat sedang menggunakan zat stimulan untuk mencegah terjadinya efek samping.

Writer : dr Sherly Deftia Agustina
Editor :
  • dr Anita Larasati Priyono
Last Updated : Jumat, 22 Maret 2024 | 16:06

Meyer J. S. (2013). 3,4-methylenedioxymethamphetamine (MDMA): current perspectives. Substance abuse and rehabilitation, 4, 83–99. https://doi.org/10.2147/SAR.S37258

Yasaei R, Saadabadi A. Methamphetamine. [Updated 2021 Aug 6]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK535356/

Park TM, Haning WF 3rd. Stimulant Use Disorders. Child Adolesc Psychiatr Clin N Am. 2016 Jul;25(3):461-71. doi: 10.1016/j.chc.2016.02.004. Epub 2016 Mar 28. PMID: 27338967.

Healthline. [Internet]. Caffeine and Anxiety: How does your caffeine habit affect anxiety? [Updated 2019, May 24]. Available from: https://www.healthline.com/health/caffeine-and-anxiety#symptoms

Richards, G., & Smith, A. (2015). Caffeine consumption and self-assessed stress, anxiety, and depression in secondary school children. Journal of psychopharmacology (Oxford, England), 29(12), 1236–1247. https://doi.org/10.1177/0269881115612404

Glade MJ. Caffeine-Not just a stimulant. Nutrition. 2010 Oct;26(10):932-8. doi: 10.1016/j.nut.2010.08.004. PMID: 20888549.

Kelly, T. M., & Daley, D. C. (2013). Integrated treatment of substance use and psychiatric disorders. Social work in public health, 28(3-4), 388–406. https://doi.org/10.1080/19371918.2013.774673

Glasner-Edwards, S., & Mooney, L. J. (2014). Methamphetamine psychosis: epidemiology and management. CNS drugs, 28(12), 1115–1126. https://doi.org/10.1007/s40263-014-0209-8

NIDA. 2021, April 13. What treatments are effective for people who misuse methamphetamine?. Retrieved from https://nida.nih.gov/publications/research-reports/methamphetamine/what-treatments-are-effective-people-who-misuse-methamphetamine on 2022, February 2