Kanker Serviks

Ilustrasi kanker serviks. Gambar via parkwayeast.com.sg

Bagikan :


Definisi

Kanker serviks adalah suatu jenis kanker yang muncul pada serviks atau leher rahim. Serviks adalah bagian bawah dari rahim yang menghubungkan rahim dan vagina. Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak dijumpai di seluruh dunia. Data dari Global Cancer Observatory (Globocan) menunjukkan kanker serviks menempati peringkat keempat di antara penyebab kanker tersering pada wanita dan mengakibatkan sekitar 600 ribu kematian di seluruh dunia di tahun 2020. Di Indonesia sendiri, data dari Globocan menunjukkan kanker serviks berada di urutan kedua penyebab kanker tersering pada tahun 2020, dengan jumlah penderita sekitar 36 ribu atau 9% dari seluruh kasus kanker. Kanker serviks tidak menyerang wanita yang telah menjalani operasi pengangkatan rahim (histerektomi total).

Penelitian menunjukkan angka kejadian kanker serviks tertinggi terjadi selama masa dewasa muda sebelum umur 25 tahun dan angka kematian akibat penyakit ini tertinggi terjadi pada usia 40-50 tahun. Kanker serviks terutama terjadi jika terdapat faktor risiko yang menyebabkan risiko terkena kanker dari infeksi HPV meningkat.

Penyebab

Kanker serviks terjadi ketika sel-sel yang sehat di serviks mengalami perubahan atau mutasi pada DNA-nya. DNA berisi informasi yang menginstruksikan sel-sel untuk menjalankan fungsinya. Mutasi yang terjadi menyebabkan sel tumbuh dan membelah diri secara tidak terkendali, sehingga yang dihasilkan dari proses ini akan membentuk massa daging yang disebut sebagai tumor. Sel-sel kanker akan menyerang jaringan lainnya dan dapat menyebar ke bagian tubuh sekitarnya. 

Penyebab kanker serviks tidak diketahui dengan pasti, namun hampir seluruh penyebab kanker serviks (99%) diketahui berhubungan dengan infeksi human papillomavirus (HPV). Pada sebaian besar kasus, infeksi akibat HPV dapat sembuh dengan sendirinya dan tidak menyebabkan gejala apapun. Namun pada kasus infeksi yang persisten, infeksi HPV dapat menyebakan kanker serviks pada wanita. Pada wanita dengan kondisi imun normal, infeksi HPV membutuhkan waktu sekitar 15-20 tahun untuk menyebabkan kanker. Pada kondisi imun yang lemah, seperti HIV, waktu yang dibutuhkan untuk menjadi kanker menjadi lebih singkat, yaitu 5-10 tahun.

HPV umumnya ditemukan pada orang yang aktif secara seksual. Terdapat lebih dari 130 jenis HPV dan 20 jenis diantaranya dapat menyebabkan kanker. HPV 16 dan 18 merupakan jenis HPV yang paling banyak ditemui pada kanker serviks. Sekitar lebih dari 75% kanker serviks disebabkan oleh kedua tipe HPV ini.

Faktor Risiko

Terdapat beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seorang wanita terkena kanker serviks, di antaranya:

  • Berusia di bawah 45 tahun.
  • Berganti pasangan seksual. Semakin banyak pasangan seksual, semakin besar risiko terinfeksi HPV dan kanker serviks. 
  • Aktivitas seksual dan kehamilan di usia muda. Aktivitas seksual dan kehamilan di bawah usia 17 tahun meningkatkan risiko terkena infeksi HPV.
  • Memiliki penyakit menular seksual (PMS) lainnya, seperti gonorea, sifilis, atau HIV/AIDS.
  • Sistem imun yang lemah
  • Merokok 
  • Memiliki riwayat kanker vagina, ginjal atau kandung kemih di masa lalu.

Gejala

Pada stadium awal kanker, pasien umumnya tidak menunjukkan tanda atau gejala. Tanda dan gejala kanker pada stadium yang lebih lanjut adalah:

  • Perdarahan setelah berhubungan seksual, di antara periode menstruasi atau setelah menopause.
  • Keluarnya darah dari vagina yang memiliki bau tidak sedap.
  • Nyeri pinggul atau nyeri saat berhubungan (dispareunia).

Diagnosis

Dokter Anda akan melakukan anamnesis dan serangkaian pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis kanker serviks. Beberapa pertanyaan yang akan ditanya meliputi usia pertama kali berhubungan seksual, jumlah pasangan seksual, riwayat haid, riwayat penyakit sebelumnya seperti infeksi HPV atau HIV, dan  riwayat vaksin HPV sebelumnya.

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan memeriksa alat kelamin bagian luar dan dalam. Pemeriksaan bagian dalam dilakukan dengan menggunakan cocor bebek yang diselipkan ke dalam vagina untuk melihat kondisi leher rahim, sehingga luka, erosi dan massa yang timbul pada serviks dapat diketahui. Namun, pada kanker serviks stadium awal, kondisi serviks umumnya terlihat normal.

Untuk menegakkan diagnosis secara pasti, perlu dilakukan pemeriksaan lainnya. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah Papanicolau (Pap) smear. Pap smear dilakukan dengan mengambil sampel dari leher rahim yang kemudian diperiksa di laboratorium untuk melihat ada tidaknya kelainan. Selain itu, pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan DNA HPV untuk mengetahui keberadaan virus HPV di dalam sel serviks.

Jika pap smear menunjukkan sel serviks yang abnormal maka dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.  Dokter mungkin akan melakukan prosedur colposcopy, dimana vagina akan dibuka menggunakan spekulum dan alat yang disebut colposcope dimasukkan ke dalam vagina. Alat ini memiliki lampu yang terang dan lensa pembesar sehingga serviks terlihat dengan jelas. Biasanya akan dilakukan juga tindakan biopsi, yaitu pengambilan jaringan serviks untuk dilakukan pemeriksaan lanjutan. Jaringan biopsi akan diperiksa di bawah mikroskop oleh ahli patologi anatomi untuk mengetahui apakan ada sel abnormal di dalam serviks.

Tatalaksana

Pengobatan kanker serviks dilakukan berdasarkan derajat keparahan kanker. Berdasarkan panduan WHO tahun 2021, jika hasil pemeriksaan menunjukkan sel yang diperiksa bersifat prekanker dan tatalaksana dibutuhkan, tindakan ablasi perlu dilakukan. Prosedur ablasi bersifat minimal invasive, artinya prosedur ini tidak melibatkan pembiusan umum dan sayatan yang besar untuk melakukannya. Dokter akan memasukkan suatu alat ke dalam rongga vagina dan dengan bantuan kamera akan melakukan penghancuran (ablasi) pada massa tumor. Ablasi yang dilakukan menggunakan suhu tinggi atau rendah.

Jika hasil pemeriksaan ditemukan adanya sel yang bersifat ganas, maka dokter akan melakukan penentuan stadium kanker serviks. Stadium kanker ditentukan dari ukuran massa kanker dan penyebaran sel kanker ke bagian tubuh lain. Pengobatan kanker serviks yang ganas akan bergantung pada stadium kanker. Jenis pengobatan yang dapat dipilih adalah operasi, radioterapi dan kemoterapi.

Komplikasi

Komplikasi dari kanker serviks stadium lanjut dan pengobatannya mirip dengan jenis kanker lain. Yang termasuk komplikasi yang dapat terjadi adalah:

  • Gagal ginjal
  • Hidronefrosis
  • Nyeri
  • Limfedem
  • Gangguan perdarahan.
  • Komplikasi serius lain, seperti kebutaan.

Pencegahan

Terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker serviks, di antaranya:

  • Vaksin HPV. Vaksin HPV lebih efektif jika diberikan sebelum paparan virus HPV. Untuk itu, WHO menyarankan anak perempuan berusia 9-14 tahun untuk mendapat vaksin HPV.
  • Melakukan pemeriksaan screening secara rutin. Tes yang dapat dilakukan adalah Pap smear, inspeksi visual asetat (IVA) dan DNA HPV. WHO menyarankan untuk menggunakan tes DNA HPV dibandingkan IVA dan Pap smear, karena hasilnya yang objektif dan lebih murah. Selain itu, screening screening dimulai dari usia 30 tahun dan diulang setiap 5-10 tahun, sedangkan pada wanita dengan HIV/AIDS diulang dalam 3-5 tahun.
  • Hubungan seksual yang sehat. Gunakan kondom untuk menghidari penularan infeksi menular seksual dan batasi pasangan seksual yang Anda miliki.
  • Jangan merokok. Jika Anda tidak merokok, jangan mulai merokok. Jika Anda ingin berhenti merokok, konsultasikan hal ini dengan dokter Anda untuk mengetahui strategi yang dapat digunakan untuk menghentikan kebiasaan buruk ini.

 

Kapan Harus ke dokter?

Segera pergi ke dokter jika Anda memiliki gejala-gejala kanker serviks, seperti keluarnya cairan berdarah dan berbau dari vagina, nyeri saat berhubungan seksual, atau nyeri pinggul. Anda juga perlu pergi ke dokter untuk mendapat vaksin HPV dan melakukan screening kanker serviks pada waktunya.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : dr Arifin Muhammad Siregar
Editor :
  • dr Vivian Keung
Last Updated : Senin, 17 April 2023 | 03:40

Worldwide Cancer Research Fund International. Worldwide cancer data. Retrieved 16 October 2022, from https://www.wcrf.org/cancer-trends/worldwide-cancer-data/

Global Cancer Observatory. (2021). Indonesia - Global Cancer Observatory. Retrieved 16 October 2022, from https://gco.iarc.fr/today/data/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheets.pdf

World Health Organization. (2022). Cervical cancer. Retrieved 16 October 2022, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/cervical-cancer

Fowler, J., Maani, E., & Jack, B. (2022). Cervical Cancer. Retrieved 16 October 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431093/

National Cancer Institute. (2022). Cervical Cancer Diagnosis. Retrieved 16 October 2022, from https://www.cancer.gov/types/cervical/diagnosis

Medscape. (2022). Cervical Cancer: Practice Essentials, Background, Pathophysiology. Retrieved 16 October 2022, from https://emedicine.medscape.com/article/253513-overview#a1

Mayo Clinic. (2021). Cervical cancer - Symptoms and causes. Retrieved 16 October 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/cervical-cancer/symptoms-causes/syc-20352501

World Health Organization. (2021). WHO guideline for screening and treatment of cervical pre-cancer lesions for cervical cancer prevention (2nd ed.). World Health Organization.

Centers for Disease Control and Prevention. Cervical Cancer. Retrieved 16 October 2022, from https://www.cdc.gov/cancer/cervical/