Keterlambatan Erupsi Gigi

Kecepatan pertumbuhan gigi bisa terjadi lebih cepat atau lebih lambat dari perkiraan waktu pada umumnya.

Bagikan :


Definisi

Erupsi gigi mengacu pada proses pergerakan gigi dari dalam tulang rahang dan terletak di atas lapisan mukosa, untuk berada di posisi akhirnya yang berada di rongga mulut. Erupsi gigi termasuk proses fisiologis yang normal, tetapi bisa menjadi tidak normal jika terdapat gangguan pada proses tersebut, yang membuat gigi terlambat untuk erupsi. Kondisi ini adalah salah satu kelainan pada proses erupsi gigi.

Timbulnya gigi melewati gusi menjadi tanda klinis dari erupsi gigi. Erupsi gigi dipengaruhi oleh faktor-faktor penting selama proses perkembangan gigi, terdiri dari faktor lokal dan faktor sistemik.

Setiap manusia akan mengalami dua fase pertumbuhan gigi, yaitu gigi susu dan gigi permanen. Ada yang menyatakan bahwa kecepatan erupsi berbeda pada gigi sulung dan gigi permanen. Erupsi gigi sulung lebih cepat terjadi pada anak laki-laki, namun proses erupsi gigi permanen lebih cepat terjadi pada perempuan.

Kelainan yang terjadi dalam erupsi gigi dapat berupa:

  • Gigi natal, di mana bayi terlahir dengan gigi.
  • Gigi neonatal, gigi tumbuh pada bayi dalam 30 hari pertama kelahirannya.
  • Teething (pertumbuhan gigi), ketika gigi bayi mulai keluar dari gusinya.
  • Kista erupsi, adanya kista jinak pada lapisan mukosa gigi sebelum erupsi gigi.
  • Impaksi gigi, adanya sumbatan yang membuat gigi tidak bisa sepenuhnya melewati gusi dan keluar.
  • Keterlambatan erupsi gigi sulung maupun gigi permanen.

 

Penyebab

Gangguan pada proses tumbuh kembang gigi sulung maupun gigi permanen dapat memengaruhi waktu munculnya gigi di permukaan gusi. Variasi waktu pada erupsi gigi, baik gigi susu maupun permanen, bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Karena saling berkaitan, bila terjadi keterlambatan erupsi gigi sulung, pertumbuhan gigi permanen juga akan ikut terlambat.

Keterlambatan erupsi gigi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:

  • Gangguan pada proses pertumbuhan gigi.
  • Adanya cedera.
  • Faktor kekurangan nutrisi, seperti kekurangan vitamin atau mineral terutama kalsium dan vitamin D.
  • Memiliki penyakit sistemik (penyakit yang memengaruhi tubuh atau sejumlah organ di tubuh).
  • Pada beberapa kasus orang tua ditemukan mengalami keterlambatan erupsi gigi.
  • Beberapa kondisi genetik tertentu seperti:
    • Amelogenesis imperfekta, suatu gangguan perkembangan gigi yang membuat gigi menjadi berukuran sangat kecil, warna gigi berubah, dan menjadi rentan untuk rusak dan patah.
    • Odontodisplasia regional, kelainan perkembangan pada jaringan keras gigi yang memengaruhi komponen gigi, dan memiliki tampilan yang khas saat dilihat dari pemeriksaan radiologi.

Dalam kasus lain, keterlambatan tumbuh gigi dapat menjadi gejala adanya masalah kesehatan. Bayi yang lahir prematur atau memiliki berat badan lahir rendah bisa mengalami keterlambatan pada pertumbuhan giginya. Selain itu, apabila gigi permanen belum juga tumbuh hingga anak berusia sekitar 12-14 tahun, Anda harus mewaspadai suatu kondisi yang bernama hipodontia. Kondisi ini mengacu pada terhentinya pertumbuhan gigi di gigi susu dan disebabkan oleh kelainan genetik.

 

Faktor Risiko

Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan gigi sementara dan gigi permanen terlambat erupsi, antara lain:

  • Posisi gigi bertumpuk

Posisi gigi yang berdempetan atau bertumpuk dapat menghalangi proses pertumbuhan gigi. Hal ini dikarenakan posisi gigi seperti ini dapat memenuhi ruang pada gigi, sehingga benih gigi yang akan tumbuh tidak memiliki ruang untuk tumbuh.

  • Jenis kelamin

Umumnya erupsi gigi pada anak perempuan lebih cepat terjadi dibandingkan pada anak laki-laki karena maturasi/tingkat kematangan pada anak perempuan lebih cepat daripada pada anak laki-laki.

  • Status gizi anak

Status gizi bisa memengaruhi kecepatan munculnya erupsi gigi permanen pada anak. Anak yang memiliki gizi kurus cenderung mengalami keterlambatan erupsi gigi permanen, sedangkan pada anak yang gemuk atau obesitas cenderung mengalami percepatan dalam erupsi gigi permanennya.

  • Faktor sosial ekonomi

Derajat sosial ekonomi berkorelasi dengan asupan gizinya sehari-hari. Oleh karena itu, orang pada kelompok sosial ekonomi yang kurang dikaitkan dengan rendahnya asupan makanan bergizi, sehingga bisa mengalami keterlambatan erupsi gigi.

  • Faktor genetik

Kelompok orang yang memiliki etnis/ras yang berbeda menunjukkan perbedaan dalam pola dan waktu erupsi gigi permanen.

  • Berat badan lahir

Bayi dengan berat badan lahir rendah atau yang lahir prematur lebih berisiko mengalami keterlambatan erupsi gigi.

 

Gejala

Umumnya gigi susu pada anak mulai tumbuh saat anak berada dalam rentang usia 6 bulan hingga 1 tahun. Gigi susu akan tumbuh lengkap saat mereka berusia 3 tahun.

Kemudian ketika anak menginjak usia 6 tahun, gigi susu tersebut satu per satu akan digantikan dengan gigi permanen, berlangsung hingga anak berusia 12 tahun.

Akan tetapi, laju pertumbuhan gigi tersebut tidak mutlak memiliki waktu yang sama. Kadang kala, ada anak yang mengalami erupsi gigi dalam rentang waktu tersebut, tapi ada pula yang lebih cepat atau bahkan lebih lambat.

 

Diagnosis

Untuk mendiagnosis keterlambatan erupsi gigi, dokter gigi akan menanyakan keluhan dan gejala yang dirasakan anak serta terlihat oleh orang tua, dan riwayat kesehatan pasien.

Dokter juga akan melakukan pemeriksaan klinis pada rongga mulut. Dokter akan melihat tampilan gigi anak serta membandingkannya dengan usianya saat itu, apakah erupsi gigi dianggap normal atau mengalami keterlambatan. 

Gigi permanen lebih sering mengalami gangguan pada proses erupsi jika dibandingkan dengan gigi sulung. Gangguan proses tumbuh kembang baik gigi sulung maupun gigi permanen dapat memengaruhi waktu erupsi. Dokter akan mencari tahu faktor-faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan erupsi gigi sulung dan gigi permanen.

 

Tata Laksana

Orang tua bisa memberikan ASI dan MPASI yang bergizi seimbang dan meliputi kalsium yang cukup. Tekstur makanan yang diberikan juga perlu disesuaikan dengan usia anak saat itu. Orang tua juga dapat memberikan mainan gigi (teether) pada anak untuk membantu menstimulasi pertumbuhan gigi dan merasa nyaman di masa pertumbuhan gigi sulung.

Pada keadaan di mana keterlambatan erupsi gigi anak disebabkan oleh suatu kondisi medis, kondisi medis tersebut akan diatasi terlebih dahulu. Dokter akan mempertimbangkan bila anak perlu menerima suatu prosedur tertentu berdasarkan kondisinya.

 

Komplikasi

Meskipun setiap anak mengalami pertumbuhan dalam waktu yang berbeda-beda, tetapi orang tua sebaiknya segera memeriksakan dan memperhatikan tumbuh kembang gigi anak. Konsultasi ke dokter, jika mengalami pertumbuhan gigi yang sangat terlambat. Karena pertumbuhan gigi yang sangat terlambat dapat mengakibatkan komplikasi berikut ini:

  • Komplikasi utama dari pertumbuhan gigi terlambat adalah gigi anak dapat berkembang menjadi bengkok, bila giginya berkembang dalam waktu yang sangat terlambat saat bayi.
  • Gigi juga diperlukan bayi untuk mengunyah makanan dengan benar. Keterlambatan pertumbuhan gigi dapat menyulitkan anak untuk mengunyah makanan padat nantinya.
  • Kadang-kadang rangkaian gigi permanen muncul bersamaan dengan gigi bayi yang terlambat, yang menyebabkan bayi memiliki dua baris gigi.

 

Pencegahan

Untuk mencegah terjadinya keterlambatan erupsi gigi, anak dapat diberikan makanan dengan vitamin D dan kalsium yang cukup. Kedua zat gizi ini adalah jenis nutrisi yang dapat membantu pertumbuhan gigi. Hindari juga cedera pada area wajah dan gigi saat anak masih kecil agar pertumbuhan giginya tidak terganggu.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Pertama-tama, tanyakan dulu pada orang tua atau kerabat dekat orang tua, apakah ada yang mengalami tumbuh gigi terlambat pada masa kecilnya. Jika anak sudah melewati batas waktu pertumbuhan gigi, yaitu sudah berusia lebih dari 1 tahun untuk gigi sulung dan 12 tahun untuk gigi permanen, maka sebaiknya anak diperiksakan ke dokter gigi. 

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Dapa Hayarosa
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Jumat, 14 April 2023 | 01:44

Sobkowska, L., et al. (2022). Symptoms of the Eruption of Permanent TeethInt J Environ Res Public Health. Retrieved 13 Januari 2023, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8955642/.

Brecher, E. A., Lewis, C. W. (2018) Infant Oral Health. Pediatr Clin North Am Retrieved 13 Januari 2023, from https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/30213353/.

Yamaguchi, T., et al. (2022) Primary failure of tooth eruption: Etiology and management. Jpn Dent Sci Rev. Retrieved 1Januari 2023, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9489741/.