Definisi
Malabsorpsi adalah sebuah kondisi ketika tubuh tidak dapat menyerap nutrisi dari makanan yang dikonsumsi. Kondisi ini memengaruhi jutaan orang di seluruh dunia, dan memiliki berbagai penyebab. Misalnya, orang-orang yang sensitif terhadap gluten (sebuah protein pada biji-bijian) paling banyak ditemukan di Eropa dan Amerika Utara, namun jarang ditemukan pada orang Asia, Karibia, dan Afrika. Selain ada gangguan penyerapan nutrisi tertentu, malabsorpsi juga bisa terjadi karena infeksi, masalah pada flora normal di saluran cerna, atau adanya gangguan pada lapisan mukosa saluran cerna.
Penyebab
Terdapat tiga tahap dalam penyerapan makanan, yang pertama adalah pemecahan makanan secara mekanik dengan dikunyah dan gerakan otot lambung, serta secara kimiawi oleh enzim-enzim pencernaan. Selanjutnya, nutrisi yang sudah dipecah oleh enzim masuk ke dalam sel-sel pada dinding saluran pencernaan, untuk kemudian disebarkan ke seluruh tubuh lewat darah dan limfe (getah bening). Namun, berbagai kerusakan dapat menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi pada makanan, dan nutrisi yang tidak dapat diserap pun juga bermacam-macam: lemak, protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral.
Pada tahap pertama, kelainan yang dapat mengganggu penyerapan makanan adalah gangguan pergerakan usus dan gangguan pengeluaran enzim. Gangguan pergerakan usus dapat menyebabkan pencampuran dan pemecahan makanan menjadi terlalu cepat sehingga nutrisi yang diserap tidak maksimal. Sementara itu, gangguan pengeluaran enzim dapat disebabkan oleh penyakit seperti pankreatitis, kanker pankreas, fibrosis kistik (yang menyebabkan lendir terlalu tebal dan lengket sehingga pergerakan makanan menjadi lebih sulit), penyakit hati dan saluran empedu, serta ketidakseimbangan bakteri di dalam usus. Gangguan pengeluaran enzim juga dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi bawaan yang menyebabkan sebuah enzim tidak dihasilkan.
Pada tahap kedua, yaitu penyerapan nutrisi ke dalam sel-sel pada dinding saluran pencernaan, kelainan dapat berupa kerusakan sel-sel tersebut, yang bisa disebabkan oleh kondisi autoimun (sel kekebalan tubuh menyerang diri sendiri), infeksi bakteri, parasit, maupun cacing (yang dipermudah dengan adanya infeksi HIV), kemoterapi atau terapi radiasi pada penderita kanker, atau pembedahan.
Pada tahap ketiga, yaitu penyaluran nutrisi ke seluruh tubuh, dapat terganggu oleh kondisi-kondisi seperti hambatan pada sistem getah bening, yang disebabkan oleh kondisi bawaan, kanker, dan tuberkulosis dapat menghambat penyerapan protein dan lemak.
Faktor Risiko
Faktor risiko malabsorpsi dapat berupa riwayat keluarga dengan penyakit bawaan, penyakit autoimun yang menyerang sel-sel pencernaan, riwayat operasi pada usus, infeksi HIV/AIDS, infeksi saluran pencernaan akibat bakteri, virus, parasit, jamur, atau cacing, adanya gagal jantung kongestif (yang menyebabkan penumpukan cairan pada tubuh, termasuk usus), riwayat kanker, terapi radiasi, kemoterapi, dan tuberkulosis.
Gejala
Gejala malabsorpsi tergantung oleh penyebab dan nutrisi apa yang tidak dapat diserap oleh tubuh, namun gejala terseringnya adalah diare. Berikut adalah gejala-gejala yang dapat muncul berdasarkan jenis nutrien yang terganggu penyerapannya.
- Malabsorpsi lemak
Gejala yang timbul adalah diare yang biasanya disertai dengan BAB berwarna pucat dan berbau busuk, serta sulit untuk dibersihkan dengan air kloset karena sifat kotorannya yang mengapung. Selain itu, malabsorpsi dapat menyebabkan gejala seperti lelah dan penurunan berat badan drastis.
- Malabsorpsi makronutrien (karbohidrat, lemak, atau protein)
Gejala yang dapat terjadi juga kembung, keram perut, dan gas berbau akibat fermentasi zat tersebut oleh bakteri.
- Malabsorpsi protein
Gejala yang dapat terjadi adalah bengkak pada seluruh tubuh, terutama kaki, karena penumpukan cairan di luar pembuluh darah.
- Malabsorpsi besi dan vitamin B12
Gejala anemia seperti pucat dan mudah lelah dapat muncul, karena kedua zat ini dibutuhkan dalam produksi sel darah merah normal.
- Malabsorpsi vitamin K
Penyerapan vitamin K yang terganggu dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah, dengan gejala seperti memar tanpa penyebab yang jelas, BAB hitam, atau kencing darah.
- Malabsorpsi vitamin D dan kalsium
Malabsorpsi vitamin D dan kalsium dapat menyebabkan gangguan pada massa jenis tulang sehingga tulang menjadi lebih keropos. Jika malabsorpsi terjadi pada elektrolit darah seperti kalsium dan magnesium, otot-otot dapat berkedut tanpa disadari.
- Malabsorpsi vitamin lainnya
Malabsorpsi yang menyebabkan kurangnya kadar vitamin seperti vitamin B5 dan vitamin D dapat menyebabkan kelemahan seluruh tubuh, kurangnya vitamin B1 menyebabkan kerusakan saraf tepi, kuranganya vitamin B12 menyebabkan kehilangan sensasi getar dan posisi tubuh, dan kurangnya vitamin B7 dapat menyebabkan kejang. Malabsorpsi vitamin A menyebabkan gangguan penglihatan yang disebut sebagai rabun senja.
Diagnosis
Jika ada kecurigaan terhadap malabsorpsi, pemeriksaan fisik dapat dilakukan sesuai dengan gejala yang ada untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi lainnya. Misalnya, tekanan darah dapat turun cukup banyak ketika berpindah posisi dari duduk ke berdiri (hipotensi ortostatik), kehilangan jaringan lemak di bawah kulit, pengecilan otot, serta bengkak pada kaki dan perut. Pemeriksaan kulit biasanya dilakukan untuk mencari apakah kulit tampak pucat, terdapat memar, atau kondisi kulit lainnya. Pemeriksaan saraf juga dapat dilakukan untuk memeriksa kekuatan gerakan anggota tubuh atau adanya kerusakan saraf tepi pada ujung-ujung tangan dan kaki.
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pun akan tergantung oleh gejala yang muncul. Jika hasil pemeriksaan menunjukkan adanya kemungkinan kurang darah (anemia), pemeriksaan darah lengkap dapat membantu mempersempit kemungkinan penyebab. Pemeriksaan besi serum, vitamin B12, dan folat dalam darah juga dapat membantu menegakkan diagnosis. Apabila ditemukan memar tanpa penyebab, pemeriksaan terkait pembekuan darah dapat membantu diagnosis malabsorpsi vitamin K, salah satu zat yang diperlukan dalam pembekuan darah. Pemeriksaan elektrolit darah seperti natrium, kalium, klorida, kalsium, dan magnesium dapat membantu menegakkan diagnosis apabila gejala mengarahkan kepada kelainan zat-zat tersebut. Pemeriksaan lemak, enzim, dan antibodi juga dapat dilakukan untuk mengetahui kemungkinan diagnosis. Selain itu, pengambilan jaringan usus untuk diperiksa di laboratorium dapat dilakukan untuk mengetahui adanya pengecilan jari-jari (vili) usus. Pemeriksaan HIV/AIDS dapat pula dilakukan untuk mengetahui adanya kondisi ini. Pemeriksaan basil tahan asam (BTA) atau tes cepat molekuler (TCM) dapat dilakukan untuk mengetahui adanya tuberkulosis sebagai penyebab.
Pemeriksaan pencitraan dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan pada usus, mulai dari gangguan pergerakan, tipisnya lapisan pelindung, pelebaran usus, peradangan, atau adanya kelainan bentuk usus. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan memasukkan cairan ke dalam lubang dubur, yang kemudian diamati dengan foto rontgen. Selain itu, pemeriksaan computed tomography scan (CT scan) dapat dilakukan untuk mencari adanya masalah pada usus dan pankreas, organ yang menghasilkan banyak enzim pencernaan.
Tatalaksana
Tata laksana malabsorpsi sangat terkait dengan zat yang sulit diserap dan penyebabnya. Tujuan utama terapi adalah memperbaiki kekurangan nutrisi yang dibutuhkan, dan jika memungkinkan, baru menangani penyebab. Kalori yang masuk per hari harus mencukupi kebutuhan per hari, dan pemberian suplemen seperti kalsium, magnesium, besi, dan vitamin mungkin diperlukan. Biasanya, dokter dapat bekerja sama dengan ahli gizi atau dokter gizi klinik untuk membantu Anda merencanakan diet yang tepat untuk memperbaiki kondisi ini. Bagi penderita malabsorpsi lemak, pemilihan lemak berupa trigliserida rantai sedang (medium-chain triglycerides, MCT) dapat menjadi pengganti asupan lemak. Apabila pasien mengalami peradangan usus luas, pemberian nutrisi dapat dilakukan lewat infus.
Penyakit celiac, yang diperparah dengan gluten, dapat ditangani dengan mengonsumsi makanan bebas gluten. Apabila pasien tidak dapat menyerap laktosa (protein susu), yang disebut sebagai intoleransi laktosa, pasien dapat menghindari konsumsi makanan atau minuman produk susu.
Jika masalah terjadi akibat kelainan pada pankreas, suplemen enzim dapat diberikan untuk membantu pemecahan zat-zat dalam makanan. Jika masalah terjadi akibat ketidakseimbangan jumlah bakteri dalam usus, antibiotik dapat menjadi pilihan terapi. Apabila terjadi peradangan pada usus, pemberian obat antiradang dapat dilakukan.
Komplikasi
Komplikasi malabsorpsi tergantung oleh nutrisi yang mengalami malabsorpsi. Komplikasi dapat berupa gizi buruk, kekurangan zat pada tubuh yang menyebabkan berbagai gangguan, anemia, gangguan pembekuan darah, gangguan penglihatan, tulang keropos, gangguan elektrolit, gangguan irama jantung, gangguan pada saraf tepi, serta rasa lelah berkepanjangan.
Pencegahan
Pencegahan malabsorpsi tidak selalu dapat dilakukan, misalnya pada penyakit celiac, fibrosis kistik, atau kondisi kronik lainnya. Kondisi kronik ini dapat berupa kanker, tuberkulosis, IBD, dan sebagainya. Namun, kondisi lain seperti ketidakseimbangan bakteri di usus dapat dicegah dengan menggunakan antibiotik hanya sesuai resep dokter. Infeksi banyak yang dapat dicegah dengan mengonsumsi makan yang dimasak matang serta mencuci tangan sebelum makan. HIV/AIDS dapat dicegah dengan tidak mengonsumsi obat-obatan terlarang, menghindari seks bebas, serta menggunakan kondom saat berhubungan seks. Konsumsi alkohol dan berhenti merokok juga dapat dilakukan untuk menurunkan risiko pankreatitis.
Kapan harus ke dokter?
Segeralah ke dokter apabila Anda atau orang di sekitar Anda mengalami gejala-gejala yang disebutkan pada bagian Gejala. Gejala ini dapat bervariasi tergantung zat yang sulit diserap tubuh, namun juga dapat menjadi petunjuk dari kondisi lainnya yang lebih berbahaya, seperti kanker, tuberkulosis, HIV/AIDS, dan sebagainya. Anda juga dapat dirujuk ke ahli gizi atau dokter gizi klinik untuk menentukan terapi nutrisi yang sesuai untuk kondisi Anda, agar terapi berlangsung bersama dengan terapi penyebab malabsorpsi, jika diperlukan.
- dr Hanifa Rahma
Felson, S. (2021). What is Malabsorption Syndrome?. Retrieved 31 December 2021, from https://www.webmd.com/digestive-disorders/malabsorption-syndrome
Hammami, M. (2019). Malabsorption: Background, Pathophysiology, Etiology. Retrieved 31 December 2021, from https://emedicine.medscape.com/article/180785-overview#showall
Zuvarox, T., & Belletieri, C. (2021). Malabsorption Syndromes. Retrieved 31 December 2021, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK553106/