Parotitis

Bagikan :


Definisi

Parotitis, atau yang lebih dikenal dalam bahasa awam sebagai “Gondongan”, adalah penyakit infeksi virus yang menyerang kelenjar parotis. Kelenjar parotis adalah kelenjar penghasil air liur yang terdiri dari tiga bagian pada masing-masing sisi wajah dan terletak di depan dan di bawah telinga. Parotitis dapat menyebabkan bengkak pada kelenjar parotis baik pada satu sisi maupun kedua sisi wajah.

Parotitis termasuk sebagai penyakit yang mudah menular melalui kontak langsung dengan droplet pernapasan, air liur, dan pada penggunaan bersama dari benda-benda rumah tangga. Secara umum, parotitis sering menyerang pada usia kanak-kanak. Parotitis juga menyerang hampir semua orang secara global dan mayoritas kasus terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi di negara empat musim. Namun, seiring dengan penerapan vaksinasi secara luas, angka kejadian parotitis di masyarakat telah menurun secara signifikan.

 

Penyebab

Parotitis disebabkan oleh virus yang termasuk dalam keluarga virus yang dikenal sebagai Paramyxoviruses. Virus ini merupakan sumber infeksi utama yang umum, terutama pada anak-anak. Penyebaran virus ini ditularkan melalui udara melalui:

  • Orang yang terinfeksi batuk atau bersin dan melepaskan percikan air liur yang terkontaminasi virus, yang kemudian dapat terhirup oleh orang lain
  • Orang yang terinfeksi menyentuh hidung atau mulutnya, kemudian menyentuh benda lain, seperti gagang pintu, atau permukaan benda, sehingga ikut memindahkan virus ke benda tersebut. Jika orang lain menyentuh benda tersebut segera setelahnya, maka virus dapat ikut berpindah dan masuk ke saluran pernapasannya
  • Penggunaan peralatan rumah tangga secara bersamaan seperti cangkir, sendok, garpu atau piring dengan orang yang terinfeksi

Orang yang terinfeksi parotitis biasanya paling menular dari beberapa hari sebelum kelenjar parotis membengkak sampai beberapa hari sesudahnya. Maka dari itu, disarankan untuk menghindari pekerjaan atau sekolah selama lima hari setelah gejala pertama kali muncul jika Anda didiagnosis menderita parotitis. Parotitis juga dapat ditularkan oleh orang yang terinfeksi virus tetapi tidak memiliki gejala yang jelas.

Ketika Anda terkena parotitis, virus akan berpindah dari saluran pernapasan (hidung, mulut dan tenggorokan) ke kelenjar parotis, di mana virus akan mulai bereproduksi. Hal inilah yang menyebabkan kelenjar membengkak. Virus juga dapat memasuki cairan serebrospinal, yaitu cairan yang mengelilingi dan melindungi otak serta tulang belakang. Setelah virus memasuki cairan serebrospinal, virus dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh seperti otak, pankreas, testis (pada laki-laki) dan ovarium (pada perempuan).

 

Faktor Risiko

Faktor risiko untuk terkena infeksi parotitis secara umum adalah adanya kontak dengan orang yang telah terinfeksi terlebih dahulu. Faktor risiko lain yang dapat menyebabkan parotitis adalah tidak ada riwayat imunisasi terhadap virus Paramyxoviruses, adanya riwayat berpergian ke daerah endemis, dan kondisi sistem kekebalan tubuh yang lemah (akibat penyakit tertentu seperti HIV/AIDS atau akibat konsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi sistem imun tubuh).

 

Gejala

Pada beberapa orang yang terinfeksi parotitis, mereka bisa tidak bergejala atau hanya terdapat sedikit gejala yang dirasakan. Gejala parotitis biasanya muncul dalam waktu dua minggu setelah terpapar virus. Gejala yang mungkin muncul pertama kali adalah gejala seperti pada penyakit flu. Berikut gejala yang mungkin dirasakan antara lain:

  • Pembengkakan kelenjar parotis. Bengkak dapat terlihat di daerah pipi sekitar bawah telinga dan rahang yang dapat terjadi pada salah satu atau kedua sisi wajah. Kelenjar mungkin tidak langsung membengkak sekaligus dan umumnya terjadi secara berkala.
  • Nyeri pada kelenjar yang bengkak, terutama dirasakan saat mengunyah atau menelan makanan
  • Kelelahan
  • Pegal-pegal
  • Sakit kepala
  • Kehilangan nafsu makan
  • Demam

 

Diagnosis

Dalam mendiagnosis parotitis, dokter akan melakukan wawancara untuk menanyakan gejala-gejala yang Anda rasakan, seperti adanya pembengkakan di daerah sekitar pipi dan telinga, demam, nyeri, sakit kepala, dan kelelahan fisik. Selain itu, dokter juga akan menanyakan faktor risiko yang mungkin Anda miliki, seperti riwayat imunisasi yang tidak lengkap, dan riwayat kontak dengan orang lain yang menderita parotitis. Selanjutnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik khususnya pemeriksaan kelenjar parotis untuk menilai pembengkakan dan adanya nyeri tekan. Pada keadaan normal, kelenjar parotis tidak dapat teraba dalam pemeriksaan. Akan tetapi, pada parotitis, kelenjar parotis mengalami pembengkakan sehingga memungkinkan untuk diraba. Secara umum, pemeriksaan klinis sudah cukup dalam mendiagnosis parotitis dan tidak memerlukan pemeriksaan lanjutan. Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan dengan pengembang-biakan virus penyebab parotitis jarang dilakukan.

 

Tata Laksana

Parotitis pada dasarnya tergolong sebagai penyakit yang dapat sembuh sendiri (self-limiting disease) karena sistem kekebalan tubuh akan melawan virus penyebabnya. Penggunaan antibiotik tidak efektif pada penyakit yang disebabkan oleh virus.  Pengobatan untuk parotitis lebih difokuskan pada menghilangkan gejala sampai sistem kekebalan tubuh Anda melawan infeksi. Sampai saat ini tidak terdapat obat yang secara spesfik dapat membunuh virus penyebab parotitis. Infeksi biasanya dapat berlangsung dalam satu atau dua minggu. Sementara itu, langkah-langkah di bawah ini dapat membantu dalam mengurangi gejala yang dirasakan:

  • Banyak istirahat di tempat tidur sampai gejala hilang
  • Minum obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas, seperti Ibuprofen atau Parasetamol, untuk menghilangkan rasa sakit dan demam
  • Minum banyak cairan, tetapi hindari minuman asam seperti jus buah karena dapat mengiritasi kelenjar parotis; air putih merupakan cairan terbaik untuk diminum
  • Kompres hangat atau dingin pada kelenjar yang bengkak untuk membantu mengurangi rasa sakit
  • Makan makanan yang tidak perlu banyak dikunyah, seperti sup, bubur

Penderita parotitis umumnya tidak lagi dapat menularkan virus dan dapat kembali bekerja atau sekolah dengan aman sekitar 5-7 hari setelah gejala pertama muncul. Kebanyakan orang yang sudah pernah terkena parotitis tidak dapat tertular penyakit ini untuk kedua kalinya karena sistem kekebalan tubuh akan membentuk pertahanan tehadap virus.

 

Komplikasi

Komplikasi parotitis jarang terjadi, tetapi terdapat beberapa komplikasi yang berpotensi serius. Sebagian besar komplikasi parotitis melibatkan peradangan dan pembengkakan akibat virus di beberapa bagian tubuh, seperti:

  • Orkitis, yaitu peradangan pada testis yang menyebabkan satu atau kedua testis membengkak, nyeri, tetapi jarang menimbulkan kemandulan.
  • Ensefalitis, yang merupakan radang pada otak dan dapat menyebabkan masalah neurologis dan mengancam jiwa.
  • Meningitis, yaitu radang pada selaput dan cairan di sekitar otak dan sumsum tulang belakang yang dapat terjadi jika virus menyebar melalui aliran darah untuk menginfeksi sistem saraf pusat.
  • Pankreatitis, yaitu radang pada pankreas dengan gejala nyeri di perut bagian atas, mual dan muntah.
  • Gangguan pendengaran, yang dapat terjadi pada satu atau kedua telinga. Meski jarang, gangguan pendengaran terkadang bersifat permanen.
  • Gangguan jantung. Meskipun jarang, parotitis telah dikaitkan dengan detak jantung abnormal dan penyakit pada otot jantung.
  • Keguguran, terutama pada wanita dengan usia kehamilan yang masih awal.

 

Pencegahan

Cara terbaik untuk mencegah parotitis adalah dengan melakukan vaksinasi terhadap penyakit tersebut. Kebanyakan orang mendapat kekebalan terhadap parotitis setelah divaksinasi dengan dosis penuh. Vaksin parotitis biasanya diberikan sebagai gabungan vaksin  campak-gondong-rubela (measles, mumps, rubella - MMR). Dua dosis vaksin MMR direkomendasikan sebelum seorang anak masuk sekolah. Vaksin tersebut harus diberikan ketika anak berusia usia 12-15 bulan dan diulangi pada usia 4-6 tahun. Dosis tunggal tidak sepenuhnya efektif untuk mencegah parotitis. Dosis vaksin ketiga tidak direkomendasikan secara rutin. Tetapi dokter mungkin merekomendasikan dosis ketiga jika Anda berada di area yang sedang mengalami wabah parotitis.

Selain itu, juga terdapat beberapa cara dalam mencegah penyebaran infeksi jika Anda sedang menderita parotitis, antara lain:

  • Tidak masuk sekolah atau kerja sampai 5 hari setelah Anda pertama kali mengalami gejala
  • Cuci tangan secara teratur menggunakan sabun dan air mengalir
  • Selalu gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin, dan segera buang tisu ke tempat sampah setelahnya
  • Hindari menyentuh permukaan benda-benda setelah Anda bersin atau batuk

 

Kapan Harus ke Dokter

Konsultasi dengan dokter jika Anda atau anak Anda memiliki tanda dan gejala parotitis. Meskipun parotitis biasanya bukanlah masalah yang serius, kondisi ini bisa memiliki gejala yang mirip dengan jenis infeksi yang lebih serius, seperti pada radang amandel. Maka dari itu, dibutuhkan pemeriksaan oleh dokter dalam mendiagnosis parotitis.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : dr Dedi Yanto Husada
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Kamis, 13 April 2023 | 11:23

CDC. Mumps. (2021). Retrieved 18 Januari 2022, from https://www.cdc.gov/mumps/index.html

Davison, Patrick, Jason Morris. Mumps. (2021). Retrieved 18 Januari 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534785/

Defendi, Germaine L. Mumps. (2019). Retrieved 18 Januari 2022, from https://reference.medscape.com/article/966678-overview

Mumps. (2021). Retrieved 18 Januari 2022, from https://www.nhs.uk/conditions/mumps/

Mumps. (2020). Retrieved 18 Januari 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/mumps/symptoms-causes/syc-20375361

Roth, Erica. Mumps: Prevention, Symptoms, and Treatment. (2018). Retrieved 18 Januari 2022, from https://www.healthline.com/health/mumps