Definisi
Alzheimer merupakan penyebab demensia paling umum dan dapat terjadi pada 60% hingga 80% dari seluruh kasus demensia. Demensia adalah kondisi gangguan otak yang mengakibatkan hilangnya kemampuan daya ingat, intelektual dan sosial seseorang. Penyakit demensia ini tergolong sebagai penyakit progresif yang mengganggu fungsi mental seseorang, seperti memori dan perilaku.
Penyebab
Penyebab pasti penyakit Alzheimer belum diketahui. Akan tetapi diduga Alzheimer terjadi karena pengendapan protein di dalam otak, sehingga menghalangi asupan nutrisi masuk ke sel-sel otak. Penelitian menunjukkan bahwa memiliki orang tua dengan penyakit Alzheimer membuat seseorang hingga 79% lebih mungkin mewarisi penyakit tersebut.
Faktor Risiko
Faktor risiko munculnya penyakit Alzheimer, seperti:
- Usia lebih dari 60 tahun.
- Riwayat keluarga.
- Jenis kelamin. Perempuan lebih sering menderita Alzheimer dibandingkan laki-laki.
- Riwayat trauma kepala.
- Gaya hidup.
- Obesitas.
- Merokok.
- Tingkat edukasi yang rendah.
Gejala
Salah satu alasan utama mengapa penyakit Alzheimer ini jarang didiagnosis sedini mungkin karena gejala awal yang lebih sering dianggap sebagai tanda stres atau merupakan proses dari penuaan alami.
Pada tahap awal, penderita penyakit Alzheimer akan mengalami hal-hal berikut, seperti:
- Gangguan daya ingat yang sifatnya ringan atau pikun, seperti lupa nama benda atau tempat, serta lupa kejadian atau isi percakapan yang belum lama terjadi
- Kesulitan berbahasa, membaca, menulis dan keterampilan motorik, serta keseimbangan
- Penurunanan daya ingat terhadap memori jangka panjang.
- Mengalami emosi yang berubah-ubah, seperti dapat lebih mudah marah, emosi tidak stabil, agresif, delusi dan mengompol.
Gejala ini akan memakan waktu sekitar delapan tahun hingga penyakit berkembang dan dapat secara pasti didiagnosis Alzheimer. Seiring waktu, gejala tersebut akan bertambah parah. Pada tahap lanjut, penderita penyakit Alzheimer sulit bicara atau menjelaskan suatu hal, sulit untuk merencanakan sesuatu, sulit membuat keputusan, kerap terlihat bingung, serta mengalami perubahan kepribadian. Pasien penyakit Alzheimer juga biasanya akan kesulitan mengenal wajah orang lain. Tanpa bantuan, pasien dengan stadium lanjut Alzheimer tidak dapat lagi melakukan tugas-tugas biasa. Penyakit Alzheimer sendiri biasanya tidak menyebabkan kematian, namun dapat membuat pasien rentan terhadap pneumonia, ulkus dan kondisi lainnya.
Diagnosis
Diagnosis penyakit Alzheimer pada umumnya dinilai berdasarkan gejala pasien dan juga beberapa tes yang dapat membantu menegakkan diagnosis. Pemeriksaan fisik dapat juga dilakukan seperti pemeriksaan saraf yang meliputi pemeriksaan refleks, kekuatan otot, indera penglihatan dan pendengaran, koordinasi, keseimbangan, pasien dapat juga diminta untuk bangkit dari kursi dan berjalan melintasi ruangan. Pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan cek laboratorium untuk menyingkirkan penyebab potensial kehilangan memori dan kebingungan lainnya seperti gangguan tiroid dan defisiensi vitamin.
Pada penyakit Alzheimer diperlukan juga pemeriksaan status mental singkat untuk menilai memori dan keterampilan berpikir lainnya. Selain itu, apabila diperlukan dapat pula dilakukan uji pemikiran dan memori yang lebih luas. Pencitraan otak sekarang digunakan untuk menunjukkan kelainan lain yang terkait dengan gejala penyakit Alzheimer seperti stroke, trauma atau tumor yang dapat menyebabkan perubahan kognitif yang serupa dengan gejala demensia. Pencitraan otak yang dapat dilakukan seperti MRI untuk menghasilkan gambar otak yang terperinci guna menyingkirkan kondisi lain yang mungkin menyebabkan atau menambah gejala kognitif. MRI juga dapat digunakan untuk menilai bagian otak yang mengalami penyusutan akibat penyakit Alzheimer. Pemeriksaan CT scan dapat dilakukan untuk menyingkirkan tumor, stroke dan cedera kepala. Pemeriksaan lain yang juga di sarankan seperti PET scan dan melalui cairan serebrospinal.
Tata Laksana
Tata laksana penyakit Alzheimer dilakukan untuk mengurangi gejala dan perkembangan penyakit tersebut. Tatalaksananya dapat berupa obat-obatan, dimana obat Alzheimer saat ini dapat membantu dengan gejala memori dan perubahan kognitif lainnya. Jenis obat yang digunakan seperti inhibitor kolinesterase, memantine (Namenda), obat anti depresan, obat anti cemas.
Tata laksana lainnya bersifat suportif seperti menciptakan lingkungan yang aman dan suportif karena penyesuaian situasi hidup dengan kebutuhan seseorang dengan Alzheimer adalah hal penting. Untuk seseorang dengan Alzheimer, membangun dan memperkuat kebiasaan rutin dan meniminalisir tugas yang membutuhkan memori dapat membuat hidup menjadi lebih mudah. Olahraga rutin juga adalah hal penting bagi pengidap Alzheimer, karena dapat meningkatkan mood dan menjaga kesehatan sendi, otot dan jantung. Olahraga juga dapat meningkatkan kualitas tidur dan mencegah konstipasi. Namun yang perlu diperhatikan ketika berolahraga di luar rumah bagi penderita Alzheimer untuk memakai tag berisikan nama serta alamat dan nomor yang dapat dihubungi.
Selain itu, orang dengan Alzheimer sering kali lupa makan, lupa minum cukup banyak, hingga menyebabkan dehidrasi dan sembelit. Sehingga perlu dipantau agar para penderita Alzheimer tetap mendapatkan asupan gizi dan nutrisi yang cukup.
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita Alzheimer dengan disertai penyakit lain sehingga mengganggu pengobatan penyakit lain tersebut adalah para penderita Alzheimer lupa minum obat, tidak melaporkan adanya penyakit lain yang sedang diderita. Penderita penyakit Alzheimer tahap akhir juga akan mengalami kesulitan menelan, gangguan keseimbangan dan kesulitan mengontrol buang air sehingga dapat berakibat terjatuh dan patah tulang, kurang gizi dan dehidrasi akibat lupa makan dan minum, luka akibat terlalu lama berbaring ditempat tidur, tersedak sehingga menimbulkan gangguan pernapasan serta munculnya penyakit infeksi. Infeksi paru dan kurang gizi merupakan penyebab paling sering yang membuat penderita penyakit Alzheimer meninggal dunia.
Pencegahan
Hingga saat ini belum ada cara pasti yang terbukti dapat mencegah terjadinya penyakit Alzheimer. Namun, beberapa cara dapat menurunkan risiko terkena penyakit Alzheimer antara lain berhenti merokok, menjaga berat badan tetap ideal, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, ruti berolahraga, mengonsumsi suplemen yang baik untuk kesehatan otak. Selain itu, riset tentang strategi pencegahan menunjukkan bukti terkuat sejauh ini yang dapat menurunkan angka risiko terkena penyakit Alzheimer adalah mengurangi risiko penyakit jantung. Banyak faktor yang sama yang mampu meningkatkan risiko penyakit jantung juga dapat meningkatkan risiko penyakit Alzheimer dan demensia vaskular seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, berat badam berlebih dan diabetes. Tetap aktif secara fisik, mental dan sosial juga mampu membuat hidup lebih menyenangkan dan juga dapat membantu mengurangi risiko Alzheimer.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika mengalami gejala-gejala yang sudah dijelaskan diatas, disarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Terutama bagi anda yang memiliki riwayat keluarga menderita penyakit Alzheimer disarankan untuk memeriksakan kesehatan setelah memasuki usia 60 tahun ke atas. Setiap tubuh berbeda satu sama lain, sehingga selalu diskusikan dengan dokter yang menangani Anda untuk mendapatkan solusi terbaik mengenai situasi yang anda alami.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Ayu Munawaroh, MKK