Pinguekula

Bagikan :


Definisi

Pinguekula adalah pertumbuhan jaringan pada konjungtiva (lapisan tipis pada mata yang melindungi sklera (bagian putih pada bola mata)) yang pada umumnya tidak sampai ke kornea (selaput bening mata). Pinguekula berasal dari kata bahasa Latin “pinguis” yang artinya “lemak”. Pinguekula biasanya agak menonjol dan berwarna putih kekuningan, dan bersifat jinak. Angka kejadian pinguekula bervariasi antarwilayah, mulai dari 22,5% hingga 97%. 

 

Penyebab

Pinguekula disebabkan oleh iritasi yang terjadi pada konjungtiva mata. Iritasi ini dapat terjadi akibat paparan angin dan debu, serta sinar ultraviolet. Biasanya, pinguekula muncul di bagian mata yang mendekati hidung. Hal ini terjadi karena cahaya yang masuk ke mata biasanya lebih banyak tertangkap oleh bagian mata yang mendekati hidung, sementara bagian mata yang terletak lebih pinggir terlindungi oleh bayang-bayang hidung.

Iritasi menyebabkan protein pada mata bernama elastin tidak dapat dicerna oleh enzim sehingga terjadi penumpukan. Selain itu, iritasi juga menyebabkan penurunan zat antioksidan pada mata sehingga zat-zat beracun pada mata tidak dapat dinetralkan.

 

Faktor Risiko

Faktor risiko pinguekula adalah banyak beraktivitas di luar ruangan sehingga menyebabkan paparan terhadap sinar ultraviolet, angin, dan debu. Paparan sinar matahari lebih tinggi pada daerah tropis, seperti Indonesia. Hal ini menyebabkan angka kejadian pinguekula di daerah tropis sangat tinggi. Selain itu, riwayat trauma pada mata juga menjadi faktor risiko pinguekula. Angka kejadian pinguekula meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dan lebih banyak terjadi pada laki-laki karena bekerja di luar ruangan sehingga menyebabkan frekuensi paparan sinar matahari meningkat. Hampir seluruh orang berusia 80-an tahun memiliki paling tidak sedikit tanda pinguekula pada matanya. Selain faktor lingkungan dan penuaan, penggunaan lensa kontak juga dapat meningkatkan risiko pinguekula. Hal ini terjadi karena gesekan dan peradangan konjungtiva. Oleh karena itu, pada pengguna lensa kontak, pinguekula biasanya terjadi pada usia yang lebih muda. Faktor risiko pinguekula lainnya adalah merokok dan penyakit diabetes melitus. 

 

Gejala

Gejala pinguekula adalah adanya tonjolan bewarna putih kekuningan pada bagian putih mata, di antara kedua kelopak mata. Biasanya, tonjolan ini muncul di bagian putih mata yang lebih mendekati hidung. Tonjolan ini dapat muncul pada salah satu atau kedua mata. Pinguekula tidak mengganggu penglihatan, namun jika Anda adalah pengguna lensa kontak, Anda mungkin akan mengalami sedikit kesulitan dalam memasang lensa kontak tersebut. Pinguekula biasanya tidak menimbulkan gejala, dan gangguan yang ditimbulkan biasanya merupakan gangguan pada penampilan.

Pinguekula dapat mengalami peradangan, yang biasa disebut sebagai pinguekulitis. Saat peradangan terjadi, gejala yang dapat muncul adalah mata merah, berair, pedih, serta adanya sensasi benda asing. Hal ini terjadi karena pinguekula dapat mempengaruhi aliran air mata pada bola mata sehingga mata lebih rentan kering.

 

Diagnosis

Diagnosis pinguekula dapat ditegakkan oleh dokter. Dokter dapat melakukan pemeriksaan tajam penglihatan, untuk membedakan pinguekula dengan pterigium (tonjolan pada mata, namun dapat tumbuh masuk ke kornea). Selain itu, dokter dapat melakukan pemeriksaan dengan slit lamp yang bertujuan untuk melihat pinguekula dengan lebih jelas. Pinguekula pada umumnya berwarna putih kekuningan dan dapat mengandung pembuluh darah. Selain itu, pemeriksaan slit lamp dapat membantu dokter untuk mengetahui apabila terjadi kerusakan atau penipisan kornea yang sangat kecil. Pemeriksaan lainnya, yaitu optical coherence tomography (OCT) dapat dilakukan untuk melihat ketebalan tonjolan tersebut.

Pemeriksaan laboratorium tidak dibutuhkan untuk mendiagnosis pinguekula. Pengambilan jaringan pinguekula dapat pula dilakukan, namun tidak wajib untuk dapat mendiagnosis pinguekula. Selanjutnya, jaringan yang diambil tersebut akan diperiksa di bawah mikroskop untuk membantu diagnosis.

 

Tata Laksana

Tata laksana pinguekula dapat dilakukan sendiri. Berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan jika Anda memiliki pinguekula:

  • Gunakan pelindung mata dan kepala saat beraktivitas di luar. Pelindung mata dapat berupa kacamata hitam, sementara pelindung kepala dapat berupa topi lebar. Hal ini diperlukan untuk menjaga mata dari paparan sinar ultraviolet, angin, dan debu.
  • Jika mata terasa gatal dan kering, gunakan obat tetes air mata buatan. Obat tetes air mata buatan dapat dibeli di apotek tanpa resep dokter, dan dapat digunakan hingga enam kali sehari, satu tetes untuk setiap mata. Obat tetes air mata menjaga agar mata tetap lembab dan terlindungi dari benda asing yang dapat memperparah pinguekula.
  • Jika mata merah, lakukan kompres dingin. Kompres dingin dapat membantu meredakan rasa nyeri akibat peradangan pada pinguekula. Kompres dapat dilakukan selama 10-15 menit pada mata yang merah.

Selain penanganan sendiri, Anda dapat menanyakan kepada dokter apabila pinguekula perlu dioperasi atau tidak. Biasanya, pembedahan pada pinguekula dilakukan apabila sangat mengganggu penampilan, terlalu sering meradang bahkan mengalami radang kronik, atau sangat mengganggu penggunaan lensa kontak. Pembedahan dapat dilakukan dengan menggunakan laser untuk menghilangkan jaringan pinguekula atau dengan cara memotong pinguekula itu sendiri.

 

Komplikasi

Pinguekula dapat tumbuh dengan lambat, namun tidak terkait dengan gangguan penglihatan. Namun, jika pinguekula terlalu sering mengalami peradangan, ditambah dengan mata kering dan adanya luka-luka kecil pada permukaan kornea, proses penyembuhan luka dapat terganggu. Hal ini diduga dapat memicu perkembangan pinguekula menjadi pterigium (adanya selaput berwarna merah muda pada bagian putih bola mata), dan pterigium dapat berisiko mengganggu penglihatan, sehingga diperlukan penanganan khusus oleh dokter.

Pembedahan pinguekula juga dapat menimbulkan komplikasi berupa kemunculan pinguekula kembali atau perubahan warna bola mata di daerah yang dilakukan pembedahan.

 

Pencegahan

Pencegahan pinguekula dapat dilakukan dengan menggunakan pelindung mata berupa kacamata hitam dan topi saat melakukan aktivitas atau bekerja di luar ruangan, terutama jika sinar matahari sedang sangat terik. Selain itu, pelindung mata dapat melindungi mata Anda dari debu, angin, dan pasir, yang berisiko melukai mata Anda dan menyebabkan terjadinya pinguekula. Penggunaan pelindung mata ini juga penting saat bekerja di lingkungan yang kering dan berdebu. Jika Anda bekerja atau sering melakukan aktivitas di luar ruangan, ada baiknya Anda rajin meneteskan mata dengan obat tetes air mata buatan agar mata Anda tidak kering.

Jika Anda merokok, sebaiknya Anda mempertimbangkan untuk berhenti merokok karena risiko pinguekula semakin tinggi pada perokok. Selain itu, jika Anda menderita diabetes melitus, menjaga kadar gula darah dengan rutin mengonsumsi obat, menjaga pola makan, dan melakukan aktivitas fisik teratur dapat membantu pencegahan pinguekula.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Sebaiknya Anda ke dokter jika Anda mengalami gejala mata kering seperti mata merah, berair terlalu banyak, gatal, dan terasa ada sensasi benda asing. Hal ini dapat merupakan gejala pinguekula yang meradang. Selain itu, segeralah ke dokter apabila gangguan ini disertai dengan penglihatan yang buram. Hal ini dapat mengarah ke pterigium yang tumbuh masuk ke dalam kornea, atau kondisi lainnya seperti adanya luka pada kornea atau benda asing pada mata yang menempel pada kornea.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya, cek di sini ya!

 

 

Writer : dr Teresia Putri
Editor :
  • dr Nadia Opmalina
Last Updated : Minggu, 16 April 2023 | 18:25

Al-Hashimi, S., Bunya, V., Woodward, M., & Halfpenny, C. (2021). Pinguecula - EyeWiki. Retrieved 12 November 2021, from https://eyewiki.aao.org/Pinguecula

Delgado, A., & Griff, A. (2018). Pinguecula: Identification, Causes, and Symptoms. Retrieved 12 November 2021, from https://www.healthline.com/health/pinguecula

Somnath, A., & Tripathy, K. (2021). Pinguecula. Retrieved 12 November 2021, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK558965/