Definisi
Trauma pada vertebra (tulang belakang) adalah kerusakan yang mengenai tulang belakang. Trauma dapat menyebabkan adanya tulang yang patah atau kerusakan pada sumsum tulang belakang. Sumsum tulang belakang berada di dalam saluran yang ada di tulang belakang, berfungsi untuk membawa hantaran listrik antara otak dan bagian tubuh lainnya dan akan dirasakan sebagai berbagai jenis sensasi dan mengatur pergerakkan anggota tubuh.
Kerusakan pada tulang belakang dapat menyebabkan tulang belakang patah atau terjadi pergeseran (subluksasi). Jika ini terjadi dapat menyebabkan kerusakan sumsum tulang belakang yang bersifat akut. Robekan pada sumsum tulang belakang atau spinal cord injury akibat trauma dapat berbentuk kerusakan sebagian atau total. Trauma vertebra di dunia diperkirakan terjadi sebanyak 10.5 per 100.000 orang dan kejadian lebih banyak terjadi di negara dengan pendapatan rendah-sedang. Hingga saat ini, belum ada data di Indonesia mengenai jumlah kejadian trauma vertebra.
Penyebab
Penyebab trauma tulang belakang paling sering adalah kecelakaan lalu lintas, kemudian diikuti oleh jatuh. Beberapa trauma yang dapat menyebabkan bentuk tulang belakang tertekan dan bengkok adalah:
- Jatuh dari ketinggian.
- Kecelakaan kendaraan bermotor (mobil, motor, dan tertabrak saat berjalan).
- Kecelakaan dari olahraga.
- Kecelakaan saat menyelam.
- Kecelakaan saat berada di trampolin.
- Kekerasan (luka tembak atau tusuk).
- Infeksi (abses di tulang belakang).
- Kerusakan yang terjadi saat lahir (biasanya mengenai daerah leheri di tulang belakang).
Faktor Risiko
Faktor risiko terjadinya trauma tulang belakang yang berat adalah memiliki osteoporosis. Osteoporosis adalah keadaan dimana densitas atau kepadatan tulang berkurang dan terjadi dalam kurun waktu yang lama. Sehingga, kejadian jatuh dari ketinggian yang rendah dapat menyebabkan tulang retak. Berdasarkan data yang ada, laki-laki lebih sering mengalami cedera tulang belakang dibandingkan perempuan. Faktor risiko lainnya adalah:
- Berusia antara 16-30 tahun dan di atas 65 tahun.
- Mengkonsumsi alkohol.
- Melakukan kegiatan yang berisiko tinggi seperti melakukan olahraga yang dapat menyebabkan kecelakaan yang berat namun tidak menggunakan protective gear.
Gejala
Trauma vertebra dapat menyebabkan nyeri, kehilangan tinggi badan dan deformitas atau perubahan bentuk tulang belakang. Lokasi paling sering terjadinya fraktur adalah bagian thoracic (bagian tengah dari tulang belakang) terutama bagian bawah. Terdapat dua bentuk trauma yang dapat terjadi yaitu patah tulang dan dislokasi/pergeseran tulang.
Jenis-jenis fraktur (patah tulang) yang dapat terjadi pada trauma tulang belakang adalah:
- Fraktur kompresi: hal ini biasanya disebabkan oleh keadaan leher yang hiperfleksi (menunduk) sehingga menyebabkan ruas tulang terhimpit dan retak.
- Fraktur burst: jenis fraktur ini lebih berat, di mana tulang retak menjadi bagian yang lebih kecil dan banyak. Patahan tulang dapat menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang belakang.
- Subluksasi: pergeseran tulang belakang disebabkan oleh sendi antara tulang belakang yang lemah akibat pergerakan abnormal dari tulang. Pergeseran tulang belakang dapat menyebabkan kerusakan pada sumsum.
- Dislokasi: merupakan bentuk pergeseran yang lebih parah dibandingkan dengan subluksasi. Hal ini dapat menyebabkan tulang belakang untuk bergerak dan merusak struktur di sekitarnya.
- Fraktur dislokasi: terjadi ketika patahan tulang belakang berpindah tempat sehingga menyebabkan kerusakan yang berat pada otot dan ligamen di sekitarnya, termasuk sumsum tulang belakang.
Jika trauma menyebabkan kerusakan pada sumsum tulang belakang, gejala yang dapat terjadi adalah:
- Gangguan pada fungsi berkemih dan buang air besar.
- Gangguan bernafas, detak jantung, pergerakan otot termasuk otot yang berperan dalam mengatur pernafasan dan otot di tangan dan kaki.
- Gangguan refleks dan dalam merasakan sensasi.
- Gangguan dalam metabolisme tubuh.
Gejala di atas dapat muncul sebagai gejala yang ringan hingga berat. Lokasi cedera sangat menentukan gejala dan keparahan yang timbul. Penting untuk diingat bahwa semakin tinggi lokasi cedera, semakin berat keluhan yang dapat terjadi. Gejala paling berat adalah kelumpuhan pada kedua anggota gerak. Jenis kelumpuhan yang dapat terjadi adalah quadriplegia (kelumpuhan pada kedua tangan dan kaki) dan paraplegia (kelumpuhan pada kaki dan anggota tubuh bagian bawah).
Diagnosis
Pada keadaan gawat darurat, hal pertama yang akan diperiksa adalah fungsi pernafasan dan keadaan jantung. Petugas kesehatan akan mengamankan jalan nafas dan fungsi jantung untuk menghindari keadaan yang dapat mengancam nyawa. Pemeriksaan selanjutnya akan menilai derajat keparahan atau pergerakan anggota tubuh dan melakukan wawancara mengenai riwayat kesehatan atau kejadian sebelumnya. Selanjutnya, beberapa pemeriksaan yang dapat membantu dalam menegakkan diagnosa trauma tulang belakang adalah:
- Pemeriksaan laboratorium darah
- X-ray: pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat keadaan tulang dan organ bagian dalam menggunakan energi yang ditembakkan ke dalam film x-ray.
- CT-Scan: computed tomography scan adalah pemeriksaan radiologi yang menggunakan x-ray dan teknologi komputer untuk menghasilkan gambar yang lebih detail dari tubuh dalam bentuk irisan.
- MRI: Magnetic Resonance Imaging menggunakan magnet berkekuatan tinggi dan komputer. MRI memiliki keunggulan dapat menghasilkan gambar yang lebih detail pada organ tubuh dan struktur yang ada di dalam tubuh, namun memakan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan CT-scan.
- EMG: Electromyogram untuk memeriksa aktifitas listrik di otot dan sel saraf di dalamnya.
Tata Laksana
Hingga saat ini belum ditemukan cara untuk menyembuhkan kerusakan yang bersifat permanen. Pengobatan difokuskan untuk menghentikan perkembangan gejala dan memberikan terapi sedini mungkin. Pada keadaan darurat, dapat dilakukan operasi untuk memperbaiki tulang yang patah atau bergeser disertai dengan pemberian kortikosteroid dosis tinggi untuk mencegah kerusakan dari inflamasi.
Komplikasi
Pada awalnya, kerusakan tulang belakang akan menyebabkan gejala yang berat dan akan membaik karena penurunan inflamasi dan pembengkakan. Namun dapat terjadi komplikasi yang berat seperti:
- Kesulitan dalam mengatur keinginan dan kemampuan untuk berkemih. Urine atau kemih akan tetap terbentuk jika tidak ada kerusakan pada ginjal, namun kerusakan saraf akan menyebabkan hilangnya keinginan untuk berkemih.
- Kesulitan dalam buang air besar: rusaknya serabut saraf akan menyebabkan gangguan pada pergerakan usus, sehingga buang air besar akan sulit.
- Kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh penekanan terus menerus: ulkus adalah keadaan di mana kulit luka karena mengalami penekanan untuk waktu yang lama. Kerusakan pada serabut saraf menyebabkan kulit tidak dapat memberikan sinyal kepada otak jika sudah terjadi kerusakan pada struktur kulit.
- Gangguan pada sirkulasi darah
- Gangguan bernafas
- Penurunan densitas atau kepadatan tulang
- Kelainan pada otot (terlalu kaku atau lemas)
- Nyeri terus menerus
- Gangguan seksual
- Depresi
Pencegahan
Pencegahan paling baik untuk trauma vertebra adalah:
- Berkendara dengan menggunakan alat pengaman yang baik seperti safety belt.
- Memeriksa kedalaman air sebelum menyelam.
- Mencegah jatuh seperti menggunakan tangga kecil untuk mengambil benda di tempat tinggi.
- Melakukan tindakan yang dapat mencegah cedera saat berolahraga.
- Tidak berkendara saat berada dibawah pengaruh alkohol.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda atau orang terdekat Anda baru saja mengalami kecelakaan yang mengenai daerah leher atau tulang belakang, atau terjatuh dari ketinggian tertentu dan mengalami salah satu gejala di bawah ini segera pergi ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan medis.
- Adanya nyeri hebat di daerah punggung, leher atau lokasi lain di tubuh.
- Kelemahan atau kelumpuhan di anggota tubuh.
- Adanya rasa baal atau kesemutan di ujung-ujung jari tangan atau kaki.
- Kehilangan fungsi dalam berkemih dan buang air besar.
- Kesulitan dalam berjalan dan berdiri.
- Kesulitan dalam bernafas setelah kecelakaan.
- Bentuk dan posisi leher yang terpelintir.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Ayu Munawaroh, MKK