Ulkus Peptikum

Ulkus Peptikum

Bagikan :


Definisi

Ulkus peptikum atau biasa dikenal dengan tukak lambung adalah kondisi luka atau peradangan yang disebabkan oleh terkikisnya lapisan dinding lambung. Ulkus peptikum disebabkan oleh asam lambung yang mencederai lapisan submukosa. Dalam keadaan normal, tubuh menggunakan beberapa zat untuk melindungi sistem pencernaan terhadap beberapa penyakit dan gangguan. Lapisan pertahanan utama sistem pencernaan adalah lapisan lendir (mukus), yang melapisi lambung dan usus dua belas jari. Lendir ini memiliki fungsi untuk menetralisir cairan asam pencernaan dengan mengeluarkan cairan basa berupa bikarbonat. Selain ion bikarbonat, tubuh juga menghasilkan beberapa zat seperti hormon prostaglandin yang membantu memastikan aliran darah lancar.

Ulkus peptikum sangat umum ditemui, jutaan orang di seluruh dunia menderita penyakit ini. Meskipun penyakit ini jarang menjadi hal yang serius dan dapat ditangani dengan mengonsumsi obat, namun, jika dibiarkan begitu saja, dapat menyebabkan masalah kesehatan parah seperti berlubangnya dinding (perforasi) pada lambung atau usus dua belas jari, sumbatan lambung (obstruksi gastrik), perdarahan saluran pencernaan bagian atas (hemoragik) dan penyempitan organ pencernaan (striktur). Ulkus peptikum ditandai dengan munculnya rasa nyeri pada lambung. Pada kasus yang lebih parah dapat dijumpai perdarahan.

 

Penyebab

Ulkus peptikum bisa muncul pada lambung, usus dua belas jari (duodenum) atau kerongkongan (esofagus). Ulkus peptikum disebabkan oleh beberapa faktor yang berakibat pada ketidakseimbangan asam lambung di saluran cerna. Penyebab utama terjadinya ulkus peptikum meliputi:

  • Infeksi bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini hidup pada lapisan mukosa dan dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) pada lapisan bagian dalam lambung
  • Penggunaan obat anti inflamasi non steroid (OAINS) contohnya ibuprofen, aspirin atau natrium diklofenak. Obat jenis ini memiliki efek samping mengiritasi lapisan lambung bagian dalam dan dapat menyebabkan terjadinya ulkus
  • Kebiasaan merokok dan minum alkohol
  • Stres yang tidak segera diatasi
  • Masalah kesehatan lain seperti tumor pankreas
  • Riwayat pengobatan radiasi pada area lambung

Pada dasarnya, saluran cerna manusia dilapisi oleh lapisan mukosa yang berfungsi melindungi saluran cerna dari asam lambung. Namun, faktor-faktor diatas mengganggu keseimbangan asam lambung yang berakibat pada pengikisan dinding bagian dalam lambung dan usus halus. Asam lambung yang mengikis dinding ini dapat menyebabkan luka dan menimbulkan rasa nyeri. Apabila mengenai lapisan lebih dalam dimana tempat pembuluh darah, dapat terjadi perdarahan. 

 

Faktor Risiko

Faktor risiko yang berkaitan dengan munculnya ulkus peptikum adalah:

  • Pertambahan usia
  • Penggunaan obat anti inflamasi non steroid seperti aspirin
  • Penggunaan obat pengencer darah (anti-koagulan)
  • Penggunaan obat penekan imun (imunosupresan) seperti kortikosteroid
  • Penderita infeksi bakteri Helicobacter pylori

Ulkus peptikum merupakan penyakit yang dapat berulang (rekuren). Sehingga harus menghindari penyebab utama yang dapat dicegah.

 

Gejala

Gejala utama ulkus peptikum adalah:

  • Nyeri pada perut. Nyeri ini biasanya terpusat pada daerah ulu hati. Munculnya gejala ini karena asam lambung yang berkontak dengan daerah dinding lambung yang luka. Biasanya, nyeri muncul pada malam hari dan terasa semakin parah saat perut kosong. Pada kondisi yang lebih parah, nyeri yang dirasakan dapat menyebar ke bagian leher, pusar, hingga punggung
  • Tidak nafsu makan
  • Mual
  • Bersendawa
  • Rasa lapar yang intens. Biasanya timbul antara satu hingga tiga jam setelah makan
  • Kembung
  • Sulit mencerna
  • Turunnya berat badan
  • Mudah Lelah

 

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis ulkus peptikum yaitu diperlukan wawancara mendalam (anamnesis) mengenai:

  • Gejala yang dialami
  • Waktu munculnya gejala
  • Riwayat makanan
  • Riwayat penggunaan obat-obatan
  • Riwayat tindakan radioterapi

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemui nyeri tekan pada ulu hati. Selain itu, untuk menunjang diagnosis, dokter dapat menganjurkan untuk dilakukan pemeriksaan:

  • Endoskopi (gastrokopi). Pemeriksaan endoskopi biasanya dilakukan pada pasien berusia >55 tahun yang pertama kali mengalami gejala ulkus dengan tanda bahaya berupa perdarahan saluran cerna, anemia, penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas, gangguan menelan atau nyeri menelan, muntah berulang dan menetap, riwayat keganasan saluran cerna pada anggota keluarga.
  • Pemeriksaan radiologi (foto rontgen atau CT scan). Bila tidak tersedia fasilitas endoskopi, dapat dilakukan pemeriksaan rontgen perut dengan kontras ganda.
  • Pemeriksaan untuk memastikan keberadaan bakteri Helicobacter pylori. Contohnya pemeriksaan darah, tinja atau uji pernapasan. Uji pernapasan atau tes napas urea adalah tes diagnostik yang tidak invasif dan yang sangat bermanfaat dan menjadi pilihan bagi pasien. Tes ini diciptakan berdasarkan kemampuan bakteri H.pylori untuk mengubah urea menjadi karbon dioksida dan amonia. Untuk prosedur ini, pasien akan menelan kapsul yang mengandung karbon radioaktif. Kemudian, pasien diminta membuang napas pada kantung plastik. Napas ini kemudian akan diuji. Jika urea terpecah dan berubah menjadi karbon dioksida, hal ini menandakan keberadaan H.pylori dalam lambung dan usus. 

          

Tata laksana

Setelah diagnosis ditentukan, dokter akan menentukan langkah pengobatan berdasarkan penyebabnya. Secara umum, tujuan pengobatan ulkus peptikum adalah memusnahkan bakteri H. pylori dan mengurangi konsumsi obat-obatan penyebab ulkus peptikum seperti, obat anti-inflamasi non-steroid.

Ulkus peptikum dapat diterapi dengan obat-obatan hingga tindakan operasi, bergantung tingkat keparahan dari ulkus peptikum. Untuk membantu proses penyembuhan dan menghindari gejala yang lebih parah, beberapa hal yang bisa dilakukan meliputi:

  • Berhenti merokok
  • Membatasi konsumsi minuman beralkohol, teh dan kopi
  • Menghindari konsumsi makanan pedas atau berlemak
  • Memperbanyak konsumsi makanan yang mengandung probiotik seperti yoghurt
  • Memperbanyak konsumsi buah, sayuran dan biji-bijian
  • Istirahat yang cukup
  • Mengendalikan stres yang dialami

Terapi obat-obatan yang biasa digunakan untuk menangani ulkus peptikumm seperti:

  • Antibiotik untuk menangani infeksi bakteri Helicobacter pylori contohnya amoxicillin, claritromisin, metronidazole, tetrasiklin dan levofloksasin
  • Obat yang menghambat produksi asam lambung, seperti golongan proton pump inhibitor
  • Obat yang menurunkan produksi asam lambung seperti ranitidine
  • Obat yang menetralisir asam lambung seperti antasida
  • Obat yang melindungi dinding lambung seperti sukralfat

Untuk mengobati infeksi Helicobacter pylori diberikan 3 terapi (tripel therapy) dengan menggunakan obat lambung dengan golongan penghambat produksi asam lambung atau penurun produksi asam lambung dan dua jenis antibiotik

 

Komplikasi

Meskipun jarang terjadi, ulkus peptikum bisa menyebabkan komplikasi serius. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi jika ulkus peptikum tidak segera ditangani adalah:

  • Perdarahan
  • Peradangan pada lapisan tipis dinding dalam perut (peritonitis)
  • Terganggunya pergerakan makanan dalam sistem pencernaan yang menyebabkan sumbatan mekanik (obstruksi)
  • Pada kasus berulang, dapat terjadi kanker lambung

 

Pencegahan

Beberapa langkah dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya ulkus peptikum meliputi:

  • Menerapkan gaya hidup sehat seperti berhenti merokok, menghindari konsumsi alkohol
  • Istirahat yang cukup
  • Mengelola stres yang dialami
  • Menghindari konsumsi obat anti inflamasi non steroid (OAINS) dan obat penyebab lain dalam jangka yang panjang
  • Menjaga kebersihan diri agar terhindar dari infeksi bakteri Helicobacter pylori

 

Kapan harus ke dokter?

Segera periksakan diri ke dokter apabila Anda mengalami gejala nyeri perut terutama nyeri ulu hati yang tidak kunjung membaik. Gejala dapat disertai dengan mual, muntah, lemas, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan. Segera bawa ke IGD terdekat apabila muncul gejala mual disertai muntah darah dan BAB hitam.        

Writer : dr Vega Audina
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
Last Updated : Selasa, 28 Mei 2024 | 04:46