Pembahasan mengenai ketidaksuburan terbilang masih tabu di masyarakat. Akibatnya banyak mitos seputar ketidaksuburan yang banyak dipercaya sehingga masyarakat mencari solusi yang keliru. Padahal banyak mitos yang beredar tidak terbukti secara ilmiah. Salah satunya, ketidaksuburan selalu dikaitkan dengan kondisi kesehatan para perempuan. Faktanya, ketidaksuburan bukan hanya masalah bagi perempuan namun juga bagi pria. Lalu selain itu, apa saja mitos salah seputar ketidaksuburan yang masih banyak dipercaya masyarakat?
1. Bukan tidak subur, Anda hanya terlalu sibuk
Nasihat ini seringkali didengar oleh pasangan suami istri yang sibuk bekerja dan belum juga memiliki anak. Memang, stres berkepanjangan dapat berpengaruh pada ketidaksuburan. Namun bukan berarti pasangan yang terlalu sibuk mengalami masalah kesuburan karena terlalu sibuk. Banyak yang beranggapan bahwa kesibukan adalah penyebab masalah kesuburan dan bisa selesai hanya dengan melepas lelah seperti liburan atau bulan madu. Faktanya, ketidaksuburan adalah masalah medis yang perlu ditangani dengan tepat, terutama bagi pasangan yang sedang merencanakan kehamilan.
2. Bukan tidak subur, Anda hanya perlu lebih sering berhubungan seks
Saran ini juga sering diberikan pada pasangan yang sedang program hamil seolah-olah masalah belum hadirnya buah hati hanya disebabkan oleh frekuensi atau teknis dalam berhubungan seks. Kedua hal tersebut memang dapat memengaruhi keberhasilan program hamil namun faktanya, setiap pasangan perlu memeriksakan kondisi kesuburan masing-masing untuk mengetahui masalah ketidaksuburan yang dialami.
3. Jika sudah punya anak tak perlu khawatir tidak subur
Banyak yang beranggapan bahwa pasangan yang sudah memiliki anak tak perlu khawatir mengenai kondisi ketidaksuburan. Faktanya, setelah dikaruniai buah hati, pasangan suami istri bisa mengalami kesulitan untuk hamil anak berikutnya yang dikenal dengan istilah secondary infertility.
Dilansir dari Cleveland Clinic, kondisi yang bisa dikategorikan secondary infertility adalah dimana kehamilan pertama terjadi secara natural bukan melalui program hamil atau program bayi tabung. Kondisi ini sering dikaitkan dengan riwayat keguguran yang pernah dialami sebelumnya.
4. Usia hanya memengaruhi kesuburan perempuan, namun tidak pada pria
Meskipun memang usia dapat memengaruhi tingkat kesuburan perempuan, namun hal ini juga berlaku pada pria. Dilansir dari Healthline, kesuburan perempuan dapat berkurang ketika memasuki usia 32 dan 37 sedangkan pada pria yang berusia di atas 40 tahun, produksi semen mulai berkurang dan motilitas sperma juga mulai menurun.
5. Kondisi kesehatan tidak berpengaruh pada kesuburan
Faktanya, selain kondisi fisik, kesehatan tubuh sangat berpengaruh pada kondisi kesuburan seseorang. Orang yang menjalani gaya hidup sehat umumnya memiliki tingkat kesuburan lebih baik dibanding orang dengan gaya hidup tidak sehat. Begitu juga apabila orang yang memiliki gaya hidup sehat mengalami masalah dengan kesuburannya, mereka akan lebih mudah mengatasi beberapa masalah ketidaksuburan.
Gaya hidup sehat yang dimaksud di sini adalah mengonsumsi makanan sehat, mengonsumsi multivitamin, tidak menggunakan narkotika dan minum alkohol serta berhenti merokok. Bagi Anda yang berencana menjalani program hamil, bisa memulai untuk menerapkan gaya hidup sehat untuk melancarkan program hamil.
- dr Ayu Munawaroh, MKK
CDC. Infertility FAQs. Available from: https://www.cdc.gov/reproductivehealth/infertility/index.htm.
WHO. Infertility. Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/infertility.
Healthline. 7 Popular infertility myths, debunked by experts (2020). Available from: https://www.healthline.com/health/infertility/common-myths.