Memberikan empeng (dot bayi) pada bayi menjadi pilihan bagi beberapa orang tua karena alasan tertentu. Empeng memang dapat membantu menenangkan bayi, membantu mengatasi refleks isap yang kuat, membantu bayi tertidur lebih lama dan menurunkan risiko sindrom kematian mendadak pada bayi.
Namun, orang tua juga perlu mempertimbangkan dampak negatif dari penggunaan empeng, salah satunya adalah permasalahan gigi. Permasalahan gigi seperti apa yang bisa disebabkan penggunaan empeng?
Masalah Gigi Akibat Penggunaan Empeng
Penggunaan empeng (dot bayi) terlalu lama pada bayi dapat menyebabkan beberapa masalah gigi, di antaranya:
Gigi yang tidak sejajar
Gigi yang tidak sejajar disebut juga maloklusi gigi. Kondisi ini adalah di mana gigi tidak berada pada posisi yang seharusnya dan tidak sejajar. Gigi yang tidak sejajar mungkin menyebabkan gigi berjejal dan saling bertumpuk, rahang bawah lebih maju, gigi atas dan bawah tidak bersentuhan saat rahang ditutup, atau adanya celah antara gigi.
Gigi yang tidak sejajar dapat mengganggu fungsi vital dalam aktivitas mengunyah, kesulitan berbicara, sakit kepala, dan ketidaknyamanan pada rahang dan otot wajah.
Masalah gigi yang tidak sejajar bisa disebabkan oleh penggunaan empeng atau dot bayi, khususnya saat digunakan terlalu lama hingga lebih dari 3 tahun.
Resesi gusi
Dalam beberapa kasus ekstrem, penggunaan empeng berlebihan dapat menyebabkan resesi gusi. Resesi gusi adalah di mana jaringan gusi secara perlahan menarik diri dari gigi dan menyebabkan terbentuknya celah atau kanting di antara gigi dan garis gusi. Kondisi ini menyebabkan akar gigi menjadi terlihat dan gigi menjadi lebih sensitif terhadap suhu atau sentuhan.
Resesi gusi juga memungkinkan bakteri menumpuk lebih mudah di area terbuka. Apabila tidak ditangani, maka dapat menyebabkan kerusakan serius pada jaringan pendukung gigi termasuk tulang dan ligamen. Pada akhirnya, anak mungkin kehilangan gigi secara permanen.
Gigi berlubang
Gigi berlubang bisa menjadi masalah gigi terkait penggunaan empeng, khususnya jika empeng dicelupkan atau dilumuri zat manis seperti gula. Kandungan gula berlebihan jika dibiarkan menempel pada gigi dapat memberi makan bakteri di mulut dan menghasilkan asam. Asam inilah yang kemudian merusak lapisan keras gigi dan menyebabkan lubang pada gigi.
Empeng yang tidak dibersihkan secara teratur juga dapat meningkatkan risiko gigi berlubang. Sisa-sisa makanan atau cairan yang menempel pada empeng apabila dibiarkan berlama-lama dapat menjadi sumber makanan bagi bakteri di mulut.
Baca Juga: Tips Jika Ingin Memberikan Empeng (Dot) Bayi
Cara Mencegah Masalah Gigi Terkait Penggunaan Empeng
Untuk mencegah masalah gigi terkait penggunaan empeng (dot bayi), berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan:
Membersihkan empeng secara teratur
Empeng (dot bayi) perlu dibersihkan secara teratur dengan air bersih dan sabun. Apabila empeng jatuh ke tanah, maka juga perlu dibersihkan kembali dengan cara yang benar, dan disterilkan terlebih dahulu sebelum diberikan pada bayi.
Tidak mencelupkan empeng pada gula
Mencelupkan empeng ke dalam zat manis seperti gula, madu, atau sirop dapat meningkatkan risiko gigi berlubang pada bayi. Gula dalam zat-zat pemanis dapat memberi makan bakteri di mulut dan menghasilkan asam yang dapat merusak lapisan keras gigi dan menyebabkan kerusakan pada gigi.
Baca Juga: Di Usia Berapa Anak Sebaiknya Berhenti Ngedot?
Membatasi penggunaan empeng
American Academy of Pediatrics merekomendasikan penghentian empeng pada usia 12-18 bulan. Ini adalah periode di mana banyak anak telah mengembangkan keterampilan dalam mengatasi kecemasan tanpa harus menggunakan empeng.
Menghentikan penggunaan empeng pada usia ini tidak hanya menurunkan risiko masalah gigi namun juga mencegah infeksi telinga serta masalah lain yang bisa disebabkan oleh penggunaan empeng.
Apabila Anda masih ragu akan penggunaan empeng dan risikonya, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter gigi atau pedodontis. Anda juga bisa memanfaatkan layanan konsultasi kesehatan dengan mengunduh aplikasi Ai Care melalui App Store atau Play Store.
Mau tahu informasi seputar kehamilan, menyusui, kesehatan wanita dan anak-anak? Cek di sini, ya!
- dr. Monica Salim
Mayo Clinic (2022). Pacifiers: Are they good for your baby?. Available from: https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/pacifiers/art-20048140
Dorian Smith-Garcia (2021). What You Need to Know About Pacifiers and Dental Problems. Available from: https://www.healthline.com/health/pacifier-teeth
Ryan W Smith, MSc MB BCh BAO FRCPC and Melanie Colpitts, MD FAAP FRCPC (2020). Pacifiers and the reduced risk of sudden infant death syndrome. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7286729/
Darla Burke (2022). Malocclusion of the Teeth. Available from: https://www.healthline.com/health/malocclusion-of-teeth
Hery Marks (2023). Receding Gums. Available from: https://www.webmd.com/oral-health/receding_gums_causes-treatments
John Hopkins Medicine. Tooth Decay (Caries or Cavities) in Children. Available from: https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/tooth-decay-caries-or-cavities-in-children
Nationwide Children's (2022). Pacifiers: When to Stop Using Them. Available from: https://www.nationwidechildrens.org/family-resources-education/700childrens/2022/12/pacifiers