Definisi
Setiap calon ibu pasti ingin selalu sehat saat hamil. Namun, perubahan tubuh yang terjadi selama kehamilan bisa saja menimbulkan masalah kesehatan dan ketidaknyaman bagi ibu. Salah satu gangguan kesehatan yang dapat dialami saat hamil adalah tromboflebitis, yaitu peradangan pada pembuluh darah balik (vena). Peradangan ini dapat memicu munculnya gumpalan darah (trombosis) pada satu atau lebih pembuluh vena.
Tromboflebitis dapat terjadi di pembuluh vena yang terletak di dekat permukaan kulit (tromboflebitis superfisial) atau jauh di dalam otot (trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis/DVT). Tromboflebitis paling sering terjadi di kaki, namun juga dapat terjadi pada bagian lengan.
Kehamilan merupakan salah satu faktor risiko tromboflebitis. Selain kehamilan, pada periode nifas hingga 3 bulan setelah melahirkan, ibu masih berisiko mengalami trombosis. Angka kejadian tromboflebitis superfisial pada ibu nifas mencapai 1,18% dan angka DVT mencapai 0,15%.
Masalah kesehatan ini dapat mengganggu aktivitas ibu karena bagian tubuh yang mengalami tromboflebitis bisa membengkak dan terasa nyeri. Gumpalan darah yang terlepas juga bisa menyumbat pembuluh darah paru (emboli paru) dan mengancam nyawa. Oleh karena itu, tromboflebitis saat hamil sebaiknya segera diatasi agar tidak menyebabkan komplikasi yang memberi dampak buruk pada kehamilan atau persalinan.
Namun, pengobatan tromboflebitis pada ibu hamil perlu perhatian khusus karena obat-obatan tertentu yang biasanya digunakan untuk tromboflebitis mungkin saja memiliki efek samping pada kehamilan.
Meski ibu hamil lebih berisiko mengalami tromboflebitis, namun kondisi ini masih tergolong jarang, yaitu sekitar 1-2 kasus per 1.000 kehamilan.
Penyebab
Beberapa hal berikut menyebabkan ibu hamil lebih berisiko mengalami penggumpalan darah:
- Selama hamil, penggumpalan darah berguna untuk mengurangi perdarahan saat melahirkan
- Ibu hamil juga mengalami penurunan aliran darah ke kaki karena pembuluh darah sekitar panggul yang memperdarahi kaki mengalami penekanan oleh rahim yang semakin membesar
Selain itu, terjadi peningkatan sebagian besar faktor penggumpalan darah dan penurunan aktivitas fibrinolitik atau pemecahan gumpalan darah. Kadar komponen pembekuan darah meningkat secara bertahap setelah bulan ketiga kehamilan, menjadi 2 kali lipat dibandingkan saat tidak hamil. Pada paruh kedua kehamilan, kadar faktor Vll, Vlll, IX, dan X yang berperan pada pembekuan darah juga meningkat.
Selain penurunan aktivitas fibrinolitik, penurunan juga terjadi pada protein S yang berperan pada pembekuan darah, yaitu sebesar 68% selama kehamilan dan pasca persalinan. Kadar protein S akan kembali normal setelah 12 minggu pasca melahirkan. Semua perubahan pembekuan darah ini diperlukan untuk mencegah pendarahan berlebih saat melahirkan dan setelah persalinan.
Risiko tromboflebitis lainnya adalah karena adanya penambahan berat badan yang signifikan pada ibu hamil. Kondisi ini dapat menyebabkan aliran darah pada pembuluh darah vena menjadi terhambat, sehingga memicu peradangan.
Selain pertambahan berat badan, hal lain yang menyebabkan peradangan vena pada ibu hamil adalah kondisi kurang bergerak. Ibu hamil cenderung kurang beraktivitas atau jarang berolahraga selama hamil. Hal ini membuat ibu hamil lebih rentan mengalami tromboflebitis.
Contohnya jika ibu duduk terlalu lama atau kaki jarang digunakan untuk waktu yang cukup lama, maka otot betis tidak akan berkontraksi untuk membantu mengalirkan darah, sehingga berisiko terjadi gumpalan darah yang lebih besar.
Faktor Risiko
Faktor risiko tromboflebitis pada ibu hamil dan ibu nifas antara lain:
- Riwayat keluarga dengan gangguan penggumpalan darah
- Usia ibu di atas 35 tahun
- Obesitas
- Merokok dan konsumsi alkohol
- Kondisi dehidrasi
- Hamil bayi kembar
- Melahirkan dengan operasi caesar
- Kondisi kurang gerak, seperti saat tirah baring atau saat pemulihan pasca melahirkan
- Penyakit jangka panjang tertentu seperti sakit jantung, paru, atau diabetes
- Penggunaan kontrasepsi atau agen hormonal lain sebelum hamil
- Mengalami cedera pada pembuluh vena, misal karena pemasangan alat pacu jantung atau kateter
- Baru saja mengalami cedera serius, seperti patah tulang
Gejala
Gejala tromboflebitis pada ibu hamil dan nifas meliputi:
- Pembengkakan pada area yang mengalami peradangan
- Nyeri
- Teraba hangat
- Mengerasnya kulit pada bagian tubuh yang mengalami tromboflebitis
- Perubahan warna kulit menjadi kemerahan atau lebih gelap
- Jika terkena tekanan, kulit di area sekitar vena yang meradang akan semakin nyeri
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan gejala, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi (USG) pada bagian tubuh yang terkena. Jika pemeriksaan laboratorium dan USG belum dapat menegakkan diagnosis, bisa dilakukan pemeriksaan radiologi berupa MRI dengan kontras untuk menunjukan adanya gumpalan darah.
Tata Laksana
Pengobatan tromboflebitis pada ibu hamil bertujuan untuk meredakan gejala sekaligus mencegah komplikasi. Biasanya dokter akan memberikan obat-obatan pada ibu hamil yang mengalami tromboflebitis.
Namun, mengingat obat-obatan pengencer darah tertentu tidak dianjurkan selama masa kehamilan, maka pilihan obat yang bisa digunakan antara lain, obat anti inflamasi, heparin, antihistamin, atau trombolitik.
Selain menggunakan obat-obatan, ibu hamil juga dianjurkan untuk melakukan beberapa hal berikut:
- Kompres hangat pada area yang terkena
- Beristirahat dengan posisi kaki sedikit dinaikkan, untuk memperlancar sirkulasi darah
- Tetap aktif
- Menggunakan stoking khusus (stoking kompresi)
Komplikasi
Komplikasi tromboflebitis pada ibu hamil antara lain:
- Mengganggu kenyamanan ibu saat beraktivitas
- Trombus atau gumpalan darah yang terbentuk dapat terlepas dan berjalan ke bagian tubuh lain. Hal ini berisiko menyebabkan masalah pada area tersebut. Jika menyumbat pembuluh vena dalam, akan terjadi trombosis vena dalam atau deep vein thrombosis (DVT). Jika gumpalan menyumbat pembuluh darah paru, dapat terjadi emboli paru yang mengancam jiwa
Pencegahan
Karena risiko tromboflebitis cenderung tinggi pada masa kehamilan, penting bagi ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin agar mengetahui lebih awal jika ada suatu gangguan kesehatan termasuk tromboflebitis.
Pencegahan lainnya adalah merubah posisi setiap satu jam jika Anda harus duduk atau berdiri dalam jangka panjang. Jika dalam perjalanan jauh, sesekali bangun dari duduk dan berjalan-jalan. Jika Anda terbang, naik kereta api, atau bus, berjalanlah menyusuri lorong sekitar satu jam sekali. Jika Anda sedang mengemudi, berhentilah setiap satu jam atau lebih, lalu berdiri dan menggerakan kaki Anda.
Ibu hamil yang mengalami tromboflebitis perlu segera mendapatkan penanganan. Selalu konsultasikan dengan dokter mengenai jenis obat-obatan yang tepat untuk Anda agar mencegah perburukan gejala, mencegah komplikasi, serta mencegah efek samping obat yang berbahaya pada kehamilan.
Jika DVT dapat terdiagnosis dan terobati, risiko emboli paru akan menurun.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika Anda sedang hamil atau pasca melahirkan dan memiliki gejala serta tanda tromboflebitis seperti yang disebutkan di atas, segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang sesuai dengan kondisi Anda.
Segera hubungi nomor darurat setempat atau bawa ibu ke unit gawat darurat jika mengalami:
- Sesak atau kesulitan bernafas
- Nyeri atau rasa tertekan di dada atau punggung atas
- Batuk darah
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Anita Larasati Priyono