Trauma Vagina dan Vulva

Trauma Vagina dan Vulva
kenali trauma vagina dan vulva

Bagikan :


Definisi

Vagina adalah organ reproduksi wanita, sedangkan vulva adalah bahasa medis untuk bagian luar dari vagina atau mulut vagina. Kejadian trauma vagina dan vulva cukup sering terjadi, namun penyebabnya bermacam-macam dan dapat menimbulkan berbagai gejala yang tidak sama antara satu pasien dengan pasien lainnya. Setiap wanita baik itu anak anak, remaja, atau orang dewasa dengan keluhan nyeri vagina atau perdarahan vagina wajib melakukan pemeriksaan pada vagina dengan kecurigaan akan adanya trauma pada vagina atau vulva.

Trauma pada vulva lebih sering terjadi pada anak-anak. Hal ini terjadi akibat bagian vulva atau mulut vagina di anak-anak masih memiliki lemak yang lebih banyak dibandingkan orang dewasa. Trauma pada vulva dapat terjadi sendiri atau bersamaan dengan trauma pada vagina.

Sedangkan trauma pada vagina lebih sering terjadi pada usia dewasa. Pada orang dewasa dan remaja, trauma pada vagina paling sering terjadi akibat kasus kekerasan seksual. Maka dari itu, dibutuhkan pemeriksaan secara menyeluruh untuk mendiagnosis trauma vagina dan vulva agar dapat mengetahui penyebab dari trauma tersebut karena pengobatannya akan berbeda pada setiap pasien.

 

Penyebab

Berdasarkan penyebabnya trauma pada vagina dan vulva dapat dibagi dua, yakni akibat proses persalinan dan proses non-persalinan. Berikut penjelasannya:

 

Proses persalinan

  • Persalinan lama
  • Persalinan macet
  • Ukuran bayi yang terlalu besar
  • Ukuran panggul yang sempit

 

Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut mengenai persalinan lama, Anda dapat membacanya di sini: Partus Lama - Definisi, Penyebab, Gejala dan Pengobatannya

 

Proses non-persalinan

  • Infeksi bakteri
  • Penyakit menular seksual
  • Aktivitas fisik yang berlebihan seperti cedera saat berolahraga
  • Kecelakaan lalu lintas
  • Penggunaan kontrasepsi dan pengobatan tertentu
  • Kekerasan seksual
  • Adanya benda asing yang masuk ke dalam vagina.

 

Baca selengkapnya mengenai benda asing pada vagina, di sini: Benda Asing Vagina - Definisi, Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

 

Faktor Risiko

Faktor risiko dari trauma vagina dan vulva adalah sebagai berikut:

  • Aktivitas seksual
  • Usia anak-anak dan remaja
  • Memiliki riwayat infeksi menular seksual
  • Memiliki riwayat pengobatan tertentu, seperti antibiotik dan golongan steroid
  • Penggunaan kontrasepsi tertentu
  • Diabetes tidak terkontrol
  • Penggunaan produk tertentu seperti pembersih dan sabun vagina
  • Penggunaan celana dalam yang terlalu ketat atau lembap

 

Gejala

Gejala dari trauma vagina dan vulva adalah sebagai berikut:

  • Nyeri pada vagina dan vulva, baik saat berhubungan seksual ataupun tidak
  • Nyeri pada bagian perut
  • Terdapat memar dan bengkak pada vagina
  • Terdapat luka pada bagian luar vagina
  • Adanya cairan pada vagina
  • Kesulitan untuk buang air kecil

 

Diagnosis

Diagnosis dari trauma vagina dan vulva dapat ditegakkan dengan melakukan wawancara medis dengan dokter dan pasien, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

 

Wawancara Medis

Wawancara medis dapat menanyakan keluhan yang dialami pasien, keluhan tambahan lainnya, sejak kapan keluhan tersebut muncul, riwayat kehamilan atau persalinan, riwayat kontrasepsi, riwayat hubungan seksual, riwayat aktivitas sehari-hari, pola makan, riwayat pengobatan, riwayat penyakit sebelumnya, dan riwayat penyakit keluarga.

 

Pemeriksaan Fisik

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melakukan pemeriksaan umum yakni pemeriksaan tekanan darah, laju napas, suhu tubuh, dan nadi. Kemudian dokter juga akan melakukan pemeriksaan spesifik pada vagina, yakni dengan melakukan inspeksi atau melihat kondisi vulva atau vagina bagian luar. Melihat apakah adanya perubahan bentuk, perubahan warna, adanya luka bagian luar, adanya cairan vagina, dan bau yang tidak sedap. Kemudian dokter juga dapat melakukan palpasi atau perabaan pada bagian vulva untuk memeriksa adanya nyeri, atau bengkak pada bagian mulut vagina. Selain itu, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan dengan alat bernama spekulum untuk melihat kondisi vagina bagian dalam untuk melihat adanya kelainan pada vagina.

 

Pemeriksaan Penunjang

Bila diperlukan, dokter dapat melakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan akan bergantung dengan jenis trauma. Dokter dapat melakukan pemeriksaan seperti pengambilan sampel vagina, Computed Tomography (CT) Scan, atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) bila memang perlu.

 

Tata Laksana

Pengobatan trauma pada vagina dan vulva secara umum dapat dibagi menjadi dua, yakni pengobatan non-operasi atau tanpa pembedahan, dan operasi atau dengan pembedahan. Pengobatan dapat melibatkan tenaga kesehatan dari berbagai bidang, seperti dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter spesialis kulit dan kelamin, dokter spesialis bedah plastik, dokter umum, psikolog, dan psikiater.

 

Pengobatan non-operasi

Pengobatan non-operasi dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan tertentu sesuai dengan gejala yang muncul untuk meringankan gejala. Obat-obatan yang dimaksud dapat berupa obat pengurang rasa nyeri, obat untuk membantu menghentikan perdarahan, dan obat untuk infeksi menular seksual bila terdapat indikasi pasien mengalami infeksi menular seksual. Selain itu, terapi konseling juga dapat dipertimbangkan terutama untuk kasus trauma vagina dan vulva pada kasus akibat kekerasan seksual.

 

Pengobatan operasi

Pengobatan operasi dapat dilakukan pada kasus trauma vagina dan vulva yang parah dan membutuhkan rekonstruksi ulang. Terapi ini dilakukan untuk kasus pasien yang memiliki perubahan bentuk vagina dan vulva yang terlalu drastis, perdarahan yang tak kunjung berhenti, dan kasus trauma vagina yang mempengaruhi fungsi dari vagina dan vulva seperti fungsi berkemih. Pengobatan operasi dilakukan oleh dokter spesialis kandungan dan kebidanan konsultan uroginekologi atau dokter spesialis bedah plastik.

Setelah melakukan pengobatan operasi, selanjutnya dokter akan melakukan follow up atau pemantauan rutin pada bagian vagina dan vulva. Pemantauan dilakukan untuk melihat keberhasilan terapi, tindakan, dan perkembangan pengembalian fungsi vagina. Kemungkinan trauma vagina untuk sembuh dan kembali ke fungsi nya seperti sedia kala sangat besar bila didiagnosis dan diberikan pengobatan yang tepat dan sesuai.

 

Komplikasi

Komplikasi dari trauma vagina dan vulva antara lain adalah sebagai berikut:

  • Nyeri permanen pada vagina saat berhubungan seksual atau berkemih
  • Trauma psikologis
  • Ketidakmampuan untuk berkemih atau menahan kencing
  • Perdarahan berlebih pada vagina
  • Adanya jaringan parut atau bekas luka pada bagian vulva
  • Rentan mengalami infeksi pada bagian vagina

 

Pencegahan

Trauma vagina dan vulva dapat dicegah dengan berbagai cara yakni sebagai berikut:

  • Menjaga kebersihan vagina dengan membasuh vagina dengan air bersih setelah berkemih dari arah depan ke belakang satu arah
  • Tidak menggunakan pakaian dalam yang terlalu ketat dan lembap, gunakan pakaian dalam dari bahan yang menyerap keringat seperti bahan katun
  • Menghindari aktivitas fisik yang berlebihan dan berisiko memberikan cedera pada bagian vulva dan vagina
  • Menghindari memasukkan benda asing ke bagian vagina
  • Untuk trauma vaginal dan vulva akibat proses persalinan, dapat dicegah dengan melakukan olahraga dan yoga untuk meregangkan otot panggul saat kehamilan

 

Kapan Harus ke Dokter?

Segeralah ke dokter bila Anda mengalami pendarahan, nyeri yang tidak kunjung berhenti pada vagina, atau gejala – gejala di atas. Anda dapat berobat ke instalasi gawat darurat atau instalasi gawat darurat.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Lovira Ai Care
Editor :
  • dr. Monica Salim
Last Updated : Jumat, 14 April 2023 | 08:38