Brand/Nama Lain
Recormon, Mircera (kombinasi dengan methoxypolyethylene glycol).
Cara Kerja
Epoetin beta adalah obat yang termasuk ke dalam golongan erythropoietin stimulating agents (ESA), bentuk sintetis atau buatan dari hormon alami tubuh, yaitu eritropoietin. Hormon eritropoietin adalah hormon yang dihasilkan ginjal untuk membantu produksi sel darah merah di sumsum tulang.
Pada pasien yang mendapat memiliki penyakit ginjal, anemia atau kondisi ketika jumlah sel darah merah dalam tubuh rendah dapat terjadi. Hal ini karena produksi eritropoietin berkurang atau karena tubuh tidak berespon terhadap eritropoietin alami secara optimal. Pada kondisi seperti ini, epoetin beta digunakan untuk meningkatkan jumlah sel darah merah.
Obat ini termasuk ke dalam golongan obat yang sama dengan epoetin alfa, namun memiliki masa kerja di dalam tubuh yang lebih lama, sehingga frekuensi penggunaannya lebih rendah daripada epoetin alfa.
Anda bisa membaca lebih jauh mengenai obat epoetin alfa di sini: Epoetin Alfa - Cara Kerja, Indikasi, dan Kontraindikasi.
Indikasi
Obat ini digunakan untuk mengatasi anemia pada pasien dengan penyakit ginjal kronis, baik pada dewasa maupun anak-anak. Obat ini juga digunakan untuk mencegah anemia pada bayi yang lahir prematur dengan berat 750-1500 gr dan umur kehamilan kurang dari 34 minggu.
Di Eropa, penggunaan obat ini sebagai terapi anemia pada pasien dengan kanker nonmyeloid telah disetujui badan obat-obatan eropa (European Medicines Agency/EMA), namun di Indonesia obat ini hanya disetujui untuk digunakan pada pasien dengan penyakit ginjal kronis dan anemia pada bayi prematur.
Kanker nonmyeloid sendiri adalah seluruh jenis kanker selain leukemia myeloid, jenis kanker leukemia yang paling banyak ditemukan pada orang dewasa.
Anda bisa membaca lebih jauh mengenai penyakit ginjal di sini: Penyakit Ginjal Kronis - Definisi, Penyebab, dan Faktor Risiko.
Kontraindikasi
- Tekanan darah tinggi berat yang tidak terkendali.
- Memiliki alergi atau hipersensitivitas terhadap obat ini ataupun eritropoietin rekombinan yang lain.
- Pasien dengan pure red cell aplasia (PRCA) setelah menjalani terapi dengan eritropoietin. Kondisi ini terjadi akibat dihasilkannya antibodi terhadap komponen protein yang ada dalam obat ini oleh tubuh. Antibodi ini akan menyerang eritropoietin alami tubuh dan membuat produksi sel darah merah dalam sumsum tulang menurun, tanpa mengganggu produksi sel darah yang lain.
Efek Samping
Efek samping yang dapat terjadi adalah:
- Diare
- Muntah
- Konstipasi
- Gejala seperti flu (pilek, bersin, hidung tersumbat)
- Nyeri kepala
- Nyeri di kaki atau tangan
Peningkatan tekanan darah dapat terjadi setelah penggunaan obat ini dan pada kasus yang lebih jarang tekanan darah dapat meningkat sangat tinggi menyebabkan ensefalopati (gangguan pada struktur atau fungsi otak), yang ditandai dengan:
- Nyeri kepala
- Kebingungan
- Gangguan bicara atau berjalan
- Kejang
Penggunaan obat ini dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah di pembuluh darah (tromboemboli), sehingga dapat meningkatkan risiko serangan jantung, stroke dan deep vein thrombosis (DVT).
Anda bisa membaca lebih jauh mengenai ensefalopati di sini: Ensefalopati - Definisi, Penyebab, dan Faktor Risiko.
Sediaan
Cairan injeksi yang telah dikemas dalam alat suntik (pre-filled syringe) dengan berbagai kekuatan, mulai dari 2.000 IU hingga 30.000 IU.
Dosis
Anemia pada Penyakit Ginjal Kronis
- Obat bisa diberikan pada pasien dewasa dan anak.
- Dosis awal 60 IU per kilogram berat badannya setiap minggu melalui suntikan di bawah kulit, terbagi dalam 1-7 dosis dan digunakan selama 4 minggu.
- Jika suntikan diberikan ke dalam pembuluh darah, dosis disesuaikan menjadi 40 IU per kilogram berat badannya tiga kali seminggu selama 4 minggu.
- Dosis dapat ditingkatkan sebulan sekali sesuai dengan respon pasien dengan besar peningkatan 60 IU/kg/minggu.
Anemia pada Bayi Prematur
- 250 UI/kg tiga kali seminggu, dengan waktu pemberian terbaik dimulai dalam 3 hari setelah kelahiran dan dilanjutkan sampai 6 minggu.
Keamanan
Kategori C dalam kehamilan. Tidak terdapat data yang memadai terkait eprosartan dari penelitian baik dari hewan atau dari manusia, atau terdapat efek merugikan pada janin dalam percobaan hewan tetapi belum terdapat data pada manusia.
Interaksi Obat
Bila diberikan bersama obat penurun tekanan darah golongan penghambat ACE dan antagonis reseptor angiotensin II, bisa meningkatkan risiko hiperkalemia atau peningkatan kadar kalium dalam darah.
- dr Hanifa Rahma