Tulang manusia adalah salah satu bagian terkuat dalam tubuh kita. Namun seiring bertambahnya usia, banyak orang yang mengalami tulang keropos akibat menurunnya kepadatan tulang. Kondisi ini dikenal dengan istilah osteoporosis, yaitu hilangnya massa tulang yang membuat tulang menjadi lebih tipis.
Tulang yang keropos membuat tulang rentan rapuh dan mudah patah. Akibatnya, hal ini tentu mengganggu berbagai aktivitas sehari-hari. Banyak yang mengira pengeroposan tulang hanya bisa dialami oleh orang tua. Namun faktanya, ada beberapa kebiasaan sehari-hari di usia muda yang tanpa disadari dapat mempercepat proses osteoporosis di hari tua.
Kebiasaan buruk yang mempercepat pengeroposan tulang
1. Merokok
Dilansir dari Everyday Health, merokok adalah kebiasaan yang secara tidak langsung dapat membuat tulang lebih mudah keropos. Rokok mengandung berbagai zat kimia berbahaya dan memicu munculnya radikal bebas yang dapat merusak sel pembentukan tulang. Selain itu, merokok juga meningkatkan hormon kortisol yang dapat melemahkan tulang dan memengaruhi produksi hormon kalsitonin yang bertugas untuk menguatkan tulang.
2. Kurang gerak
Gaya hidup sedentari atau kurang aktif bergerak yang saat ini mulai banyak dialami usia produktif dan menjadi salah satu pemicu cepatnya pengeroposan tulang. Tulang sebagai penyokong badan dan bagian utama dalam pergerakan tubuh perlu sering digunakan dengan baik untuk menjaga struktur dan kekuatan tulang. Sebaliknya, apabila tulang jarang digunakan maka fungsinya pun akan melemah.
3. Jarang terpapar matahari
Menghabiskan waktu di dalam rumah memang menyenangkan, namun dikutip dari WebMD, orang yang terlalu lama menghabiskan keseharian di rumah berisiko mengalami pengeroposan tulang lebih cepat. Matahari adalah salah satu sumber vitamin D terbaik selain dari makanan dan minuman berkalsium. Akibatnya, orang yang jarang terpapar matahari dapat berisiko kekurangan vitamin D sehingga menyebabkan tulang mudah rapuh.
4. Makan garam terlalu banyak
Bagi penggemar makanan asin, perlu mewaspadai kebiasaan makan-makanan dengan tinggi garam. Pasalnya, makanan yang mengandung garam diyakini berpengaruh pada penurunan kepadatan tulang. Ketika kadar natrium dalam tubuh meningkat, tubuh akan secara otomatis melepaskan lebih banyak kalsium melalui air seni. Jika kebiasaan ini terus berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, maka kepadatan tulang akan menurun dan mudah mengalami pengeroposan tulang.
5. Olahraga berlebihan
Olahraga tentu baik bagi kekuatan otot dan tulang. Namun ternyata olahraga berlebihan dapat menyebabkan osteoporosis. Pada wanita, olahraga berlebihan dapat mengganggu siklus menstruasi. Mestruasi yang tidak teratur dapat menyebabkan berbagai efek negatif pada tulang. Olahraga berlebihan disertai diet rendah kalori dan rendah kalsium menyebabkan penurunan massa tulang.
6. Minum minuman beralkohol
Minum-minuman yang mengandung alkohol juga dapat memicu osteoporosis lebih cepat. Alkohol dapat memengaruhi fungsi pankreas dan hati yang juga memengaruhi kadar kalsium dan vitamin D di dalam tubuh. Alkohol juga meningkatkan hormon kortisol dan menurunkan produksi testosteron dan estrogen yang dapat berisiko melemahkan tulang sehingga memicu osteoporosis.
Bagi Anda yang sering melakukan kebiasaan di atas dan mulai muncul gejala osteoporosis seperti mudah patah tulang dan nyeri punggung akibat patah tulang, maka sebaiknya segera periksa kadar vitamin D dalam darah dan lakukan pemeriksaan umum ke dokter. Apabila Anda memiliki faktor risiko untuk mengalami osteoporosis seperti berjenis kelamin perempuan, berusia lanjut, mengalami menopause dan mengalami masalah hormonal, maka sebaiknya lakukan pemeriksaan rutin ke dokter untuk mencegah osteoporosis.
- Editor AI Care
- Marie Suszynski. 6 Habits That Are Bad For Your Bones (2017). Available from : Habits That Are Bad for Your Bones | Everyday Health
- Debra Stang. What Do You Want to Know About Osteoporosis (2019). Available from : Osteoporosis: Everything You Need to Know (healthline.com)
- M O'Brien. Exercise and Osteoporosis (2001). Available from : Exercise and osteoporosis - PubMed (nih.gov)