Dalam beberapa waktu terakhir ini, Indonesia digemparkan oleh kasus Gangguan ginjal akut misterius yang menyerang anak-anak berusia 6 bulan sampai 18 tahun. Kasus Gangguan ginjal akut ini tidak diketahui dengan jelas apa penyebabnya, sehingga sampai hari ini Kemenkes bekerja sama dengan seluruh pihak terus menyelidikinya.
Melihat adanya peningkatan kasus Gangguan ginjal tersebut, maka Kemenkes meminta agar seluruh masyarakat terutama orang tua tetap waspada dan tidak panik. Kemenkes juga tengah mengusahakan pemberian Fomepizole sebagai pengobatan pasien Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal, yang akan diberikan secara gratis.
Gangguan Ginjal Akut pada Anak dan Penyebabnya
Gangguan ginjal akut adalah penurunan cepat dan tiba-tiba pada fungsi penyaringan ginjal.
Biasanya ditandai dengan peningkatan kadar kreatinin darah atau peningkatan konsentrasi nitrogen-urea darah; dan/atau penurunan sampai tidak ada sama sekali produksi air kemih. Dalam beberapa kasus, kondisi ginjal dapat dikembalikan secara normal, tergantung pada seberapa besar kerusakannya.
Ada banyak hal yang dapat menyebabkan Gangguan ginjal akut, di antaranya:
- Berkurangnya aliran darah ke ginjal akibat pendarahan atau syok
- Tersumbatnya saluran kemih
- Kondisi tertentu yang memperlambat atau menghentikan aliran oksigen ke ginjal
- Sindrom uremik hemolitik yang disebabkan oleh infeksi E. coli
- Glomerulonefritis (peradangan pada glomerulus ginjal)
- Efek samping dari obat tertentu yang menyebabkan problem ginjal
Baca juga mengenai Sindrom Uremik Hemolitik
Gangguan Ginjal Akut yang Ditemukan di Indonesia
Gangguan ginjal akut pada anak-anak yang ditemukan di Indonesia sebenarnya belum diketahui jelas apa penyebabnya. Namun sebagian pasien memiliki gejala yang menyertai seperti:
- Diare
- Muntah
- Demam selama 3-5 hari
- Batuk dan pilek
- Jarang berkemih atau tidak buang air kecil sama sekali
Berdasarkan rilis dari WHO atas kasus di Gambia, di dalam tubuh pasien anak-anak yang mengalami Gangguan ginjal akut ditemukan adanya kerusakan ginjal akibat zat kimia yang ditemukan di dalam obat-obatan yang diminum di rumah.
Untuk mencari tahu apa penyebab Gangguan ginjal akut yang dialami lebih dari 200 anak di Indonesia ini, Kemenkes telah meminta pengecekan terhadap obat-obatan sirup yang diduga tercemar etilen glikol seperti kasus yang terjadi di Gambia.
Mengenal Fomepizole yang Digunakan untuk Mengobati Gangguan ginjal Akut
Fomepizole saat ini telah diupayakan oleh Kemenkes untuk digunakan mengobati pasien Gangguan ginjal akut. Dikatakan bahwa dengan mengonsumsi fomepizole maka pasien AKI yang sebelumnya tidak buang air kecil, bisa buang air kecil; anak yang semula tidak sadar menjadi sadar. Sebenarnya apakah fomepizole?
Fomepizole adalah penangkal yang digunakan untuk mengobati keracunan akibat etilen glikol (antibeku) atau metanol yang terkandung di dalam bahan bakar, bahan kimia rumah tangga atau otomotif. Biasanya, fomepizole ini digunakan bersama dengan hemodialisis 'cuci darah' untuk membersihkan tubuh dari racun.
Fomepizole dipertimbangkan digunakan bersamaan dengan hemodialisis untuk mengoreksi kelainan metabolik dan untuk menurunkan konsentrasi etilen glikol di bawah 50mg/dL.
Efek Samping Fomepizole
Dosis pemberian Fomepizole disesuaikan dengan kondisi setiap pasien. Anda mungkin perlu mewaspadai munculnya efek samping setelah mengonsumsi obat ini, di antaranya:
- Ruam kemerahan pada kulit
- Heartburn
- Mual
- Muntah
- Diare
- Kehilangan nafsu makan
- Rasa kantuk yang sulit ditahan
- Kecemasan
- Sakit kepala
- Rasa seperti metal di dalam mulut
- Perasaan seperti mabuk
- Sakit punggung
- Sakit tenggorokan
- Telinga berdenging
- Perubahan penglihatan
- Perubahan pada indera penciuman dan perasa
Pun demikian, Anda tidak perlu khawatir, karena pemberian obat tersebut berada di bawah pengawasan dokter. Dokter juga akan terus memantau pernapasan, tekanan darah, kadar oksigen, fungsi ginjal, dan tanda vital lain saat mengonsumsi fomepizole.
Diharapkan dengan pemberian Fomepizole, anak-anak yang mengalami Gangguan ginjal akut dapat diselamatkan dan angka kematian dapat ditekan seminim mungkin. Selain itu, selama penelitian terhadap obat-obatan sirup yang beredar bebas belum jelas hasilnya, pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter apabila anak mengalami demam, batuk, pilek, atau membutuhkan pengobatan untuk mengatasi gejalanya. Hindari memberi pengobatan pada anak tanpa pengawasan dokter.