HIV adalah virus yang dapat menyebabkan HIV/AIDS. Penyakit kronis ini merusak sel-sel kekebalan tubuh sehingga tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melindungi diri dari infeksi dan penyakit.
HIV yang dibiarkan berkembang akan menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan, salah satunya HIV ensefalopati.
Apa itu HIV Ensefalopati?
HIV ensefalopati adalah komplikasi HIV yang memengaruhi volume dan struktur otak. Otak dapat mengalami peradangan dan berbagai gejala kesehatan mental serta kesulitan intelektual dengan adanya komplikasi ini.
Ensefalopati HIV juga disebut gangguan neurokognitif HIV, yang kemudian dapat berkembang menjadi demensia terkait HIV atau demensia AIDS. Artinya, baik HIV maupun AIDS dapat memicu penurunan kemampuan kognitif yang pada akhirnya menyebabkan demensia.
Seperti komplikasi lainnya, saat ini tidak ada obat untuk menyembuhkan ensefalopati HIV. Terapi antiretroviral dapat membantu mengelola kondisi dan memperlambat perkembangan gejalanya, sehingga adalah sangat penting untuk mendapatkan skrining HIV dan pengobatan HIV sejak dini.
Baca Juga: Didiagnosis Positif HIV, Apa yang Harus Dilakukan?
Apa itu Demensia?
Demensia umumnya dialami oleh orang di usia lanjut, namun demensia bukanlah bagian dari tanda penuaan yang normal. Hanya sepertiga usia lanjut saja yang mengalami demensia, sedangkan lainnya tidak.
Dengan demensia berarti Anda kehilangan fungsi kognitif, seperti berpikir, mengingat dan bernalar yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Demensia terkadang juga dapat menyebabkan Anda kesulitan mengendalikan emosi dan mengubah kepribadian. Gejalanya berkisar dari yang paling ringan hingga berat.
Gejala HIV Ensefalopati
Mirip seperti demensia, HIV ensefalopati juga menyebabkan gejala yang berkaitan dengan fungsi kognitif, suasana hati dan kepribadian. Anda mungkin akan semakin kesulitan mengingat detail keseharian atau kehilangan minat pada aktivitas favorit Anda.
HIV ensefalopati juga dapat menyebabkan masalah dengan gerakan fisik, misalnya kebutuhan waktu yang lebih lama untuk melakukan tugas-tugas sederhana seperti mengikat tali sepatu, mengancingkan baju atau mengambil air minum. Gangguan fungsi kognitif maupun gerakan fisik ini semakin memburuk seiring dengan penyebaran infeksi virus di dalam tubuh.
Orang dengan HIV ensefalopati cenderung memiliki gejala di antaranya sebagai berikut:
- Menjadi pelupa
- Bermasalah dengan fokus dan konsentrasi
- Kesulitan mengikuti percakapan
- Menarik diri dari hubungan sosial dengan orang lain
- Depresi
- Menunjukkan gejala gangguan kognitif seperti kebingungan, kurangnya koordinasi, meningkatnya kesulitan berbicara, dan kesulitan berjalan
- Tremor
- Ketidakmampuan untuk merawat diri sendiri
- Psikosis (kehilangan kontak dengan kenyataan)
Tidak diketahui dengan pasti apa penyebab HIV ensefalopati dapat berkembang di dalam pengidap HIV. Diperkirakan bahwa peradangan dan kerusakan terjadi saat virus mempengaruhi sel-sel otak.
Baca Juga: Kenali Jenis Demensia, Ternyata Penyebab dan Gejalanya Beragam
Bisakah HIV Ensefalopati Diobati?
HIV ensefalopati tidak terjadi begitu saja. Gejalanya mungkin sangat ringan pada awalnya, namun kemudian akan berkembang seiring waktu.
HIV Ensefalopati dikategorikan menjadi tiga, di antaranya:
- Gangguan neurokognitif asimtomatik - di mana pada tahapan ini tidak ada gejala penurunan kognitif
- Gangguan neurokognitif ringan terkait HIV - pada tahap ini mungkin ada gejala penurunan kognitif ringan
- Ensefalopati HIV - terjadi gejala penurunan kognitif yang parah
HIV Ensefalopati tidak dapat disembuhkan dan dihilangkan, namun dengan pengobatan antiretroviral gejalanya dapat dikelola dengan baik dan memperlambat tingkat keparahannya. Jadi, jika Anda berisiko tinggi terhadap HIV maka sebaiknya segera dapatkan pemeriksaan HIV sehingga dokter bisa segera memberikan pengobatan bila hasilnya positif. Pemeriksaan dan pengobatan dini, tidak hanya mencegah komplikasi HIV namun juga mencegah penyebaran HIV pada orang terdekat Anda.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr. Monica Salim