Pengidap HIV (human immunodeficiency virus) yang sudah menjalani pengobatan ARV perlu rutin melakukan pemeriksaan darah untuk memantau viral load atau kadar virus dalam darah. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana efektivitas pengobatan ARV pada pasien.
Jika hasil viral load rendah, berarti kadar virus dalam darah sedikit. Pengobatan ARV dapat dikatakan berhasil dalam mengendalikan virus HIV di tubuh.
Selain pemeriksaan viral load, pengidap HIV juga dianjurkan melakukan pemeriksaan diabetes. Pasalnya, pengidap HIV memiliki risiko lebih tinggi mengalami diabetes. Mengapa demikian?
Mengapa Pengidap HIV Berisiko Mengalami Diabetes?
HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Pada tubuh pasien HIV, juga terjadi proses peradangan yang berlangsung dalam waktu lama. Kondisi ini akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mereka menjadi rentan mengalami infeksi dan penyakit lainnya.
Dengan menjalani pengobatan ARV (antiretroviral), perkembangan dan reproduksi virus dalam tubuh dapat ditekan. HIV dapat bertahan dalam tubuh manusia dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu, pengidap HIV dianjurkan mengonsumsi obat-obatan ARV seumur hidup agar kondisi pasien tidak berkembang menjadi penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).
Baca Juga: Brittle Diabetes, Ketika Gula Darah Naik Turun dan Sulit Dikendalikan
Dilansir dari Healthline, pengobatan ARV dapat meningkatkan harapan hidup bagi pengidap HIV dan menurunkan angka kematian akibat HIV/AIDS.
Namun obat ARV ternyata juga dapat meningkatkan risiko diabetes. Beberapa antiretroviral dapat memengaruhi metabolisme gula darah di tubuh, memicu resistensi insulin dan memengaruhi kerja pankreas dalam menghasilkan insulin. Hormon insulin berperan dalam mengontrol kadar gula darah di tubuh.
Karena pasien HIV juga berisiko mengalami diabetes, pasien HIV dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan darah rutin termasuk kadar gula darah.
Baca Juga: Jangan Takut Menyusui, Begini Cara Cegah HIV dari Ibu ke Bayi
Kapan Pengidap HIV Perlu Melakukan Pemeriksaan Diabetes?
Agar dapat memantau kadar gula dalam darah dan efek samping pengobatan HIV, pengidap HIV dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan sebelum memulai pengobatan ARV. Beberapa pengidap HIV yang memiliki kadar gula darah tinggi kemungkinan perlu menghindari beberapa antiretroviral tertentu. Pemeriksaan kadar gula darah juga perlu dilakukan secara rutin untuk memantau efek samping yang mungkin timbul setelah menjalani pengobatan HIV. Dokter akan memberikan alternatif pengobatan HIV apabila kadar gula darah ditemukan berada di atas normal.
Tips Mencegah Diabetes bagi Pengidap HIV
Bagi pengidap HIV yang sedang menjalani pengobatan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah risiko diabetes yaitu:
Menjaga berat badan
Apabila Anda memiliki berat badan berlebih, upayakan agar berat badan Anda turun hingga mencapai angka ideal. Apabila sulit untuk mencapai berat yang ideal, sebaiknya jaga berat badan Anda agar tidak mengalami lonjakan.
Menjaga pola makan
Mencegah diabetes dapat dilakukan dengan menjaga pola makan. Batasi konsumsi makanan manis, makanan berlemak dan mengandung garam untuk menjaga kadar gula dalam darah.
Rutin berolahraga
Selain menjaga pola makan, Anda juga dianjurkan untuk bergerak aktif atau berolahraga minimal 30 menit per hari, selama 3-5 kali per minggu.
Pengidap HIV perlu melakukan pemeriksaan darah secara rutin untuk memantau efektivitas pengobatan ARV dan kadar gula darah. Apabila terjadi peningkatan kadar gula darah akibat penggunaan obat-obatan HIV, maka sebaiknya segera konsultasikan ke dokter.
Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!
- dr Hanifa Rahma
HIV Info. (2021). HIV and Diabetes. Available from: https://hivinfo.nih.gov/understanding-hiv/fact-sheets/hiv-and-diabetes#.
Morgan, K. (2022). HIV and Diabetes. Available from: https://www.webmd.com/hiv-aids/hiv-diabetes.
Yetman, D. (2022). What to Know About HIV and Diabetes. Available from: https://www.healthline.com/health/hiv-aids/hiv-aids-and-diabetes.