Withdrawal syndrome atau gejala putus obat biasa dialami oleh orang yang berhenti menggunakan narkoba, alkohol, atau zat adiktif lainnya. Gejala ini dapat berlangsung selama beberapa hari atau minggu, tergantung dari seberapa parah tingkat kecanduan dan respons tubuh. Apa saja gejala putus obat dan bagaimana penanganannya? Simak uraiannya berikut ini. 

Apa Itu Withdrawal Syndrome?

Gejala putus obat adalah respons alami tubuh ketika Anda berhenti menggunakan obat-obatan yang memicu kecanduan seperti obat penenang, inhalant, narkoba, dan zat lainnya.

Ketika Anda menggunakan obat-obatan atau zat tertentu, tubuh akan membentuk toleransi terhadap zat tersebut. Semakin sering menggunakan zat tersebut, tubuh akan kebal sehingga membutuhkan dosis yang lebih besar untuk mendapatkan efek yang sama. Inilah kondisi dimana Anda mengalami ketergantungan. 

Ketika Anda berhenti mengurangi penggunaan sesuatu zat dan berhenti secara tiba-tiba atau drastis, Anda akan mengalami berbagai gejala yang memengaruhi kondisi emosional dan fisik. Kondisi inilah yang dikenal dengan istilah gejala putus obat. 

Intensitas dan durasi gejala putus obat ini sangat bervariasi, bergantung pada beberapa faktor seperti jenis obat, lamanya penggunaan, usia, dan kondisi kesehatan Anda secara keseluruhan.

Pada kondisi tertentu, gejala putus obat bisa terasa sangat berat dan berpotensi berbahaya. Untuk itu, sebaiknya konsultasikan ke dokter sebelum mengonsumsi obat, dan hindari penggunaan narkoba atau zat adiktif lainnya. 

Baca Juga: Bagaimana Tahapan Rehabilitasi bagi Pecandu Narkoba di Indonesia?

Gejala Withdrawal Syndrome

Gejala withdrawal syndrome dapat terjadi berbeda-beda pada setiap orang, tergantung dari jenis obat yang dipakai, cara penggunaan, dosis dan berapa lama Anda sudah menggunakannya. Beberapa gejala yang muncul dapat berupa gangguan psikis dan fisik seperti beriikut: 

• Perubahan nafsu makan
• Perubahan suasana hati
• Mudah marah
• Depresi
• Menggigil
• Hidung tersumbat
• Badan mudah lelah
• Nyeri otot
• Mual
• Gelisah
• Susah tidur
• Berkeringat
• Tremor
• Muntah

Pada beberapa kasus parah, gejala putus obat bisa ditandai dengan halusinasi, kejang, dan delirium. Gejala putus obat pada beberapa orang bisa berlangsung beberapa hari, namun pada sebagian lainnya dapat berlangsung hingga seminggu. Umumnya gejala putus obat yang bersifat gangguan mental seperti depresi dapat berlangsung lebih lama dari gejala fisik yang dialami. 

Baca Juga: Metode Cold Turkey untuk Menghentikan Kecanduan, Benarkah Efektif?

Penanganan Withdrawal Syndrome

Penanganan gejala putus obat membutuhkan banyak dukungan dari orang terdekat dan tim medis yang sesuai. Penanganan meliputi konsumsi obat-obatan, perubahan gaya hidup, pendampingan psikis, dan jika dibutuhkan detoksifikasi medis.

Beberapa penanganan yang bisa diberikan antara lain: 

• Dukungan keluarga dan orang terdekat
• Terapi perilaku 
• Bergabung dengan kelompok pemulihan untuk mendapatkan dukungan dan informasi seputar pemulihan 
• Minum obat untuk mengurangi gejala seperti mual, kecemasan atau susah tidur
• Makan makanan bergizi
• Menghabiskan waktu di alam
• Berolahraga secara rutin
• Tidur yang cukup

Menghentikan penggunaan obat-obatan tertentu secara drastis seperti obat antidepresan atau opioid dapat mengancam jiwa. Meskipun menghentikan kecanduan adalah hal yang baik, namun sebaiknya konsultasikan dengan dokter sebelum Anda memutuskan untuk berhenti. Dokter akan merekomendasikan program rehabilitasi yang sesuai dengan kondisi Anda. 

Jika memiliki pertanyaan seputar penggunaan obat-obatan dan gejala putus obat Anda dapat berkonsultasi ke dokter atau manfaatkan fitur konsultasi pada aplikasi Ai Care. 

Mau tahu tips dan trik kesehatan, pertolongan pertama, dan home remedies lainnya? Cek di sini, ya!