Keguguran (Abortus)

Kenali jenis dan gejala dari abortus.

Bagikan :


Definisi

Abortus, atau dikenal juga dengan keguguran adalah kehilangan spontan kehamilan atau kematian janin sebelum usia kehamilan ibu mencapai 20 minggu. Berat janin umumnya kurang dari 500 gram. Abortus merupakan salah satu dari lima penyebab kematian ibu terbesar, setelah perdarahan, hipertensi (tekanan darah tinggi) dalam kehamilan, infeksi, dan persalinan lama/macet.

Abortus merupakan salah satu penyebab perdarahan yang terjadi pada kehamilan trimester pertama dan kedua kehamilan. Abortus juga merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak kesakitan dan kematian ibu. Abortus merupakan mimpi buruk setiap ibu hamil yang mendambakan kehadiran buah hati.

Terdapat berbagai macam jenis abortus, di antaranya:

  • Abortus komplet: Seluruh produk hasil konsepsi (jaringan janin) keluar dari rahim dengan mulut rahim yang seluruhnya terbuka. 
  • Abortus inkomplet: Sebagian jaringan janin keluar dari rahim, biasanya diperlukan tindakan seperti kuretase agar seluruh jaringan dapat keluar dengan sempurna
  • Abortus insipiens: Abortus yang tidak bisa dihindari, walaupun jaringan masih berada di dalam rahim tetapi mulut rahim sudah terbuka.
  • Abortus iminens: Jenis abortus yang mengancam, mulut rahim masih tertutup dan janin masih hidup di rahim. Perlu dilakukan tindakan segera agar bayi bisa diselamatkan.
  • Missed abortion: Pada kasus ini, embrio sudah meninggal dalam kandungan sebelum usia 20 minggu dan seluruh hasil konsepsi masih berada di dalam rahim. Biasanya ibu tidak menyadari bahwa janin tidak berkembang atau meninggal di dalam rahim

 

Penyebab

Umumnya kasus abortus disebabkan oleh kelainan kromosom atau genetik pada janin, sehingga janin tidak dapat berkembang dan meninggal. Kelainan kromosom menyebabkan sekitar 50% kasus keguguran dari seluruh kasus abortus di trimester pertama kehamilan. Biasanya masalah kromosom ini terjadi karena adanya masalah saat proses pembelahan embrio.

Selain itu, terdapat beberapa kondisi medis ibu yang bisa menyebabkan abortus, antara lain:

  • Terpapar zat-zat beracun pada awal kehamilan
  • Permasalahan hormon
  • Infeksi kehamilan
  • Malnutrisi
  • Menderita penyakit yang memengaruhi kekebalan tubuh
  • Merokok
  • Kelainan anatomi pada rahim
  • Penyakit sistemik pada ibu seperti diabetes yang tidak terkontrol
  • Gangguan kelenjar tiroid
  • Usia yang berisiko tinggi dalam kehamilan
  • Penyakit pada

Sebagai informasi, aktivitas rutin seperti berolahraga, hubungan seksual, dan bekerja seperti biasa, selama tidak terpapar zat kimia yang berbahaya, masih belum terbukti bisa menyebabkan abortus. Namun, selalu konsultasi dengan dokter spesialis kandungan untuk mengetahui kondisi Anda selama kehamilan.

 

Faktor risiko

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya abortus, yaitu:

  • Adanya riwayat abortus sebelumnya.
  • Usia ibu di atas 35 tahun.
  • Kondisi kronis seperti penyakit autoimun (kondisi sel imun berbalik menyerang sel tubuh yang sehat) dan diabetes melitus yang tidak terkontrol.
  • Adanya penyakit pada rahim atau leher rahim (serviks).
  • Malnutrisi.
  • Berat badan kurang atau lebih dari indeks massa tubuh.
  • Penggunaan alkohol dan obat-obatan tertentu.
  • Tes prenatal invasif memiliki risiko untuk menyebabkan abortus walaupun kemungkinannya sangat kecil, contohnya:
    • Tes genetik.
    • Amniosentesis, prosedur pengambilan cairan ketuban dari rahim untuk diperiksa lebih lanjut.
    • Chorionic vilus sampling (CVS), prosedur pengambilan sampel jaringan plasenta untuk diperiksa.
  • Penggunaan obat-obatan dan alkohol.
  • Gangguan pembekuan darah.
  • Kelainan darah.

 

Gejala

Gejala dari abortus bervariasi, tergantung kondisi ibu dan jenis abortus yang dialami. Namun secara garis besar, gejala abortus adalah sebagai berikut:

  • Perdarahan derajat ringan ataupun berat.
  • Kram perut bagian bawah.
  • Nyeri perut.
  • Kelelahan.
  • Nyeri punggung yang semakin memburuk.
  • Demam.
  • Penurunan berat badan.
  • Keluarnya lendir berwarna putih atau merah muda dari vagina.
  • Terdapat kontraksi di perut.
  • Keluar jaringan yang seperti gumpalan darah dari vagina.
  • Penurunan gejala kehamilan.

 

Diagnosis

Dalam menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan mulai dari wawancara medis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dokter akan bertanya mengenai gejala yang muncul. Pertanyaan yang bisa ditanyakan umumnya meliputi:

  • Hari pertama haid terakhir
  • Keluhan utama dan keluhan penyerta yang dirasakan
  • Riwayat keguguran 
  • Riwayat penyakit lain yang diderita

Setelah melakukan wawancara, dokter akan memeriksa tanda vital ibu seperti kondisi umum, tekanan darah, suhu, laju nafas, dan nadi. Pemeriksaan fisik dilanjutkan dengan memeriksa bagian luar vagina, dan memeriksa bagian dalam vagina bila dirasa perlu. Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan USG, pemeriksaan darah, dan urine bila dirasa perlu.

 

Tata Laksana

Penanganan abortus akan berbeda sesuai keparahan dan jenis abortusnya. Pada beberapa kasus yang ringan, janin masih mungkin untuk diselamatkan, dan tidak mengancam nyawa, dokter akan menyarankan ibu untuk beristirahat total hingga 2 minggu (bed rest) dan minum obat penguat kandungan untuk memulihkan keadaan.

Namun, pada kasus yang bersifat berat, sudah terjadi pengeluaran sebagian jaringan janin dan perdarahan hebat, maka dokter akan melihat kondisi ibu. Dokter dapat meresepkan obat tertentu untuk mempercepat proses pengeluaran jaringan janin yang ada di dalam rahim.

Namun, bila jaringan yang tersisa masih sangat banyak, bisa dilakukan tindakan dilatasi dan kuretase (prosedur pengambilan jaringan yang abnormal dari rahim( untuk menghilangkan sisa jaringan yang terdapat di rahim. Karena bila jaringan tidak dikeluarkan seluruhnya, ibu dapat menderita infeksi yang bersifat mengancam nyawa. Prosedur ini dapat dilakukan dengan bius total atau metode bius lainnya. Tentunya hanya dokter spesialis kandungan yang berhak untuk meresepkan obat dan melakukan tindakan ini. Setelah melakukan tindakan dilatasi dan kuretase, biasanya ibu akan kembali menstruasi setelah 4-6 minggu.

 

Pencegahan

Berikut merupakan pencegahan yang dapat dilakukan guna mencegah terjadinya abortus:

  • Melakukan pemeriksaan antenatal rutin

Dengan melakukan pemeriksaan antenatal rutin, Anda dapat mengetahui perkembangan janin Anda, sehingga dapat mencegah terjadinya kemungkinan terjadinya abortus.

  • Minum suplemen kehamilan

Suplementasi kehamilan yang mengandung asam folat minimal 400 mikrogram per hari dapat membantu mengurangi kemungkinan cacat janin, dan menurunkan risiko terjadinya abortus.

  • Menghindari paparan zat yang beracun

Paparan berbahaya seperti sinar radiasi, alkohol atau rokok dapat meningkatkan risiko abortus, sehingga ibu disarankan untuk menghindari paparan hal tersebut, terutama pada trimester pertama kehamilan.

  • Melakukan pola hidup sehat

Pola hidup sehat seperti di bawah ini dapat membantu mencegah risiko abortus, yakni:

    • Konsumsi makanan bergizi seimbang dengan sayur dan daging yang dimasak hingga matang
    • Hindari konsumsi makanan laut dengan kandungan merkuri yang tinggi
    • Makan buah setiap hari
    • Tidur 7–8 jam sehari
    • Minum air putih sesuai kebutuhan tubuh
    • Membatasi konsumsi garam dan gula selama kehamilan 
  • Melakukan skrining pranikah sebelum merencanakan kehamilan

Dengan melakukan skrining pranikah, Anda dan pasangan dapat mengetahui bila Anda memiliki kondisi yang dapat berisiko menyebabkan abortus dan dapat diantisipasi dengan baik.

  • Mengurangi konsumsi kafein

Kafein yang terkandung dalam berbagai makanan, terutama kopi dan teh sebaiknya dibatasi asupannya selama hamil. Disarankan bila meminum minuman yang mengandung kafein agar tidak melebihi 200 miligram setiap harinya.

  • Menjaga indeks massa tubuh (IMT)

Menjaga indeks massa tubuh agar tetap normal, jangan terlalu gemuk atau terlalu kurus, menjadi salah satu cara untuk menghindari abortus.

 

Komplikasi

Kondisi abortus dapat terjadi pada siapa saja, berbagai komplikasi dari abortus antara lain adalah:

  • Perdarahan: Hal ini dapat terjadi akibat mulut rahim yang terbuka terus menerus. Bila perdarahan tidak kunjung berhenti disertai dengan kulit dingin, pucat, nafas sesak, Anda harus segera ke instalasi gawat darurat.
  • Infeksi: 3% dari wanita dapat mengalami infeksi karena adanya jaringan janin yang tertinggal dalam rahim.
  • Sindrom Asherman: Walaupun jarang, sindrom ini merupakan komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan dilatasi dan kuretase yang ditandai dengan perlengketan rahim.
  • Abortus berulang: Risiko terjadinya abortus meningkat setelah terjadinya abortus.
  • Depresi dan gangguan kecemasan: Depresi dan gangguan kecemasan merupakan komplikasi yang terjadi terutama untuk ibu yang sudah mendambakan buah hati dalam waktu yang cukup lama. Maka dari itu, segeralah berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater untuk memastikan kondisi kejiwaan Anda setelah mengalami abortus.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Bila usia kehamilan Anda di bawah 20 minggu, lalu mengalami keluhan perdarahan dan nyeri perut hebat, maka Anda harus segera ke dokter untuk memastikan kondisi Anda. Pertolongan pertama dan penanganan yang cepat akan memberikan hasil yang maksimal.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Lovira Ai Care
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Kamis, 13 April 2023 | 09:56

Cleveland Clinic – Miscarriage. (2022). Retrieved 1 August 2022 from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/9688-miscarriage

MayoClinic – Miscarriage. (2021). Retrieved 1 August 2022 from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/pregnancy-loss-miscarriage/symptoms-causes/syc-20354298

WebMD – Miscarriage. (2020). Retrieved 1 August 2022 from https://www.webmd.com/baby/guide/pregnancy-miscarriage