Abses Retrofaring

Bagikan :


Definisi

Abses retrofaring adalah kumpulan nanah pada kelenjar getah bening retrofaring yang berada pada bagian belakang tenggorokan, dekat dengan tulang belakang leher. Kondisi ini paling sering terjadi pada anak berusia 2-4 tahun karena kelenjar getah bening retrofaring biasanya baru mulai mengecil pada usia 5 tahun. Meskipun jarang, anak yang lebih besar dan orang dewasa juga dapat terkena abses retrofaring.

Abses retrofaring merupakan penyakit yang jarang ditemui namun berpotensi untuk mengancam nyawa.

Penyebab

Pada anak usia dibawah 5 tahun, ruang retrofaring terdiri dari rangkaian kelenjar getah bening yang menerima aliran cairan limfa dari tenggorokan, amandel, sinus wajah, dan telinga tengah. Oleh karena itu, abses retrofaring pada anak biasanya disebabkan oleh menyebarnya infeksi saluran nafas, yaitu bisa dari tenggorokan, sinus wajah, amandel, atau hidung. Awalnya infeksi saluran nafas akan menyebabkan peradangan pada kelenjar getah bening leher yang selanjutnya akan menjadi abses retrofaring.

Sementara itu, pada anak yang lebih besar dan orang dewasa, abses retrofaring lebih banyak disebabkan oleh cedera pada dinding tenggorokan bagian belakang yang menyebabkan masuknya bakteri ke ruang tenggorokan belakang dan terbentuknya abses retrofaring. Cedera tersebut misalnya adalah tertelannya benda asing, prosedur medis pada bagian mulut dan tenggorokan, serta benda yang tajam, misalnya duri ikan. Sebanyak 25% kasus abses retrofaring disebabkan oleh cedera dinding tenggorokan bagian belakang.

Infeksi primer pada amandel dan gigi geligi juga dapat berkembang menjadi abses retrofaring, meskipun lebih sering menyebabkan abses peritonsil dan parafaring.

Salah satu penyebab yang jarang namun mungkin dari abses retrofaring adalah penyebaran langsung dari peradangan atau infeksi tulang belakang.

Organisme yang sering menyebabkan abses retrofaring adalah Group A Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, Bacteroides, Fusobacterium,spesiesHaemophilus, dan organisme saluran nafas lainnya. Banyak kasus infeksi disebabkan oleh lebih dari satu bakteri. Selain itu, HIV dan tuberkulosis juga semakin banyak ditemukan sebagai penyebab abses retrofaring. Organisme tersebut menyebabkan infeksi pada kelenjar getah bening di bagian belakang tenggorokan sehingga membentuk kumpulan nanah disitu.

Faktor Risiko

Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko abses retrofaring adalah:

  • Kebersihan mulut yang buruk
  • Diabetes mellitus atau kencing manis
  • Individu dengan penurunan sistem imun, misalnya penderita kanker, penerima obat penekan sistem imun (misalnya steroid), penderita HIV/AIDS, dan pasca transplantasi organ
  • Status sosioekonomi rendah

Gejala

Abses retrofaring pada fase awal menyerupai radang tenggorokan biasa. Seiring meluasnya infeksi, gejala terkait sumbatan saluran nafas menjadi lebih jelas dan umumnya bertambah buruk seiring dengan berjalannya waktu. Gejala yang dapat ditimbulkan akibat adanya abses retrofaring adalah:

  • Nyeri tenggorokan
  • Nyeri menelan atau sulit menelan
  • Demam
  • Kaku leher
  • Suara mengorok saat bernafas
  • Pembesaran kelenjar getah bening pada leher
  • Sesak nafas, pernafasan cepat
  • Suara teredam
  • Tidak dapat mengontrol air liur sehingga air liur menetes
  • Tidak dapat atau kesulitan membuka mulut
  • Nyeri dada (jika ada penyebaran ke rongga dada)
  • Anak mungkin cenderung memiringkan kepala atau leher ke satu sisi, atau berbaring dengan menengadahkan kepala agar lebih mudah bernafas

Pada fase awal mungkin hanya terjadi peradangan dan pembengkakan ringan-sedang pada tenggorokan, sehingga Anda mungkin kesulitan makan. Seiring dengan perjalanan penyakit, peradangan dan pembengkakan akan semakin jelas sehingga Anda bahkan tidak lagi bisa menelan air liur.

Diagnosis

Dokter akan mencurigai adanya abses retrofaring jika terdapat gejala seperti nyeri tenggorok berat, kaku leher, dan suara nafas yang berisik yang didahului dengan adanya infeksi saluran nafas atau cedera pada tenggorokan. Pemeriksaan laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap dan mungkin kultur darah perlu dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi. Untuk mendiagnosis suatu abses retrofaring secara pasti dibutuhkan pemeriksaan radiologi berupa ultrasonografi (USG), rontgen atau CT scan leher. Pemeriksaan USG dan rontgen leher lebih dipilih untuk anak-anak karena USG tidak menimbulkan radiasi, sedangkan rontgen hanya memberi paparan radiasi yang lebih kecil. Sementara itu, pemeriksaan CT scan dapat membantu untuk menunjukkan lokasi dan penyebaran dari abses.

Jika gejala disertai dengan nyeri dada maka mungkin akan dilakukan rontgen dada untuk melihat apakah infeksi telah menyebar ke rongga dada.

Tatalaksana

Semua orang yang terdiagnosis dengan abses retrofaring harus dirawat inap, diberi antibiotik injeksi atau infus, dan dirujuk ke dokter spesialis THT atau bedah kepala-leher. Selain itu, rawat inap juga dibutuhkan untuk observasi ketat terhadap keamanan jalan nafas terutama selama 24-48 jam pertama setelah terapi diberikan. Pada orang yang menunjukan gejala sumbatan jalan nafas, maka operasi pengeluaran nanah harus dilakukan dengan segera untuk menghilangkan sumbatan.

  • Antibiotik biasanya diberikan untuk variasi kuman yang luas, misalnya seftriakson, ampisilin-sulbaktam, atau klindamisin. Pemberian antibiotik biasanya melalui suntikan atau infus
  • Pengeluaran nanah. Kebanyakan pasien membutuhkan pengeluaran nanah dengan melakukan prosedur operasi kecil yaitu dengan menyayat dinding tenggorokan belakang.
  • Pemasangan intubasi (selang bantu nafas) biasanya dilakukan pada sumbatan jalan nafas atau pada orang yang menjalani operasi pengeluaran nanah

Komplikasi

Jika terapi dilakukan dengan cepat dan tepat biasanya hasilnya baik. Namun, jika tidak diterapi dengan baik dapat terjadi komplikasi, yang paling serius adalah:

  • Sumbatan jalan nafas. Seiring membesarnya ukuran abses retrofaring, maka jalan nafas akan semakin tertutup sehingga akan terjadi sumbatan jalan nafas dan pada akhirnya kekurangan oksigen. Hal ini merupakan penyebab kematian pertama pada abses retrofaring.
  • Penyebaran infeksi secara luas dan masuknya organisme ke pembuluh darah sehingga menyebabkan gagal organ multipel (syok septik). Kondisi ini juga dapat menyebabkan kematian.
  • Perdarahan abses
  • Pecahnya abses ke jalan nafas sehingga menyebabkan infeksi paru (pneumonia) atau tersedak
  • Penyebaran Infeksi ke ruang dada. Ruang retrofaring berjalan dari dasar tengkorak sampai rongga dada bagian belakang (mediastinum). Oleh karena itu, infeksi pada bagian atas atau tenggorokan dapat menyebar ke bawah karena rongga tersebut berjalan sampai bawah
  • Erosi saluran nafas bronkus
  • Erosi pembuluh darah karotis yang ada di leher
  • Infeksi maupun pembentukan gumpalan darah pada pembuluh darah vena jugular yang ada di leher
  • Kejang dari pita suara sehingga menyebabkan kesulitan bernafas
  • Cedera saraf kepala
  • Infeksi selaput kepala dan otak

Pencegahan

Terapi medis yang tepat terhadap infeksi saluran nafas atas akan membantu mencegah terbentuknya abses retrofaring. Antibiotik yang diresepkan oleh dokter harus dihabiskan untuk memastikan infeksi sudah seluruhnya tertangani.

Namun, Anda tidak disarankan minum antibiotik tanpa resep dokter karena hal ini ak menyebabkan resistensi kuman terhadap antibiotik sehingga akan menyulitkan terapi terhadap infeksi di kemudian hari.

Kapan harus ke Dokter?

Anda disarankan berkonsultasi dengan dokter jika Anda atau anak Anda mengalami nyeri tenggorokan disertai demam. Segera ke fasilitas kesehatan terdekat jika terdapat:

  • Demam tinggi
  • Air liur menetes (tidak dapat menelan)
  • Kaku leher
  • Kesulitan bernafas
Writer : dr Tea Karina Sudharso
Editor :
  • dr Anita Larasati Priyono
Last Updated : Rabu, 9 Maret 2022 | 14:47

Retropharyngeal Abscess - Ear, Nose, and Throat Disorders - MSD Manual Consumer Version. MSD Manual Consumer Version. (2022). Retrieved 1 March 2022, from https://www.msdmanuals.com/home/ear,-nose,-and-throat-disorders/mouth-and-throat-disorders/retropharyngeal-abscess.

Jain, H., Knorr, T., & Sinha, V. (2022). Retropharyngeal Abscess. Ncbi.nlm.nih.gov. Retrieved 1 March 2022, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441873/.

Retropharyngeal Abscess: Practice Essentials, Pathophysiology, Epidemiology. Emedicine.medscape.com. (2022). Retrieved 1 March 2022, from https://emedicine.medscape.com/article/764421-overview#showall.

Retropharyngeal Abscess (for Parents) - Nemours KidsHealth. Kidshealth.org. (2022). Retrieved 1 March 2022, from https://kidshealth.org/en/parents/retropharyngeal-abscess.html.

Retropharyngeal Abscess: Practice Essentials, Pathophysiology, Epidemiology. Emedicine.medscape.com. (2022). Retrieved 1 March 2022, from https://emedicine.medscape.com/article/764421-overview#showall.