Diabetes Melitus Tipe 2 pada Anak

Diabetes Melitus Tipe 2 pada Anak
Diabetes melitus tipe 2 terjadi ketika pankreas tidak menghasilkan cukup insulin dan insulin yang dihasilkan tidak selalu bekerja.

Bagikan :


Definisi

Diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) pada anak adalah penyakit kronis yang memengaruhi tubuh anak dalam regulasi gula atau glukosa dalam darah. Glukosa berperan sebagai sumber energi yang digunakan sel-sel di tubuh. Sementara itu, insulin adalah hormon penting dalam regulasi gula darah yang berperan untuk mengantarkan glukosa di aliran darah ke dalam sel-sel yang memerlukannya.

Pada kondisi normal, insulin bekerja sebagai berikut:

  • Tubuh memecah zat-zat nutrisi yang terkandung dalam makanan menjadi glukosa (gula), agar mudah digunakan sebagai sumber energi.
  • Glukosa beredar di dalam pembuluh darah, kondisi ini memberikan sinyal bagi organ pankreas yang berada di perut untuk melepas hormon insulin.
  • Insulin membantu mengantarkan glukosa di dalam darah masuk ke dalam sel-sel otot, lemak dan hati sehingga dapat digunakan sebagai energi.
  • Ketika glukosa memasuki sel tubuh, jumlah glukosa dalam pembuluh darah Anda akan menurun. Kondisi ini memberikan sinyal bagi pankreas untuk menurunkan produksi insulin.

Pada diabetes melitus tipe 2 pada anak-anak, terjadi gangguan pada mekanisme di atas yang menyebabkan glukosa untuk terus menumpuk dalam aliran darah. Tanpa perawatan yang tepat, gangguan ini dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat, dan bisa menyebabkan gangguan jangka panjang yang serius.

Ada beberapa jenis diabetes, dan diabetes melitus tipe 2 umumnya terjadi pada orang dewasa. Namun akhir-akhir ini, mulai ditemukan peningkatan kasus diabetes tipe 2 pada anak-anak, remaja dan dewasa muda. Hal ini diduga berkaitan dengan bertambahnya jumlah anak dan remaja yang memiliki obesitas.

 

Jika tertarik untuk membaca artikel mengenai diabetes melitus tipe 2 pada dewasa, bisa Anda baca di sini.

 

Penyebab

Normalnya ketika Anda mengonsumsi makanan, saluran cerna akan mencerna makanan tersebut dan mengambil zat-zat yang dibutuhkan. Gula atau glukosa dibutuhkan sel tubuh sebagai sumber energi. Ketika glukosa tersebut mulai beredar di darah, organ pankreas di perut akan menghasilkan hormon insulin untuk mengantarkan glukosa masuk ke dalam sel. Glukosa yang beredar di darah pun berkurang karena digunakan sel sebagai sumber energi.

Pada diabetes tipe 2, terjadi gangguan pada proses di atas. Tidak diketahui dengan pasti penyebab dari diabetes melitus tipe 2. Namun, ditemukan adanya mekanisme berikut pada pasien:

  • Terjadinya resistensi insulin, di mana sel-sel tubuh menjadi kurang merespon terhadap insulin, membuat glukosa yang sudah beredar di darah tidak dibawa masuk ke dalam sel. Akibatnya, kadar gula darah akan menjadi tinggi.
  • Sel beta pankreas yang berperan untuk melepas insulin gagal mengompensasi hal di atas, sehingga seiring waktu sel mengalami kerusakan dan tidak bisa melepas cukup insulin di tubuh.

Pada anak dan remaja yang sudah didiagnosis DM tipe 2, diduga ada keterlibatan riwayat diabetes dalam keluarga dan faktor genetik. Selain itu, berat badan berlebih atau obesitas juga bisa menjadi salah satu faktor munculnya penyakit ini.

 

Faktor Risiko

Anak bisa memiliki risiko lebih tinggi mengalami diabetes melitus tipe 2 bila memiliki salah satu faktor risiko seperti:

  • Usia 12-16 tahun.
  • Jenis kelamin perempuan.
  • Kelebihan berat badan atau obesitas.
  • Kurang aktif bergerak atau berolahraga.
  • Memiliki berat badan lahir yang rendah atau besar.
  • Tidak diberikan ASI saat masih bayi.
  • Perubahan hormon.
  • Riwayat lahir prematur.
  • Saat kehamilan anak tersebut, ibu mengalami diabetes gestasional.
  • Riwayat keluarga kandung dengan penyakit diabetes melitus tipe 2.
  • Memiliki nilai kolesterol HDL ("kolesterol baik") yang rendah dan atau kadar lemak trigliserida yang tinggi.

 

Gejala

Gejala dari diabetes tipe 2 pada anak bisa berkembang sangat perlahan, sehingga gejala bisa tidak terlalu tampak dengan jelas. Penyakit ini banyak ditemukan pada anak-anak yang tidak memiliki gejala ketika mereka melakukan check-up rutin.

Di bawah ini adalah gejala-gejala yang dapat ditemukan ketika kadar gula darah mereka sangat tinggi, yang meliputi:

  • Peningkatan rasa haus atau lapar.
  • Menjadi sangat sering buang air kecil, terutama pada malam hari.
  • Merasa kelelahan
  • Pandangan kabur.
  • Adanya area kulit yang menjadi lebih gelap, seperti pada leher, ketiak atau sela paha.
  • Berat badan turun tanpa sebab yang jelas.
  • Mudah mengalami infeksi.
  • Penyembuhan luka atau goresan yang lebih lama.

 

Diagnosis

Bila anak Anda diduga memiliki diabetes melitus tipe 2, dokter akan menyarankan melakukan pemeriksaan awal (screening test). Beberapa pemeriksaan darah yang bisa dilakukan untuk menemukan adanya diabetes melitus tipe 2 pada anak-anak adalah:

  • Gula darah sewaktu

Sampel darah diambil sewaktu-waktu tanpa menentukan waktu khusus dan tidak mengindahkan waktu terakhir anak mengonsumsi makanan. Bila kadar gula darah sewaktu menunjukkan hasil 200 mg/dL (11,1 mmol/L) atau lebih, menjadi indikasi adanya kemungkinan diabetes pada anak.

  • Gula darah puasa

Sebelum mengambil sampel darah, anak akan dianjurkan untuk puasa selama 8 jam atau lebih. Interpretasi hasilnya adalah:

    • <100 mg/dL adalah normal.
    • 100 - 125 mg/dL adalah prediabetes.
    • ≥126 mg/dL adalah diabetes.
  • Pemeriksaan HbA1c

Pemeriksaan ini digunakan untuk memeriksa sel darah merah yang terikat dengan gula darah dalam tiga bulan terakhir. Interpretasi hasilnya adalah:

    • <5,7% berarti hasilnya normal.
    • 5,7% sampai 6,4% adalah prediabetes.
    • 6,5% atau lebih pada dua pemeriksaan yang terpisah mengindikasikan diabetes.
  • Toleransi glukosa oral

Anak Anda akan diminta untuk berpuasa satu malam lalu meminum cairan manis yang disediakan oleh dokter. Gula darah akan diperiksa secara periodik selama dua jam setelahnya. Interpretasi hasilnya sebagai berikut:

    • <140 mg/dL adalah normal.
    • 140 - 199 mg/DL adalah prediabetes.
    • ≥200 mg/dL setelah dua jam mengindikasikan diabetes.

 

Selain pemeriksaan di atas, dokter bisa melakukan pemeriksaan tambahan untuk mengetahui jenis diabetes. Selain itu, pemeriksaan penunjang lain juga bisa menunjukkan apakah sudah terjadi kerusakan atau penurunan fungsi pada organ-organ tubuh lain.

 

Tata Laksana

Anak disarankan untuk mengubah gaya hidup dengan bimbingan dari keluarga, terutama orang tua. Dokter bisa memberikan obat penurun kadar gula darah untuk mengatasi kondisinya. Perubahan gaya hidup yang dimaksud adalah:

  • Aktivitas fisik rutin dengan intensitas sedang hingga berat sekitar 60 menit per hari.
  • Membatasi screen time kurang dari 2 jam per hari.
  • Perubahan pola makan, dokter bisa merujuk anak pada spesialis gizi.
  • Pemantauan kadar gula darah rutin, terutama bila anak mendapatkan pengobatan insulin, masih belum mencapai target gula darah, atau sedang sakit.

 

Komplikasi

Kadar gula darah yang tinggi pada diabetes melitus dapat memengaruhi banyak organ di tubuh anak, termasuk pembuluh darah, saraf, mata, jantung dan ginjal. Komplikasi yang terjadi pada anak cukup serupa dengan pasien dewasa yang mengalami DM tipe 2. Komplikasi umumnya muncul seiring perjalanan penyakit setelah bertahun-tahun.

Beberapa komplikasi yang bisa timbul dari diabetes melitus tipe 2 di antaranya:

  • Gangguan elektrolit
  • Kolesterol yang tinggi
  • Adanya gangguan jantung dan pembuluh darah
  • Stroke
  • Kerusakan saraf
  • Gangguan ginjal
  • Gangguan mata meliputi kebutaan.

 

Pencegahan

Anda dapat mencegah diabetes tipe 2 dengan memperbaiki gaya hidup seperti diet atau konsumsi makanan bergizi, berolahraga dan mengurangi berat badan. Pemeriksaan rutin dan pemeriksaan dengan dokter bisa membantu Anda mengetahui kondisi gula darah Anda. Beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk membantu pencegahan dari diabetes melitus seperti:

  • Melakukan pengawasan kadar gula darah anak secara rutin dan mendekati rentang standar sehingga dapat mengurangi risiko komplikasi lainnya.
  • Berdiskusi dengan anak mengenai pentingnya mengontrol kadar gula darah.
  • Mengajarkan atau menginformasukan pada anak Anda akan pentingnya pola hidup sehat dan berpartisipasi pada olahraga atau aktivitas fisik.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Orang tua perlu mengenali faktor risiko yang mungkin dimiliki anak terkait diabetes melitus tipe 2. Bila anak memiliki berat badan berlebih atau obesitas, serta memiliki salah satu tanda dan gejala yang telah disebutkan di atas, ada baiknya Anda memeriksakan anak Anda ke dokter.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : dr Kevin Luke
Editor :
  • dr Hanifa Rahma
Last Updated : Senin, 17 April 2023 | 01:41