Deviasi Septum Nasal

Deviasi Septum Nasal
Kenali tanda dan gejala deviasi septum nasal.

Bagikan :


Definisi

Kedua lubang hidung dipisahkan oleh struktur yang disebut septum nasal. Struktur di antara lubang hidung ini terdiri atas tulang dan tulang rawan, yang dilapisi oleh selaput lendir (lapisan mukosa) yang kaya akan pembuluh darah. 

Deviasi septum nasal terjadi ketika posisi septum tidak berada tepat di tengah hidung. Hal ini dapat menyebabkan salah satu lubang hidung menjadi lebih kecil. Jika deviasi septum nasal yang terjadi cukup berat, salah satu lubang hidung dapat tersumbat sehingga menurunkan aliran udara yang masuk. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas. Sisi lubang hidung yang lebih besar akan terpapar terhadap lebih banyak udara sehingga menjadi kering, timbul kerak, dan pecahnya pembuluh darah yang menyebabkan mimisan.

Gejala hidung tersumbat dapat disebabkan oleh deviasi septum nasal, akibat membengkaknya selaput lendir pada salah satu atau kedua lubang hidung. Hidung tersumbat dapat diatasi menggunakan semprot hidung untuk meredakan pembengkakan, sedangkan deviasi septum nasal perlu dioperasi untuk mengembalikannya ke posisi semula.

 

Penyebab

Penyebab deviasi septum nasal antara lain:

  • Kelainan bawaan

Pada beberapa orang, deviasi septum nasal terjadi sejak lahir (kongenital), disebabkan oleh perkembangan janin yang kurang sempurna atau trauma saat persalinan.

  • Trauma hidung

Setelah lahir, deviasi septum nasal umumnya disebabkan oleh trauma (akibat kecelakaan, olahraga, dan lain-lain). Trauma pada hidung paling sering terjadi saat melakukan olahraga yang melibatkan kontak fisik (bela diri, tinju). Kecelakaan juga dapat menyebabkan deviasi nasal septum nasal.

  • Usia

Proses penuaan dapat menyebabkan perubahan struktur hidung yang memperparah deviasi septum nasal yang telah ada sebelumnya.

Pembengkakan lapisan hidung akibat iritasi atau alergi pada rongga hidung dan sinus dapat memperparah penyumbatan yang terjadi. Hal ini dapat menyebabkan gejala hidung tersumbat pada salah satu sisi.

 

Bila Anda tertarik untuk membaca lebih lanjut mengenai cedera hidung, Anda bisa membacanya di sini: Trauma Nasal - Definisi, Penyebab dan Faktor Risiko.

 

Faktor Risiko

Faktor risiko mengalami deviasi septum nasal hidung, antara lain:

  • Melakukan olahraga yang melibatkan kontak fisik, seperti bela diri.
  • Tidak menggunakan sabuk pengaman atau helm ketika mengendarai kendaraan.

 

Gejala

Sebagian besar perubahan posisi septum nasal hidung tidak menimbulkan gejala. Pada sebagian besar orang, deviasi septum nasal hidung tidak disadari hingga melakukan pemeriksaan fisik oleh dokter. Namun, pada beberapa deviasi yang berat, gejala yang dapat muncul, antara lain:

  • Tersumbatnya salah satu atau kedua lubang hidung. Sumbatan ini dapat mengganggu pernapasan dan aliran udara. Gejala ini memberat terutama ketika Anda mengalami flu atau alergi. Infeksi virus atau alergi dapat membuat lapisan mukusa (lapisan lendir) membengkak sehingga menyumbat saluran napas.
  • Mimisan. Lapisan lendir pada lubang hidung yang lebih lebar dapat menjadi kering dan mudah berdarah.
  • Mendengkur. Deviasi septum nasal atau pembengkakan pada lapisan lendir hidung dapat menyebabkan seseorang mendengkur ketika tidur. Pada kondisi berat, beberapa orang dapat mengalami sleep apnea.
  • Lebih senang berbaring pada sisi tertentu. Beberapa orang lebih senang berbaring ke sisi tertentu untuk mempermudah pernapasan saat tidur. 
  • Perubahan bentuk hidung. Deviasi septum nasal yang berat dapat mengubah struktur hidung secara signifikan hingga disadari oleh orang sekitar.
  • Nyeri kepala atau nyeri pada wajah.

 

Diagnosis

Dokter Anda akan memulai pemeriksaan dengan menanyakan beberapa pertanyaan mengenai keluhan utama dan gejala yang Anda alami. Dokter kemudian akan melakukan pemeriksaan fisik pada hidung Anda. Pemeriksaan hidung dilakukan dengan melihat kesejajaran hidung, adanya nyeri tekan, adanya bekas luka, dan kondisi selaput lendir hidung Anda. Jika diperlukan, dokter spesialis Anda akan menggunakan kamera berbentuk kabel yang dimasukkan melalui hidung untuk melihat kondisi hidung Anda secara langsung. 

Berdasarkan pemeriksaan tersebut, dokter dapat menegakkan diagnosis deviasi septum nasal dan seberapa parah kondisi yang Anda alami. Jika Anda ditangani oleh dokter umum atau dokter spesialis lainnya, mereka akan merujuk Anda ke dokter spesialis THT-KL.

 

Tata Laksana

Pengobatan pertama dari deviasi septum nasal bertujuan untuk menangani gejala. Dokter Anda dapat meresepkan:

  • Dekongestan. Dekongestan adalah obat-obatan untuk mengurangi pembengkakan pada selaput lendir hidung, sehingga kedua saluran hidung Anda tetap terbuka. Dekongestan tersedia dalam bentuk semprot hidung dan obat minum (oral). Anda perlu berhati-hati ketika menggunakan dekongestan. Penggunaan dekongestan terus menerus dapat menyebabkan ketergantungan dan gejala hidung tersumbat dapat memberat setelah Anda berhenti menggunakan obat tersebut. Konsultasikan cara pakai dekongestan dengan dokter Anda dan gunakanlah dekongestan sesuai dengan anjuran dokter.
  • Antihistamin. Jika dokter mencurigai adanya alergi, dokter Anda dapat meresepkan antihistamin untuk mengurangi gejala hidung tersumbat dan hidung berair. Antihistamin dapat menyebabkan kantuk sehingga mengganggu aktivitas dan berbahaya jika Anda menyetir.
  • Semprot hidung steroid. Steroid dapat membantu mengurangi pembengkakan pada hidung. Umumnya dibutuhkan 1–3 minggu agar obat ini dapat bekerja maksimal. Steroid dapat menyebabkan efek samping sehingga gunakan obat ini sesuai anjuran dokter.

Pengobatan di atas tidak dapat memperbaiki posisi septum nasal atau bentuk hidung Anda.

Jika Anda tetap mengalami gejala yang mengganggu setelah menggunakan obat-obatan, dokter Anda dapat menyarankan operasi untuk mengoreksi septum nasal hidung. Operasi ini disebut septoplasti. Perbaikan setelah septoplasti akan bergantung pada derajat beratnya deviasi septum nasal yang terjadi. Gejala akibat deviasi septum nasal, seperti hidung tersumbat, dapat berkurang secara drastis. Namun, kondisi infeksi sinus atau alergi yang Anda alami dapat menetap dan tidak dapat diobati dengan operasi.

Pada beberapa kondisi, septoplasti dilakukan bersamaan dengan rinoplasti, yaitu prosedur untuk mengubah bentuk hidung Anda. Rinoplasti dilakukan dengan memodifikasi tulang dan tulang rawan Anda sehingga dapat mengubah bentuk serta ukuran hidung.

Konsultasikan pilihan pengobatan tersebut dengan dokter Anda.

 

Komplikasi

Deviasi septum nasal hidung yang berat dapat menyebabkan sumbatan saluran pernapasan. Jika tidak ditangani, hal ini dapat berujung pada:

  • Mulut kering, akibat sering bernapas melalui mulut
  • Rasa tidak nyaman pada hidung atau hidung tersumbat yang kronik
  • Terganggunya tidur akibat tidak dapat bernapas dengan normal melalui mulut pada malam hari
  • Infeksi sinus
  • Mendengkur setiap tidur
  • Hanya dapat tidur di salah satu sisi
  • Mimisan terus menerus

Sekalipun septoplasti dan septorinoplasti merupakan prosedur yang relatif aman, sering dilakukan, dan jarang menimbulkan komplikasi; tidak ada tindakan operasi yang tidak memiliki risiko sama sekali. Risiko yang dapat terjadi dari prosedur ini, antara lain:

  • Infeksi
  • Perdarahan
  • Kehilangan kemampuan menghidu

 

Pencegahan

Karena sebagian besar kasus deviasi septum nasal disebabkan oleh trauma, Anda dapat melakukan beberapa langkah di bawah ini untuk mengurangi dampak trauma tersebut.

  • Gunakan sabuk pengaman dan helm ketika berkendara.
  • Gunakan pelindung wajah ketika melakukan olahraga yang berpotensi untuk menimbulkan trauma pada wajah.
  • Hindari olahraga yang terlalu berbahaya.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Periksakan kondisi Anda ke dokter jika Anda mengalami:

  • Hidung tersumbat yang terjadi terus menerus dan tidak merespon terhadap obat-obatan.
  • Hidung tersumbat hingga sulit bernapas.
  • Sering mengalami mimisan.
  • Mengalami infeksi sinus, ditandai dengan nyeri pada wajah.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

 

 

Writer : Tannia Sembiring S Ked
Editor :
  • dr Anita Larasati Priyono
Last Updated : Senin, 24 Juni 2024 | 06:44