Diare

Ilustrasi Diare - Illustration of Diarrhea

Bagikan :


Definisi

Diare merupakan kondisi terjadinya buang air besar lebih sering dengan konsistensi tinja yang encer. Diare merupakan salah satu masalah kesehatan yang umum dijumpai di Indonesia. Menurut Pusat Informasi Kementerian Kesehatan RI, diare menjadi penyakit endemis dengan potensi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai kematian. Data Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018, terdapat sekitar 7 juta kasus diare di seluruh Indonesia, lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak. Selain itu, pada tahun 2018 juga diketahui terjadi 10 kali KLB diare yang tersebar di 8 provinsi berbeda.

 

Penyebab

Diare dapat dibagi menjadi diare akut dan kronik. Diare akut berlangsung selama kurang dari 2 minggu. Jika terjadi 2 minggu atau lebih, maka digolongkan menjadi diare kronik. 

Pada diare akut, penyebab utamanya adalah infeksi virus di usus besar. Jenis virus yang dapat menjadi penyebabnya seperti rotavirus, norwalk, cytomegalovirus, dan virus hepatitis. Rotavirus merupakan virus yang paling sering menyebabkan diare pada anak. Selain virus, beberapa penyebab diare, yaitu:

  • Infeksi bakteri, terdapat dua kelompok yaitu bakteri invasif (yang mengeluarkan toksin dan mengiritasi usus halus) serta non-invasif. 
    • Infeksi non-invasif: Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens, Vibrio cholerae, Escherichia coli patogen.
    • Infeksi invasif: Shigella, Salmonella non typhoidal, Salmonella typhi, Campylobacter, Vibrio non-cholera, Yersinia, Enterohemorrhagic E. coli (subtipe 0157), Aeromonas, Plesiomonas.
  • Infeksi parasit, seperti kriptosporidiosis, giardiasis, atau strongyloidiasis.
  • Alergi makanan
  • Intoleransi pemanis alami dari madu dan buah-buahan, serta intoleransi laktosa (zat gula pada produk susu dan sejenisnya)
  • Pasca operasi batu empedu
  • Efek samping obat, seperti antibiotik.

Pada diare kronik, faktor-faktor penyebabnya seperti:

  • Radang usus, misalnya penyakit Crohn atau kolitis.
  • Sindrom Iritasi Usus
  • Penyakit celiac, yaitu penyakit yang menyebabkan tubuh menolak protein gluten.

 

Faktor Risiko

Faktor higienitas merupakan faktor yang utamanya berperan dalam terjadinya diare. Hal ini dikarenakan mayoritas penularan penyakit melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Selain itu, terdapat kelompok yang memiliki faktor risiko lebih tinggi terkena diare dan lebih sering memerlukan evaluasi lanjutan, seperti usia lanjut di atas 70 tahun, orang dengan daya tahan tubuh lemah termasuk bayi dan anak, serta wisatawan asing.

Selain itu, terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan kejadian diare kronik, baik pada anak maupun dewasa, sebagai berikut:

  • Gangguan pada usus besar.
  • Alergi.
  • Gangguan penyerapan makanan.
  • Keracunan makanan.
  • Penyakit radang usus.
  • Terapi radiasi.
  • Diabetes.
  • Efek samping obat tertentu, seperti antibiotik, pencahar, atau kemoterapi.
  • Efek samping operasi di daerah perut.
  • Adanya gangguan pada sistem imun atau tiroid.

 

Gejala

Diare ditandai dengan buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 dan konsistensi tinja yang tidak berbentuk atau cair. Tinja dapat disertai dengan lendir atau darah. Beberapa gejala penyerta juga dapat terjadi, seperti:

  • Mual
  • Muntah
  • Nyeri atau kram perut
  • Mulas
  • Demam

Diare akut yang disebabkan oleh infeksi bakteri dengan racun dan menimbulkan peradangan biasanya memunculkan gejala mulas serta nyeri hingga nyeri hebat yang disebut dengan kolik. Selain itu, terdapat lendir dan/atau darah dari pemeriksaan tinja.

Apabila diare kurang mendapat penanganan yang tepat, maka dapat timbul kondisi dehidrasi. Dehidrasi terjadi di mana Anda kekurangan cairan tubuh dan dapat ditandai dengan beberapa hal berikut:

  • Merasa haus berlebihan
  • Mulut dan bibir kering
  • Pusing
  • Buang air kecil pekat atau sedikit

Pada anak, kondisi dehidrasi perlu diwaspadai. Penatalaksanaan diare akan bertujuan terutama untuk mencegah terjadinya dehidrasi.

 

Diagnosis

Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk mengetahui apakah seseorang terkena diare dan apa yang menyebabkannya. Pemeriksaan riwayat kesehatan seperti riwayat penyakit, latar belakang dan lingkungan pasien, riwayat pemakaian obat terutama antibiotik, serta riwayat perjalanan dapat menjadi informasi yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. 

Dokter akan memeriksa riwayat gejala dengan lebih lengkap, seperti sejak kapan keluhan dirasakan, durasi, frekuensi, progresivitas, volume diare, adanya buang air besar disertai darah, dan muntah. Hal tersebut dapat membantu dokter dalam menduga penyebab terjadinya diare. Dokter juga perlu melakukan pemeriksaan fisik untuk mengetahui kondisi umum dan keparahan penyakit.

Selain itu, dokter juga mungkin akan melakukan tes lanjutan, seperti pemeriksaan darah dan pemeriksaan tinja. Pemeriksaan darah ditujukan untuk mengetahui tingkat keparahan diare serta dugaan penyebab. Pemeriksaan tinja dilakukan untuk melihat adanya bakteri atau parasit penyebab diare.

Pada kasus diare yang terjadi terus-menerus atau diare kronik, diperlukan pemeriksaan dengan lebih seksama. Jika diperlukan, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan kolonoskopi. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat seperti selang kecil yang dilengkapi dengan lampu dan kamera di ujungnya.  Pemeriksaan kolonoskopi dilakukan untuk mengetahui kondisi usus dan mengidentifikasi adanya kelainan pada usus besar. 

 

Tata Laksana

Sebagian besar kasus diare dapat membaik dalam beberapa hari tanpa membutuhkan pengobatan khusus. Tujuan utama dari terapi ialah untuk mencegah terjadi dehidrasi serta meredakan gejala yang dialami. Beberapa hal berikut dapat dilakukan untuk mengurangi gejala, yaitu:

  • Penggantian cairan tubuh dan elektrolit: Pada orang dewasa, Anda dapat mengonsumsi cairan sebanyak-banyaknya, baik air putih, jus, maupun kaldu. Hal ini penting untuk mengganti cairan tubuh yang keluar melalui diare.
  • Mengonsumsi makanan yang tepat: Anda juga dianjurkan untuk mengonsumsi makanan lunak selama beberapa hari. Hindari makanan dengan kandungan tinggi serat, lemak, atau bumbu. Jika sudah membaik, perlahan Anda dapat mengganti ke tekstur yang lebih padat dan meningkatkan kadar serat dalam makanan Anda.
  • Obat Anti Diare: Pada orang dewasa, Anda dapat mengonsumsi obat anti diare sesuai dengan anjuran dokter. Obat anti diare yang dijual bebas, seperti attapulgit dapat membantu, konsumsi 2 tablet per kali diare. Namun, perlu berhati-hati karena obat anti diare ini tidak ditujukan pada anak-anak. Perhatikan tatalaksana diare pada anak berikut ini.

 

Penatalaksanaan Diare pada Anak

Tata laksana diare khususnya pada kasus bayi atau anak perlu mendapat perhatian. Hal ini dikarenakan pada kelompok usia ini rentan mengalami dehidrasi akibat kehilangan cairan tubuh. Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO merekomendasikan lima tatalaksana utama diare yang disebut LINTAS diare, meliputi rehidrasi, suplementasi zink, nutrisi, antibiotik selektif, dan edukasi orang tua/pengasuh.

  • Rehidrasi atau penggantian cairan: Berikan larutan oralit sebanyak 10 ml/KgBB tiap kali buang air besar, meski anak tidak mengalami dehidrasi. Selain itu, pada bayi yang masih mengonsumsi ASI, ASI dapat diberikan.
  • Suplementasi Zinc: Pemberian zinc digunakan untuk mengurangi durasi diare, menurunkan risiko keparahan penyakit, dan mengurangi episode diare. Pemberian zinc penting untuk pertumbuhan jumlah sel daya tahan tubuh. Zinc diberikan selama 10-14 hari, meski diare telah sembuh. Dosis untuk usia kurang 6 bulan adalah 10 mg/hari, sedangkan untuk usia lebih dari 6 bulan adalah 20 mg/hari.
  • Nutrisi: Pemberian ASI dan makanan pada anak dapat digunakan untuk menggantikan nutrisi yang hilang. Berikan anak makanan sama seperti saat sehat. Anak tidak perlu berpuasa, makanan dapat diberikan sedikit demi sedikit dengan pemberian lebih sering misalnya lebih dari 6 kali sehari, dan rendah serat.
  • Antibiotik selektif: Pemberian antibiotik hanya dianjurkan bila telah mendapat rekomendasi dari dokter. Tatalaksana diare pada anak tidak selalu membutuhkan antibiotik, bahkan terdapat kondisi diare yang disebabkan karena antibiotik. Oleh karena itu, antibiotik hanya diberikan pada kasus-kasus tertentu yang dicurigai penyebabnya bakteri.
  • Edukasi orang tua: Orang tua atau pengasuh diharapkan dapat memeriksakan anak ke dokter terdekat bila terdapat gejala seperti demam, tinja berdarah, makan atau minum sedikit, terlihat sangat kehausan, intensitas dan frekuensi diare semakin bertambah, serta belum adanya perbaikan selama tiga hari. Selain itu, penting untuk orang tua atau pengasuh mengerti cara pemberian cairan oralit dan pemenuhan nutrisi pada anak. 

Selain lima langkah di atas, pemberian probiotik dan prebiotik  juga diketahui dapat membantu meringankan gejala. Probiotik yang dapat digunakan dalam penanganan diare oleh rotavirus pada anak seperti Lactobacillus GG, Sacharomyces boulardii, dan Lactobacillus reuterii

 

Komplikasi

Apabila diare tidak ditangani dengan baik atau bertambah berat, hal ini dapat mengarah ke kehilangan cairan dan elektrolit. Kondisi ini terutama dialami oleh lanjut usia dan anak-anak. Pada diare akut yang disebabkan oleh kolera, kehilangan cairan dapat terjadi secara mendadak dan menjadi syok hipovolemik. Syok hipovolemik merupakan suatu kondisi di mana terjadi kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh dikarenakan adanya cairan tubuh yang hilang dalam jumlah banyak. Syok merupakan kondisi yang mengancam nyawa. Pada kasus yang terlambat mendapat pertolongan medis, dapat terjadi kegagalan beberapa organ tubuh penting, seperti ginjal, paru, ataupun jantung. 

Selain itu, terdapat komplikasi yang disebut Haemolytic Uremic Syndrome (HUS) yang merupakan komplikasi utama dari diare yang disebabkan oleh salah satu jenis bakteri E. Coli. Gejala yang dialami dapat berupa gagal ginjal, anemia, serta trombositopenia. Beberapa komplikasi lain yang dapat terjadi akibat diare karena jenis bakteri dan parasit lainnya seperti sindrom guillain barre serta artritis pasca infeksi.

 

Pencegahan

Upaya pencegahan diare yang utama adalah menjaga kebersihan makanan dan minuman. Seseorang dapat terhindar dari bakteri, virus, atau parasit yang terkontaminasi bila memiliki kebiasaan bersih. Berikut beberapa cara pencegahan yang dapat dilakukan:

  • Rajin mencuci tangan. Anda dapat mencuci tangan sebelum dan setelah makan, setelah dari toilet, setelah bersin atau batuk, serta saat memasak terutama setelah menyentuh daging yang belum dimasak. Anda dapat mencuci tangan menggunakan air bersih dan sabun.
  • Konsumsi makanan yang matang. Sebisa mungkin, hindari makan buah dan sayuran mentah yang tidak dipotong sendiri. Pastikan kebersihan dari buah dan sayur yang akan Anda konsumsi.
  • Minum air matang.

 

Kapan Harus ke Dokter?

Untuk menegakkan diagnosis dan mencari tahu lebih lanjut penyebab diare, Anda perlu memeriksakan diri ke dokter secara langsung. Dokter akan melakukan pemeriksaan riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui penyebab diare. Namun, sebagian besar diare dapat membaik dengan sendirinya tanpa memerlukan pengobatan khusus. 

Berikut tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi lanjutan:

  • Demam di atas 38 derajat celcius.
  • Nyeri perut yang hebat, terutama bila berusia lebih dari 50 tahun.
  • Adanya riwayat perawatan di rumah sakit.
  • Berada di panti jompo.
  • Riwayat penggunaan antibiotik.
  • Adanya darah dan lendir pada tinja (disentri)
  • Buang air besar lebih dari 5 kali dalam waktu 24 jam.
  • Gejala semakin memburuk setelah 48 jam.
  • Gejala dehidrasi berat, seperti pusing, haus berat, atau jumlah urin yang sedikit.

 

Mau tahu informasi seputar penyakit lainnya? Cek di sini, ya!

Writer : Editor AI Care
Editor :
  • dr Ayu Munawaroh, MKK
Last Updated : Jumat, 16 Juni 2023 | 11:27
  1. Amin LZ. Tatalaksana Diare Akut. Cermin Dunia Kedokteran:42(7);2015. 
  2. Kementerian Kesehatan RI. Hasil Utama RISKESDAS. 2018.
  3. Kementerian Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia. 2018.
  4. Sethi S, Higuera V. Causes of Diarrhea and Tips for Prevention (2019). Available from: https://www.healthline.com/health/diarrhea.
  5. Brennan D. Diarrhea (2019). Available from: https://www.webmd.com/digestive-disorders/digestive-diseases-diarrhea.
  6. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Bagaimana Menangani Diare pada Anak (2014). Available from: https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/bagaimana-menangani-diare-pada-anak.
  7. Pusat Informasi Obat Nasional BPOM. Diare Akut. Available from: http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-1-sistem-saluran-cerna-0/14-diare-akut.
  8. Indriyani DPR, Putra IGNS. Penanganan terkini diare pada anak: tinjauan pustaka. Intisari Sains Medis:11(2);2020. 928-32.